Senin, 12 Juli 2010

Monster Hipokrito, Monster Dengan Dua Wajah

Ada seorang teman gereja yang sms, “mau nonton Operet Bobo tidak? aku punya satu tiket nih!” tawaran yang menarik. Tetapi langsung pudar begitu terbayang harga tiket yang mahal. Teman yang satunya lagi, menemui saat akan mengajar Sekolah Minggu dan mengajak pergi, ternyata tiket gratis. Wow, langsung mengiyakan. Tak lupa menyelesaikan tugas pelayanan, baru berangkat. Itulah enaknya mempunyai teman-teman yang bekerja sebagai pelaku-pelaku seni, disamping dapat info jika ada pertunjukan, juga mendapatkan tiket gratis.

Empat orang dewasa menonton Operet Bobo?! Pasti anda akan tertawa geli, jangan apriori dulu, kami bertiga adalah pengajar anak-anak yang sedang mencari pengalaman dan ingin belajar membuat naskah drama serta mengelola pertunjukan anak-anak yang baik itu seperti apa, kalau bisa menyutradarai sekaligus. Teman yang satunya lagi adalah bapak yang anaknya menjadi penari balet di operet tersebut.

Lucunya, sewaktu antri, kami adalah manusia-manusia dewasa tanpa ditemani anak-anak kecil, sementara di kanan, kiri, depan, belakang semua bersama-sama dengan anak-anaknya. Tapi cuek saja, nah pintu masuk sudah dibuka! Kamipun berdesakan untuk masuk.

Tokoh Bobo, Coreng, Upik, Paman Gembul, Nirmala, Oki dan Sirik adalah tokoh-tokoh di Majalah Bobo, saya mengenalnya sewaktu masih imut. Saya suka membacanya karena tetangga yang berlangganan. Nah kali ini, saya bisa melihat tokoh-tokoh tersebut tidak dalam bentuk gambar melainkan dalam bentuk tokoh nyata yang dimainkan manusia.

Cerita dalam operet, dibuka dengan gerak dan lagu para Kurcaci dan kelinci di Negeri Dongeng. Mereka dihebohkan kedatangan monster buruk rupa yang bersuara aneh, bahasanya tidak dimengerti oleh bobo dan keluarga besarnya. Nirmala (Revalina S. Temat), peri yang selalu membawa tongkat dengan ujung bintang, pada saat yang sama menemukan Peri cantik Koksi (Eva Yolanda) yang meminta bantuan karena negeri Peri Kebaikan - tempat peri Koksi berasal- diserbu oleh monster Hipokrito dan ratunya.

Ratu Hipokrito, Ratu yang memiliki dua sisi wajah. Wajah yang satu memperlihatkan wajah cantik nan lemah lembut, sedangkan wajah sebaliknya adalah wajah monster yang menakutkan, berkepala hijau mirip aliens, suka tertawa berjingkrak-jingkrak (jadi ingat tarian Didik Ninik Thowok yang suka menari dua muka). Ratu Hipokrito juga mengaku-aku sebagai Ratu Agapo. Penyamaran monster-monster tersebut tidak terdeteksi oleh Nirmala dan kawan-kawan..

Penyamaran mereka terbongkar oleh Pak Tobi, tabib di negeri dongeng yang membuat ramuan untuk membebaskan peri-peri dan juga membebaskan Ratu Agapo asli yang terperangkap di dalam bunga Dandelion. (diperankan oleh Putri Indonesia Pariwisata 2009 yang sangat cantik sekali, Ayu Pratiwi). Siapa sangka peri Koksi – yang membawa mereka ke negeri kebaikan - ternyata adalah jelmaan dari pasukan monster Hipokrito. Sirik (Pipiyot) penyihir peyot yang selalu membawa sapu ternyata dalang di balik huru hara di Negeri Kebaikan. Terjadilah pertempuran antara peri-peri yang cantik dan balatentara monster Hipokrito. Mengetahui terdesak si sirik memilih untuk kabur. (Koreografi pertarungan antara monster Hipokrito dan peri-peri Negeri Kebaikan, mirip pertarungan dalam wayang orang)

Di saat pertarungan sedang berlangsung, serbuk kebaikan buatan Ratu Agapo disebar. Serbuk itu akan membuat yang jahat menjadi baik, kecuali si Sirik yang bisa terhindar dari serbuk kebaikan karena sudah kabur terlebih dulu. Ya, kita harus selalu menebarkan cinta kasih dan kebaikan kepada semua orang, sehingga mampu mengubah orang jahat bisa menjadi baik. Itulah pesan yang hendak disampaikan dari operet.

Yang menarik dari Operet ini adalah ceritanya sederhana (ya iyalah namanya juga tontonan anak-anak), setting panggung yang cantik, tata busana yang penuh gebyar dan koreografi yang rancak dan apik. Hanya sayang, kita tidak bisa membedakan Taman di Negeri Dongeng dan Taman di Negeri Kebaikan, keduanya sama. Harusnya tim dekorasi membuat pohon-pohon dengan dua muka juga, di satu sisi dicat dengan warna pohon di Negeri Dongeng, sewaktu adegan di Negeri Kebaikan tinggal memutar pohon yang sama yang sudah di cat berbeda.

Operet Bobo "Monster Hipokrito" ini disutradarai oleh Aditya Purwa Putra anak dari musisi Purwacaraka besan dari Ibu Evyana (anggota GKI Delima), suami dari Dhea mantan anak Sekolah Minggu saya. Selamat ya Dit, sudah menjadi sutradara yang sukses mementaskan Operet Hipokrito. Salute... salute...

Oh ya! makasih untuk Vera yang sudah memberi tiket gratis, makasih juga untuk ci Pris yang sudah memberi snack sewaktu saya lapar, makasih untuk pak Iwan yang telah memberi tumpangan mobil hingga sampai JHCC Senayan. (J)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar