Selasa, 25 Oktober 2011

Ombak adalah Temanku: Sebuah Catatan Perjalanan Panjang ke Karimunjawa, Jeparadise (3)


Hari ketiga di Karimunjawa, bangun pagi disambut hujan yang cukup deras. Wah bisa gagal nih explore ke empat tempat. Tapi syukurlah, hujan berhenti ketika kami akan berangkat. Hujan masih menyisakan angin yang sangat kencang. Jumlah kami sekarang menjadi 20 orang, Perjalanan kali ini tidak lagi memakai 2 kapal motor, hanya satu kapal tetapi lebih besar dari yang dipakai hari kemarin. Kami diwajibkan memakai pelampung sebagai penjaga keselamatan di air, keselamatan adalah hal yang utama. Kali ini explore ke bagian Timur pulau Karimunjawa.

Perjalanan ke Timur, membutuhkan waktu lebih lama dan lebih jauh dari spot-spot di bagian barat dan lebih menantang adrenalin karena harus beradu dengan angin Timur yang bertiup kencang dan ombak yang bergulung gulung tiada henti memainkan perasaan kami. Mas Moel kembali memberi nasihat “justru menantang arus dan angin lebih menyenangkan mas daripada mengikut arus dan dibawa angin. Seringkali kapal oleng dan tenggelam bukan karena melawan arus tapi mengikuti arus.” Di atas kapal inilah Mas Moel “berkotbah” untuk menjadikan angin, ombak bukan sebagai musuh tapi sebagai teman bermain. Makasih Mas Moel untuk “Kotbah” yang pendek tapi memberi pembelajaran yang dalam bagi kami semua. Walau masih ada sedikit rasa takut, tapi kami mulai menikmati ayunan gelombang. Kadang ada di puncak, kadang harus turun dihempaskan di lembah gelombang yang datang berarak-arak tiada henti.

Pulau Tengah, sudah nampak di depan mata. Perahu bersandar di dermaga. Kembali kami dimanjakan oleh keindahan pemandangan laut yang indah terhampar di depan mata. Di sekitar dermaga terumbu karang dan ikan-ikan kecil nampak berenang kian kemari. Perairannya sangat dangkal dan jernih, dihuni oleh berbagai macam jenis ikan-ikan. Sayang saya tidak ikut snorkeling di Pulau Tengah karena panas sekali! Padahal ikan-ikan di sini, kata teman-teman yang snorkeling lebih banyak jenisnya dan terumbu karangnya lebih bagus. Bahkan ada si “Nemo” (Clown Fish) ikan unyu-unyu berwarna oranye belang-belang putih yang selalu bersembunyi dan bermain-main dengan anemon laut yang beracun.
Pulau ini tidak terlalu luas. ada dua bangunan rumah milik perhutani. Bersama teman-teman yang tidak ikut snorkeling, kami mencoba jalan-jalan mengelilingi pulau, serasa pulau milik sendiri. Kami membayangkan, seolah-olah, menjadi orang yang terdampar di suatu pulau yang kosong dan ketika melihat kapal di kejauhan kami melambai-lambaikan tangan. Bahagianya bisa berkeliling pulau dengan pemandangan yang indah sejauh mata memandang. Kami bercengkerama dengan riangnya di pantai yang putih bersih.
Puas bermain di Pulau Tengah, kami melanjutkan ke pulau Cilik. Entah kenapa disebut pulau cilik? Dibandingkan dengan pulau tengah, pulau cilik lebih luas daratannya. Jarak antara pulau cilik dan pulau tengah tidak terlalu jauh. Begitu turun, kami melihat abang penjual kelapa muda. Tanpa berpikir panjang kami menyerbunya dan dalam sekejap kelapa muda langsung habis mengalir tak tersisa, airnya membasahi kerongkongan. Aktivitas yang kami lakukan di Pulau Cilik adalah makan siang dan bakar ikan serta bermain dan menimbuni dengan pasir seluruh tubuh Dhiko (anak Bandung) dengan pasir putih dengan segala atribut aneh diatasnya. Kami tertawa-tawa lepas melihat hasil karya kami yang lucu dan menyegarkan.

Ada lelucon yang menjadi bahan ledekan antar kami. Berhubung di hampir semua pulau tidak ada toilet, maka hamparan laut adalah toilet umum bagi kami. Jika ada teman yang tiba-tiba nyebur ke laut, kami selalu meledek “hayo mau ke toilet ya!” yang diledek pasti langsung tertawa lepas.

Karena sudah cukup lama beristirahat di pulau Cilik, perjalanan dilanjutkan dengan naik ke kapal. Tapi belum lama kapal berjalan, tiba-tiba nahkoda kapal membuang sauh tidak jauh dari pulau Cilik. Semua bertanya-tanya, ada apa gerangan kapal berhenti? Oh... ternyata! pantai di sekitar pulau cilik adalah spot snorkeling. Kenapa tidak dikasih tahu dari tadi, jadi bisa langsung terjun dan berenang dari daratan. Buru-buru kami memakai peralatan snorkeling. Wow... ternyata oh ternyata, terumbu karang di pulau Cilik sangat indah, dihuni oleh berbagai macam jenis ikan dan sangat luas area snorkelingnya. inilah puncak pencapaian snorkeling kami. Tak puas-puasnya menjelajahi area terumbu karang dan menghitung jenis ikan yang berwarna-warni.

Sesuai itinerary, spot berikutnya yang akan kami kunjungi adalah pulau Gosong Karang. Pulau ini hanya berupa gundukan pasir putih tak ada satupun tumbuhan. Daratannya tidak terlalu luas. Jika air pasang pulau tersebut akan tertutup air. Dan jika sedang tidak pasang akan muncul daratan yang putih bersih. Jika berfoto sendirian di gundukan pasir putih tersebut, anda kelihatan seperti makluk asing dari planet lain. Sayang kami melewatkan pulau Gosong karena sedang tertutup air. Beberapa kapal nampak mampir ke pulau tersebut.


Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah tempat penangkaran hiu dan penyu. Area ini terletak di pulau Menjangan Besar, ada wisma apung sebagai tempat menginap. Hayo... berani nggak berenang bersama dengan hiu? Pertama memang ngeri di kolam yang tidak terlalu dalam itu berlalu lalang hiu, kura-kura dan ikan pari. Kami hanya berani memegang dan berfoto bersama kura-kura dan ikan pari. Ikan Hiunya bergerak sangat cepat dan tidak bisa dipegang. Ngeri juga!

Puas rasanya bisa menikmati keindahan laut Karimunjawa. Capek tapi ada kepuasan batin. Wajah kami yang dihari pertama masih bersih bersih. Sekarang sudah memerah bahkan menghitam. tidak apa-apa berganti kulit beberapa hari yang penting bisa menikmati dan mensyukuri keindahan ciptaan Tuhan di bawah air. Malam hari kami berburu cinderamata. Tidak tertarik untuk membeli, karena jenisnya terlalu sedikit dan harganya agak mahal. lebih banyak mengambil dari luar pulau dan bukan hasil kerajinan setempat.

Karimunjawa memang cocok untuk kegiatan berjemur bagi yang ingin menghitamkan kulit, menyelam atau diving bagi yang suka menyelam, snorkeling dan tentu saja memancing. Jetski dan banana boat juga tersedia.

Hanya dengan paket akomodasi Rp. 650,000.- jika rombongan anda kurang dari sepuluh dan Rp. 475,000.- jika rombongan anda lebih dari sepuluh orang. Anda akan bisa menikmati wisata 4 hari 3 malam tersebut dengan fasilitas: Tiket kapal KMP Muria kelas ekonomi (pulang - pergi), penginapan : guest house atau homestay (non-AC), 8x makan besar, 3x bakar ikan, makan siang di pulau wisata, 2x sewa perahu wisata (untuk 2 hari), 2x sewa peralatan snorkel (untuk 2 hari), transportasi selama kegiatan wisata di Karimunjawa, dokumentasi dengan kamera bawah air (untuk kegiatan bawah air tentunya), biaya masuk pulau, pemandu lokal yang berpengalaman.

Jadi kenapa anda harus menunda berwisata ke Karimunjawa? Segera agendakan!


Sedih rasanya harus berpisah dengan rekan-rekan backpacker yang sudah menjadi keluarga besar selama 4 hari 3 malam. Kami akan selalu merindukan kalian semua. Makasih Mas Bayu, Mas Kamid, Mas Moel dkk yang sudah memberikan pelayanan terbaik buat kami semua. (Selesai/J)

Senin, 24 Oktober 2011

Ombak adalah Temanku: Sebuah Catatan Perjalanan Panjang ke Karimunjawa, Jeparadise (2)

Penumpang sudah penuh, jam 8, kapal sudah diberangkatkan. Maklum kapal cepat KMP Kartini dari dermaga Tanjung Mas yang berangkat sehari sebelumnya gagal berangkat karena dihadang ombak yang besar. Jadi banyak penumpang yang mengalihkan perjalanan dengan KMP Muria. “Bangga Menyatukan Nusantara” demikian slogan yang tertulis di dinding Kapal.

Beruntunglah kami datang pagi, jadi bisa mendapatkan tempat duduk, kami duduk di dekat jendela. Tempat duduk yang kami duduki terbuat dari plastik. terasa panas jika harus berlama-lama duduk diatasnya.
Wisatawan yang tidak mendapatkan tempat duduk, naik ke dak di atas dengan menggelar koran atau tikar sebagai alasnya. Perjalanan selama 6 jam memang terasa menjenuhkan karena pemandangannya monoton air dan air. Banyak yang terlelap di tempat duduk masing-masing atau bahkan tidur beralaskan koran di lantai. Entah kenapa saya tidak bisa tidur selalu ingin menikmati pemandangan ditempat dimana saya belum pernah mengenal daerah tersebut. Ah... katro memang mata ini, susah diajak tidur. Ya sudah nikmati saja melihat arak-arakan ombak yang sedang berpawai di birunya lautan.

Di Kapal, kami berkenalan dengan anak-anak Bandung yang merayakan kelulusan sekolah dengan backpackeran. Masih remaja kelas 3 SMP, tapi sudah berani mengurus perjalanan panjang dari Bandung ke Karimunjawa. Salute deh buat mereka berenam (Dio, Dhiko, Ksatria, Derby, Karina dan Sheila).

Kapal oleng ke kiri dan ke kanan dihantam angin timur, sangat menakutkan karena sangat terasa goncangannya. KMP Muria terbagi menjadi tiga lantai: lantai bawah untuk kendaraan, lantai 2 untuk penumpang yang terbagi menjadi kelas ekonomi dan kelas bisnis AC. Ada kantin yang menjual makanan dan minuman ringan serta ada televisi yang memutar film-film laga asing menemani sepanjang perjalanan. Lantai paling atas adalah geladak (dak).

Ketika melihat pulau nun jauh di sana betapa gembira hati kami dan itu juga dirasakan oleh penumpang-penumpang lainnya. Rasa lelah dan jenuh tiba-tiba menghilang dan menguap dari raga kami. Ada sebuah pengharapan baru yang segera akan terwujud.

Setelah mengarungi ombak yang begitu besar selama 6 jam, KMP Muria bersandar di pelabuhan Karimunjawa. Perairan Karimunjawa sangat indah. Air nya bening bak kaca, berwarna biru dan hijau tosca ditimpa cahaya mentari.

Ketika mengaktifkan HP sebuah pesan masuk, “Setibanya di dermaga, kita kumpul di Tourist Information Center (20 meter dari pintu kapal). Kami beri sedikit penjelasan dan kesempatan untuk foto-foto sebelum menuju homestay.tks.” sms dari mas Bayu. Sesuai petunjuk sms, kami pun berkumpul di aula tourist information. Mas Bayu memiliki tinggi kurang lebih 160 an kelihatan pendek dan imut (he... maaf ya mas Bayu), dengan memakai kaos hitam lengan panjang, topi abu-abu, celana hijau ala tentara dengan kantong yang besar-besar di kiri kanan, dipinggangnya melilit tas hitam. Mas Bayu didampingi Mas Kamid yang berkacamata menjelaskan tentang rencana-rencana tour yang akan kita jalani selama di Karimunjawa melalui gambar yang tertempel di papan yang menggambarkan pulau-pulau dan gambar-gambar pantai, terumbu karang dan ikan-ikan yang berwarna-warni.

Rombongan yang tergabung sebanyak 18 orang (2 orang tertinggal karena kapal berangkat lebih pagi dari yang direncanakan), kami belum saling mengenal masih terlalu jaim dan sungkan untuk berkenalan. Ketika diminta berfoto di Gapura “Selamat Datang di Karimunjawa” pun hanya beberapa yang berpatisipasi. Sungguh pemandangan yang memilukan. Rombongan di jemput mobil menuju penginapan. Kami menginap di Liandry Homestay tak jauh dari alun-alun Karimunjawa.

Penginapan (homestay) ini kelihatan masih baru, cat nya berwarna oranye dengan lantai berkeramik putih. Di depan homestay sebelah kanan ada pohon jambu yang sedang berbunga dengan lingkaran kayu membentuk meja mengelilingi pohon. Disinilah tempat favorit kami ngobrol. Sebelah kiri ada payung besar dengan penyangga besi dan meja yang mengelilingi dengan tulisan merk sebuah minuman. Masing masing kamar dihuni oleh dua orang. Saya sekamar dengan Phael. Di kamar tersedia meja, kaca hias dan kipas angin. Listrik di Karimun hanya hidup mulai pukul 6 sore sampai 6 pagi, jadi malam hari sebaiknya anda sudah men charge batere hape dan kamera.

Hari pertama di Karimunjawa, kami isi dengan menikmati senja di Nirwana Resort. Masuk ke area tersebut dikenai tiket Rp. 12,500.- tempatnya nampak kurang terawat, di kanan kiri jalan ditumbuhi rumput yang sudah tinggi. Pantainya lumayan bagus dikelilingi pohon nyiur. Ada bangunan resort yang berdiri kokoh dengan lantai terbuat dari kayu. Sejauh mata memandang view hamparan laut yang berwana biru menyejukkan mata yang memandang. Dibawah area bangunan yang menjorok ke laut, ada batu-batu karang yang sangat indah jika dipakai menjadi latar belakang untuk berfoto. Sayang tak bisa melihat sunset dari area ini.

Malam hari, semua rombongan dibawa mas Bayu ke lapangan di alun-alun yang terletak tidak jauh dari penginapan. Dengan duduk melingkar beralaskan tikar. Kami saling berkenalan satu dengan yang lain. Satu per satu memperkenalkan diri: Raphael, Stanley, Andika, Leo, Adek, Enok, Bunga, Erny, Gianov, Dana, Yuli, Tanti, Yuki, Mia, Mey, Mas Koes, Rian dan saya sendiri. Hebat... mas bayu bisa langsung menghafal ke-18 tamu-tamunya. Mereka ada yang berasal dari Bandung, Jakarta dan Cilacap. Mas Bayu juga memperkenalkan pemandu yang akan menyertai selama tour berlangsung. Selesai memperkenalkan diri, kami bersantap malam dengan menu seafood yang mengundang selera. Karena energi kami sudah terkuras dalam perjalanan panjang, capek dan penat. kami menghabiskan malam dengan tidur di kamar masing-masing. Karena esok hari, kami harus bangun pagi untuk explore ke 4 pulau.

Hari Kedua, aktivitas dimulai dengan mandi. Ada dua kamar mandi di homestay. Kami silih berganti masuk ke kamar mandi. Yang sudah selesai mandi langsung mengambil sarapan yang sudah tersedia di meja makan. Tak lupa memakai sunblock sebagai pelindung dari sinar ultraviolet matahari. Kaca mata dan topi, serta minum multivitamin biar kondisi tetap bugar. Segala perlengkapan sudah siap. Saatnya untuk berangkat.

Sebelum naik ke perahu motor, kami berfoto di bawah pohon kenari yang menjulang tinggi, dengan batang-batangnya yang berwarna putih. Pohon ini nampak menonjol diantara pohon-pohon yang lain karena menjulang tinggi ke angkasa. Kami mulai akrab dan saling bercanda. Di dermaga kami diharuskan memakai pelampung sebagai sarana pengaman. Dua perahu telah tersedia. Yang cewek berkumpul satu perahu, demikian juga yang cowok satu perahu. Perjalanan ke barat pun di mulai. Dengan dorongan Angin timur, perahu melaju kencang membelah laut, ombak tidak terlalu besar menemani kami sepanjang perjalanan. Kira-kira 2 jam kemudian perahu melambat, abang nahkoda melemparkan sauh. Kami sampai di spot pertama, perairan Pulau Menjangan Kecil.

Perairan di Pulau Menjangan Kecil sangat jernih, berwarna hijau tosca yang menyejukkan mata. Pemandu kami mengeluarkan peralatan snorkeling: kacamata besar, sepatu fin, dan alat bantu pernafasan untuk menyelam. Jeburrrr... satu persatu kami terjun ke laut yang jernih itu. Terumbu karang di perairan pulau Menjangan Kecil kurang bagus Karena banyak yang sudah mati. Tetapi keramahan ikan-ikannya sungguh mengagumkan dan menyenangkan. Dengan berbekal roti, ikan-ikan bergaris garis hitam putih, berperut besar dan bermoncong kecil itu dengan senang hati akan mengerumuni telapak tangan anda. Wow... indahnya dunia. Mas Moel, yang ramah sibuk memotret tingkah laku kami melalui kamera bawah air, kami menjadi narsis di bawah air. Puas bercengkerama bersama dengan ikan- ikan kami melanjutkan ke spot berikutnya, Pulau Geleang,

Pulau Geleang, pulau yang sangat indah. Sangat eksotis susah diungkapkan dengan kata-kata, pasirnya putih lembut, sepanjang garis pantainya landai berwarna hijau bagai kolam renang besar yang mengelilingi pulau. Gradasi warna putih bening di pinggir, hijau muda, biru muda dan biru tua bagai lukisan para seniman ternama. Apalagi langit pun berwarna biru sebiru birunya tanpa dihalangi asap-asap kendaraan/pabrik. Awan putih tipis menambah cantik tampilan langit. Bermain-main air pun tak akan merasa bosan walau sang mentari tepat di atas kepala. Para gadis yang
berjemur di tepian pantai menambah bening mata memandang. Lambaian nyiur seakan menyapa wisatawan untuk berfoto bersama. Ah ternyata Tuhan meninggalkan secuil Nirwana di Karimunjawa. Aktivitas kami pun diisi dengan mandi dan berfoto tak habis-habisnya berganti gaya. Setelah lelah, istirahat sebentar untuk membakar ikan dan makan siang. Hmmm sedapnya... makan dengan ikan segar. Ditambah Minum air kelapa muda yang airnya terasa manis membasahi kerongkongan yang kering, menambah nikmatnya hidup.

Spot berikutnya adalah ke pulau cemara kecil, disebut pulau cemara kecil, karena daratan yang kecil dari pulau dipenuhi oleh pohon-pohon cemara. Daratannya berpasir putih dan perairannya berwarna hijau tosca mengelilingi pulau. Kami tidak turun ke pulau, hanya snorkeling di perairan sekitar pulau. Terumbu karangnya lumayan bagus, arus bawahnya agak kencang karena sering menyeret kami ke tempat yang agak jauh. Puas snorkeling, perjalanan dilanjutkan ke Pulau
Tanjung Gelam. Pulau ini masih banyak pepohonan yang tumbuh lebat. Pantainya dipenuhi oleh karang-karang yang sangat indah untuk menjadi latar belakang foto bersama. Explore Hari ke-dua di Karimunjawa selesai sore hari jam 5 an. Wajah-wajah ceria mengikuti langkah-langkah kami menuju penginapan.

Setelah mandi, tempat favorite kami berkumpul adalah di alun-alun. Karena banyak menjual berbagai makanan. Alun-alun ini selalu dipenuhi oleh wisatawan-wisatawan untuk ngobrol sambil lesehan menikmati makanan. Dari dermaga di dekat alun-alun, bisa menyaksikan matahari terbenam (sunset). Malam yang indah ditemani angin laut yang berdesir dan menikmati makanan yang hangat-hangat menambah romantisme malam. Malam hari, dua rekan yang tertinggal kapal, Amel dan suaminya Satya yang berasal dari Semarang sudah sampai dan bergabung di penginapan. Dua sejoli, pengantin baru yang sedang mesra-mesranya. Membuat iri semua peserta melihat kemesraannya. Nempel terus kayak perangko. (bersambung ke tulisan berikutnya/J)

Minggu, 23 Oktober 2011

Ombak adalah Temanku: Sebuah Catatan Perjalanan Panjang ke Karimunjawa, Jeparadise (1)

“Ombak adalah temanku” Kata ini mengiang-ngiang di telinga, karena diucapkan ketika kapal yang kami tumpangi sedang membelah laut di Karimunjawa. Kami benar-benar ketakutan! ombak yang begitu besar mengayun-ayun menghantam depan belakang, kiri kanan badan kapal, bagai hendak menelan dan menenggelamkan kapal kecil yang kami tumpangi. semua berteriak teriak terlebih teman-teman wanita.

Dalam ketakutan dan kepanikan seperti itu ada sebuah kata penghiburan dari mas Moel yang menjadi tour guide kami, yang sedari tadi malah senyum-senyum dan mentertawakan roman muka kami yang ketakutan, perawakannya kecil, wajah dan badannya menghitam terbakar matahari karena hampir tiap hari berjemur dengan panas untuk mengantar turis-turis lokal maupun mancanegara. “ombak adalah temanku,” Kata-kata ini menemui maknanya ketika kami terombang ambing di lautan lepas dan hendak “ditenggelamkan” oleh ganasnya alam yang memiliki kekuatan maha dahsyat, dan kita manusia bagai makluk kecil yang tiada berdaya. Bagi kami ombak adalah ancaman, tapi bagi nelayan dan tour guide seperti mas Moel ombak adalah halaman belakang dan teman bermain sehari-hari.

Bagai mantra, kata-kata Mas Moel ini saya terapkan. Saya mencoba untuk menjadikan ombak yang sedang ber ‘konspirasi’ dengan angin Timur sebagai ‘teman’ dan tidak menganggapnya sebagai lawan atau ancaman. Hasilnya mujarab, saya menjadi tenang dan menikmati perjalanan. Mulai mengamati datangnya ombak dari depan, dari samping kiri dan kanan dan mulai menyesuaikan ayunannya dan bahagia ketika cipratan air laut menyapa dan membaptis muka. Perjalanan menjadi menyenangkan karena ombak yang ganas itu sudah menjadi teman akrab bagai bermain-main ayunan kora-kora di dunia fantasi.

Kepulauan Karimunjawa Sebuah destinasi wisata yang mulai banyak dikunjungi wisatawan dari dalam dan luar negeri karena menjanjikan pemandangan bawah air dan pantai berpasir putih yang mengagumkan. Terletak di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, + 83 km dari kota Jepara menuju arah utara. Merupakan kepulauan yang ditetapkan sebagai Taman Nasional Laut Karimunjawa. Dengan pulau berjumlah 27 buah, namun yang berpenghuni hanya 5 buah. yaitu Karimunjawa, Kemujan, Parang, Nyamuk dan Genting.

Perjalanan dari Jakarta ke Jepara bisa ditempuh dengan bus Nusantara dari Grogol dengan ongkos 115.000 untuk bus eksekutif dan 175.000 untuk supereksekutif (tarif bus sewaktu saya pergi). Juga bisa menggunakan kereta api bisnis dengan ongkos 115.000 s/d 125.000 dan 220.000-250.000 dengan Kereta Argo. Karena mencoba backpackeran kami putuskan naik kereta bisnis. Dari Stasiun Senen, perjalanan panjang kami, dimulai.

Karimunjawa banyak orang yang belum mengenalnya, termasuk saya. Saya mengenal kepulauan ini melalui browsing di internet. Sebenarnya tidak untuk mencari nama kepulauan itu melainkan mencari kata “backpacker”. Diantara sekian kata yang muncul adalah facebook karimunjawa.backpacker. Dari situ saya melihat, keindahan dan keeksotisan kepulauan karimunjawa. Kontak dengan mas Bayu EO cekeran manajemen sekaligus pengelola facebook pun intens dilakukan baik via email facebook maupun via sms. Deal tanggal keberangkatan pun dibuat yakni tanggal 26-29 Juni 2011 setelah gagal berangkat di tanggal 14 – 17 Mei 2011.

Kereta Api Bisnis jurusan Jakarta (Senen) – Semarang (Tawang) pun kami pesan. Hari Sabtu, 25 Juni 2011, jam 19.30, kereta berangkat. Karena weekend kereta dipenuhi oleh penumpang, yang tidak kebagian tempat duduk memenuhi lorong-lorong kereta. Asyiknya naik kereta ekonomi atau bisnis adalah saat sampai dan berhenti di stasiun tertentu selalu diramaikan oleh penjual-penjual yang menjajakan air minum, rokok dan makanan. Aqua... aqua... rokok... rokok... jahe anget... jahe anget... bersahut-sahutan memenuhi ruangan kereta dengan suara khas masing-masing. Sungguh merdu didengar di tengah suasana malam yang semakin larut.

Kira-kira jam 03.30 kereta pun sampai di Stasiun Tawang Semarang, masih terlalu pagi. Tapi perjalanan harus terus berlanjut. Sesampai di pintu keluar, kami menawar taksi menuju ke dermaga Kartini, Jepara. Ongkos dari stasiun Tawang ke Jepara adalah tarif resmi jadi tidak memakai argo, dipatok seharga Rp. 260,000.- kami pun meluncur ke Jepara. Sepagi itu Semarang sudah menggeliat dengan hilir mudiknya pedagang dengan truk dan kendaraan-kendaraan bak terbuka menuju ke pusat-pusat ekonomi.

“Dear all, besok pagi saya sudah standby di dermaga Jepara dari jam 6 pagi di warung makan bu Bambang (x-banner Karimunjawa for Backpacker). Tiket bisa diambil di saya. Kapal berangkat jam 9. Makin pagi datang makin baik agar dapat tempat duduk di kapal. Pastikan sudah sarapan dan membawa bekal makan siang. Tks.” Pesan sms dari Mas Bayu saya terima. Kira-kira jam 06.00 taksi pun tiba di Dermaga Jepara.

Setelah membayar taksi, kami pun mencari petunjuk sesuai sms. Mas Bayu ditemani mas Kamid, menyambut dengan senyum yang mengembang. Setelah mendapat tiket, kami pun membeli sarapan di warung bu Bambang dengan nasi sayur dan telur dadar ditambah segelas teh manis panas membuat tubuh menjadi segar kembali. Banyak sekali rombongan yang datang silih berganti.Tiket kapal KMP Muria untuk kelas ekonomi Rp. 30,500,- dan Rp. 80,000,- per orang untuk bisnis AC dengan waktu tempuh 6 jam. Untuk mencapai Karimunjawa bisa di tempuh juga dengan kapal cepat KMP Kartini dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, tiket bisnis AC Rp. 130,000,- dan Rp. 150,000.- untuk tiket eksekutif dengan waktu tempuh 3 jam. Hanya anda harus memesan tiket jauh-jauh hari, karena tiket biasanya sudah dipesan oleh agen-agen perjalanan. (Bersambung ke tulisan kedua/J)