Senin, 24 Oktober 2011

Ombak adalah Temanku: Sebuah Catatan Perjalanan Panjang ke Karimunjawa, Jeparadise (2)

Penumpang sudah penuh, jam 8, kapal sudah diberangkatkan. Maklum kapal cepat KMP Kartini dari dermaga Tanjung Mas yang berangkat sehari sebelumnya gagal berangkat karena dihadang ombak yang besar. Jadi banyak penumpang yang mengalihkan perjalanan dengan KMP Muria. “Bangga Menyatukan Nusantara” demikian slogan yang tertulis di dinding Kapal.

Beruntunglah kami datang pagi, jadi bisa mendapatkan tempat duduk, kami duduk di dekat jendela. Tempat duduk yang kami duduki terbuat dari plastik. terasa panas jika harus berlama-lama duduk diatasnya.
Wisatawan yang tidak mendapatkan tempat duduk, naik ke dak di atas dengan menggelar koran atau tikar sebagai alasnya. Perjalanan selama 6 jam memang terasa menjenuhkan karena pemandangannya monoton air dan air. Banyak yang terlelap di tempat duduk masing-masing atau bahkan tidur beralaskan koran di lantai. Entah kenapa saya tidak bisa tidur selalu ingin menikmati pemandangan ditempat dimana saya belum pernah mengenal daerah tersebut. Ah... katro memang mata ini, susah diajak tidur. Ya sudah nikmati saja melihat arak-arakan ombak yang sedang berpawai di birunya lautan.

Di Kapal, kami berkenalan dengan anak-anak Bandung yang merayakan kelulusan sekolah dengan backpackeran. Masih remaja kelas 3 SMP, tapi sudah berani mengurus perjalanan panjang dari Bandung ke Karimunjawa. Salute deh buat mereka berenam (Dio, Dhiko, Ksatria, Derby, Karina dan Sheila).

Kapal oleng ke kiri dan ke kanan dihantam angin timur, sangat menakutkan karena sangat terasa goncangannya. KMP Muria terbagi menjadi tiga lantai: lantai bawah untuk kendaraan, lantai 2 untuk penumpang yang terbagi menjadi kelas ekonomi dan kelas bisnis AC. Ada kantin yang menjual makanan dan minuman ringan serta ada televisi yang memutar film-film laga asing menemani sepanjang perjalanan. Lantai paling atas adalah geladak (dak).

Ketika melihat pulau nun jauh di sana betapa gembira hati kami dan itu juga dirasakan oleh penumpang-penumpang lainnya. Rasa lelah dan jenuh tiba-tiba menghilang dan menguap dari raga kami. Ada sebuah pengharapan baru yang segera akan terwujud.

Setelah mengarungi ombak yang begitu besar selama 6 jam, KMP Muria bersandar di pelabuhan Karimunjawa. Perairan Karimunjawa sangat indah. Air nya bening bak kaca, berwarna biru dan hijau tosca ditimpa cahaya mentari.

Ketika mengaktifkan HP sebuah pesan masuk, “Setibanya di dermaga, kita kumpul di Tourist Information Center (20 meter dari pintu kapal). Kami beri sedikit penjelasan dan kesempatan untuk foto-foto sebelum menuju homestay.tks.” sms dari mas Bayu. Sesuai petunjuk sms, kami pun berkumpul di aula tourist information. Mas Bayu memiliki tinggi kurang lebih 160 an kelihatan pendek dan imut (he... maaf ya mas Bayu), dengan memakai kaos hitam lengan panjang, topi abu-abu, celana hijau ala tentara dengan kantong yang besar-besar di kiri kanan, dipinggangnya melilit tas hitam. Mas Bayu didampingi Mas Kamid yang berkacamata menjelaskan tentang rencana-rencana tour yang akan kita jalani selama di Karimunjawa melalui gambar yang tertempel di papan yang menggambarkan pulau-pulau dan gambar-gambar pantai, terumbu karang dan ikan-ikan yang berwarna-warni.

Rombongan yang tergabung sebanyak 18 orang (2 orang tertinggal karena kapal berangkat lebih pagi dari yang direncanakan), kami belum saling mengenal masih terlalu jaim dan sungkan untuk berkenalan. Ketika diminta berfoto di Gapura “Selamat Datang di Karimunjawa” pun hanya beberapa yang berpatisipasi. Sungguh pemandangan yang memilukan. Rombongan di jemput mobil menuju penginapan. Kami menginap di Liandry Homestay tak jauh dari alun-alun Karimunjawa.

Penginapan (homestay) ini kelihatan masih baru, cat nya berwarna oranye dengan lantai berkeramik putih. Di depan homestay sebelah kanan ada pohon jambu yang sedang berbunga dengan lingkaran kayu membentuk meja mengelilingi pohon. Disinilah tempat favorit kami ngobrol. Sebelah kiri ada payung besar dengan penyangga besi dan meja yang mengelilingi dengan tulisan merk sebuah minuman. Masing masing kamar dihuni oleh dua orang. Saya sekamar dengan Phael. Di kamar tersedia meja, kaca hias dan kipas angin. Listrik di Karimun hanya hidup mulai pukul 6 sore sampai 6 pagi, jadi malam hari sebaiknya anda sudah men charge batere hape dan kamera.

Hari pertama di Karimunjawa, kami isi dengan menikmati senja di Nirwana Resort. Masuk ke area tersebut dikenai tiket Rp. 12,500.- tempatnya nampak kurang terawat, di kanan kiri jalan ditumbuhi rumput yang sudah tinggi. Pantainya lumayan bagus dikelilingi pohon nyiur. Ada bangunan resort yang berdiri kokoh dengan lantai terbuat dari kayu. Sejauh mata memandang view hamparan laut yang berwana biru menyejukkan mata yang memandang. Dibawah area bangunan yang menjorok ke laut, ada batu-batu karang yang sangat indah jika dipakai menjadi latar belakang untuk berfoto. Sayang tak bisa melihat sunset dari area ini.

Malam hari, semua rombongan dibawa mas Bayu ke lapangan di alun-alun yang terletak tidak jauh dari penginapan. Dengan duduk melingkar beralaskan tikar. Kami saling berkenalan satu dengan yang lain. Satu per satu memperkenalkan diri: Raphael, Stanley, Andika, Leo, Adek, Enok, Bunga, Erny, Gianov, Dana, Yuli, Tanti, Yuki, Mia, Mey, Mas Koes, Rian dan saya sendiri. Hebat... mas bayu bisa langsung menghafal ke-18 tamu-tamunya. Mereka ada yang berasal dari Bandung, Jakarta dan Cilacap. Mas Bayu juga memperkenalkan pemandu yang akan menyertai selama tour berlangsung. Selesai memperkenalkan diri, kami bersantap malam dengan menu seafood yang mengundang selera. Karena energi kami sudah terkuras dalam perjalanan panjang, capek dan penat. kami menghabiskan malam dengan tidur di kamar masing-masing. Karena esok hari, kami harus bangun pagi untuk explore ke 4 pulau.

Hari Kedua, aktivitas dimulai dengan mandi. Ada dua kamar mandi di homestay. Kami silih berganti masuk ke kamar mandi. Yang sudah selesai mandi langsung mengambil sarapan yang sudah tersedia di meja makan. Tak lupa memakai sunblock sebagai pelindung dari sinar ultraviolet matahari. Kaca mata dan topi, serta minum multivitamin biar kondisi tetap bugar. Segala perlengkapan sudah siap. Saatnya untuk berangkat.

Sebelum naik ke perahu motor, kami berfoto di bawah pohon kenari yang menjulang tinggi, dengan batang-batangnya yang berwarna putih. Pohon ini nampak menonjol diantara pohon-pohon yang lain karena menjulang tinggi ke angkasa. Kami mulai akrab dan saling bercanda. Di dermaga kami diharuskan memakai pelampung sebagai sarana pengaman. Dua perahu telah tersedia. Yang cewek berkumpul satu perahu, demikian juga yang cowok satu perahu. Perjalanan ke barat pun di mulai. Dengan dorongan Angin timur, perahu melaju kencang membelah laut, ombak tidak terlalu besar menemani kami sepanjang perjalanan. Kira-kira 2 jam kemudian perahu melambat, abang nahkoda melemparkan sauh. Kami sampai di spot pertama, perairan Pulau Menjangan Kecil.

Perairan di Pulau Menjangan Kecil sangat jernih, berwarna hijau tosca yang menyejukkan mata. Pemandu kami mengeluarkan peralatan snorkeling: kacamata besar, sepatu fin, dan alat bantu pernafasan untuk menyelam. Jeburrrr... satu persatu kami terjun ke laut yang jernih itu. Terumbu karang di perairan pulau Menjangan Kecil kurang bagus Karena banyak yang sudah mati. Tetapi keramahan ikan-ikannya sungguh mengagumkan dan menyenangkan. Dengan berbekal roti, ikan-ikan bergaris garis hitam putih, berperut besar dan bermoncong kecil itu dengan senang hati akan mengerumuni telapak tangan anda. Wow... indahnya dunia. Mas Moel, yang ramah sibuk memotret tingkah laku kami melalui kamera bawah air, kami menjadi narsis di bawah air. Puas bercengkerama bersama dengan ikan- ikan kami melanjutkan ke spot berikutnya, Pulau Geleang,

Pulau Geleang, pulau yang sangat indah. Sangat eksotis susah diungkapkan dengan kata-kata, pasirnya putih lembut, sepanjang garis pantainya landai berwarna hijau bagai kolam renang besar yang mengelilingi pulau. Gradasi warna putih bening di pinggir, hijau muda, biru muda dan biru tua bagai lukisan para seniman ternama. Apalagi langit pun berwarna biru sebiru birunya tanpa dihalangi asap-asap kendaraan/pabrik. Awan putih tipis menambah cantik tampilan langit. Bermain-main air pun tak akan merasa bosan walau sang mentari tepat di atas kepala. Para gadis yang
berjemur di tepian pantai menambah bening mata memandang. Lambaian nyiur seakan menyapa wisatawan untuk berfoto bersama. Ah ternyata Tuhan meninggalkan secuil Nirwana di Karimunjawa. Aktivitas kami pun diisi dengan mandi dan berfoto tak habis-habisnya berganti gaya. Setelah lelah, istirahat sebentar untuk membakar ikan dan makan siang. Hmmm sedapnya... makan dengan ikan segar. Ditambah Minum air kelapa muda yang airnya terasa manis membasahi kerongkongan yang kering, menambah nikmatnya hidup.

Spot berikutnya adalah ke pulau cemara kecil, disebut pulau cemara kecil, karena daratan yang kecil dari pulau dipenuhi oleh pohon-pohon cemara. Daratannya berpasir putih dan perairannya berwarna hijau tosca mengelilingi pulau. Kami tidak turun ke pulau, hanya snorkeling di perairan sekitar pulau. Terumbu karangnya lumayan bagus, arus bawahnya agak kencang karena sering menyeret kami ke tempat yang agak jauh. Puas snorkeling, perjalanan dilanjutkan ke Pulau
Tanjung Gelam. Pulau ini masih banyak pepohonan yang tumbuh lebat. Pantainya dipenuhi oleh karang-karang yang sangat indah untuk menjadi latar belakang foto bersama. Explore Hari ke-dua di Karimunjawa selesai sore hari jam 5 an. Wajah-wajah ceria mengikuti langkah-langkah kami menuju penginapan.

Setelah mandi, tempat favorite kami berkumpul adalah di alun-alun. Karena banyak menjual berbagai makanan. Alun-alun ini selalu dipenuhi oleh wisatawan-wisatawan untuk ngobrol sambil lesehan menikmati makanan. Dari dermaga di dekat alun-alun, bisa menyaksikan matahari terbenam (sunset). Malam yang indah ditemani angin laut yang berdesir dan menikmati makanan yang hangat-hangat menambah romantisme malam. Malam hari, dua rekan yang tertinggal kapal, Amel dan suaminya Satya yang berasal dari Semarang sudah sampai dan bergabung di penginapan. Dua sejoli, pengantin baru yang sedang mesra-mesranya. Membuat iri semua peserta melihat kemesraannya. Nempel terus kayak perangko. (bersambung ke tulisan berikutnya/J)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar