Jumat, 03 Juli 2009

A Wonderful World – Keajaiban Dunia, Di Mata Dua Seniman Perancis

Akhirnya bisa menulis di blog lagi. Banyak kegiatan yang terlewatkan untuk di tulis. Salah satunya pertunjukan seni yang bertajuk Teater Komedi dibawakan oleh dua seniman Perancis, Philepe Martz dan Bernie Collins yang tergabung dalam BP Zoom. Pertunjukan dalam rangka Printemps Français ini, berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta pada Jumat, 19 Juni 2009 yang lalu.

Pertunjukan terinspirasi oleh teater gerak dan tradisi badut, yang menghibur karena perpaduan antara gerakan, ekspresi dan humor yang membawa kita kepada mimpi masa kecil.

Tak ada kesan mewah, bahkan kesederhanaan yang muncul. Mereka membawa kan Teater Komedi tersebut dengan alat peraga kardus, balon, mainan pesawat-pesawatan dari kertas dan sling yang lentur untuk menarik dan menahan tubuh ketika berjumpalitan di udara. Alat peraga yang sering kita jumpai itu menjadi bahan berekspresi yang menarik. Bahkan anak kecil pun bisa tertawa bebas tersihir menyaksikan pertunjukan tersebut. Ini berarti pertunjukan yang minim dialog itu berhasil.


Di panggung ada dua buah kardus besar bekas pembungkus kulkas tergeletak di panggung, ketika panggung pelan-pelan terang disiram cahaya. tiba-tiba kardus itu bergerak-gerak dan dari bagian atasnya yang terbuka muncul sebuah balon besar warna biru terikat tali menerobos keluar. Diikuti keluarnya sesosok pria berkacamata (Bernie Collins). Kardus satunya, keluar sesosok pria tinggi memakai pakaian dan topi ala badut (Philipe Martz).
Kardus dan balon itu dipakai seolah-olah sebagai balon udara. Dua lelaki dan dua kardus itu pun mengudara beriringan. Berkeliling dunia, melewati Paris dan New York. (Disimbulkan dengan patung-patung miniatur Menara Eiffel dan Patung Liberty yang keliatan sangat kecil). Mereka berdua bersukacita dan meminta di foto satu dengan yang lain dengan latar belakang Menara Eiffel dan Patung Liberty.


Kesuksesan berkeliling dunia itu dirayakan dengan sebotol sampanye. Tetapi inilah awal dari bencana petualangan mereka, sebab ketika botol dibuka, gabus penutup sampanye itu justru mengenai balon yang dinaiki oleh temannya sehingga melayanglah balon udara itu dan menghunjam ke tanah.
“Oiii saya di sini,” teriak Bernie pada Philipe dalam bahasa Indonesia. “Oii.. dia di sana,” balas Philipe berteriak. “Tolonggg!!! Eh, turunn!!” pinta Bernie. “Tidak mau!!” Philipe menjawab. Gerr… penonton langsung terpingkal mendengar dialog dalam bahasa Indonesia yang patah-patah itu.


Pada babak kedua, mereka berdua bermain-main dengan pesawat-pesawatan dari kertas. Bernie nampak fasih menerbangkan pesawat-pesawatan dari kertas tersebut sedangkan Philipe tidak. Dengan gaya yang kocak Bernie mengajari Philipe bagaimana menerbangkan pesawat-pesawatan tersebut. Bahkan saking asyiknya bermain, Bernie nekat memanjat pagar pembatas balkon di GKJ, berdiri dan ancang-ancang menerbangkan pesawatnya. Sementara penonton hanya bisa menghela nafas ngeri. Yah seperti kita waktu kecil yang begitu senang menerbangkan pesawat-pesawatan dari tempat yang tinggi agar pesawat tersebut terbang jauh melayang dari tempat kita berdiri.


Bapak ketiga, Bernie dan Philipe, mengikat tubuhnya dicantel sling mirip permainan trampolin yang bisa memantulkan tubuh ke atas-kebawah , ancang-ancang dan hups… Mereka terbang, melayang-layang dalam cahaya biru yang temaram menutup pertunjukan. Itulah dunia yang indah, dunia mimpi manusia yang ingin bisa terbang.


Didirikan sejak 1942, BP ZOOM tampil dengan keajaiban seni sirkus hingga ke seluruh penjuru dunia. Mereka telah berpartisipasi dalam berbagai festival seperti “Festival d’Avignon” serta “London Mime Festival” dan telah meraih kesuksesan dimana-mana. Jadi berbahagialah saya yang bisa menikmati pertunjukan tersebut di Indonesia. (J)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar