Kamis, 01 Maret 2012

Menyepi di Tepian Laut Derawan Nan Menawan

Untuk mencapai ke Derawan tidak memakai kapal besar (Kapal Ferry) seperti ke Karimunjawa melainkan speedboat kecil yang muat untuk dua puluhan orang. Ada juga yang lebih besar yang muat untuk lima puluhan orang. Speedboat biru yang membawa kami sudah merapat di dermaga. Tas-tas Bawaan kami di estafet dari dermaga atas ke tempat dimana speedboat merapat di bawah. Crew kapal mengatur tas-tas di bawah tempat duduk, setelah rapi satu per satu masuk ke dalam kapal dan mulailah kapal melaju.

Memakai speedboat ternyata lebih menakutkan, karena jarak antara air dan tempat duduk lebih dekat. Apalagi saat melewati ombak terdengar suara geledak geleduk. Perahu kecil itu melaju dengan sangat cepat di tengah lautan yang maha luas. Bau bensin yang dibawa di dalam drum di belakang nakhoda sangat mengganggu hidung kami, karena ruangan jadi pengap. Anak-anak peserta tour melanjutkan tidur dan merenda mimpi. Rasanya hanya speedboat kami, satu-satunya yang menuju ke Derawan hari itu. Di tengah laut tidak kami temukan speedboat lain dan hanya sesekali bertemu dengan nelayan yang sedang mencari ikan.

Perjalanan terasa begitu lama dan menjemukan, karena hanya melihat air dan air, tidak ada yang lain. Jika melihat peta pulau Kalimantan, perjalanan dari Tarakan yang terletak di atas pulau Kalimantan yang dekat perbatasan Malaysia, sedangkan kepulauan Derawan ada di bawah. Dibutuhkan waktu tiga setengah sampai empat jam perjalanan dari Tarakan.

Bayang-bayang pulau di depan, membuat pengharapan kami begitu menggebu untuk segera sampai di Derawan. Sudah mulai terlihat beberapa pulau kecil di kanan dan di kiri dan juga di depan. “masih setengah jam lagi” kata crew kapal.

Begitu memasuki ke perairan pulau Derawan kecepatan speedboat dikurangi, karena perairan di sekitar pulau terlalu dangkal. Dan rasa capek dan penat kami langsung sirna begitu melihat hijau tosca perairan di seputar pulau Derawan. Airnya bening dan hijau sepanjang mata memandang. Speedboat harus mencari celah-celah perairan yang lebih dalam agar tidak kandas. Bisa dibayangkan jika perairan sekitar berwarma hijau tosca berarti terumbu karang di bawah air ini sangat bagus dan dihuni oleh ribuan ikan yang berwarna-warni. Tak sabar ingin melihat keindahan bawah airnya. Pantas kapal besar tidak melayani ke Derawan, karena perairannya yang dangkal. Speedboat saja harus menunggu air pasang untuk menggapai dermaga.

Setelah berputar ke sana ke mari mencari jalan, akhirnya kami sampai di Dermaga. Wajah-wajah ceria menghiasi peserta tour. Tahu nggak? Bungalow-bungalow yang berdiri di atas air yang bening, dimana speedboat bersandar adalah penginapan yang kami tempati. Wow keren sekali... penginapan kami ternyata ada di atas air yang bening. Rasanya seperti mimpi. Penginapan kami berdiri di atas dua dermaga yang menjorok ke laut, kedua dermaga dihubungkan oleh jembatan. Celah antara dua dermaga itu dipakai untuk bersandar dan lalu-lalang speedboat-speeboat. Airnya begitu bening sehingga bisa melihat dasar laut dan ikan warna warni yang berseliweran.

Pembagian kamar, kami dipersilahkan memilih bungalow dengan masing-masing kamar bungalow terdiri 2 orang. Saya dan Sambi memilih bungalow paling ujung di sebelah kanan dimana speedboat bersandar. Di dalam satu bungalow terdiri dari kamar tidur berupa kasur besar untuk dua orang, ada televisi yang hanya bisa menyiarkan dua channel, ada AC dan kamar mandi. Dari jendela kamar bisa menyaksikan hilir mudik perahu-perahu sampan milik nelayan dan resort mewah di ujung sana. Dari jendela juga bisa melihat matahari terbit (sunrise), so sweet benar-benar pemandangan yang indah.

Hari Pertama di pulau Derawan adalah acara bebas. Bukannya tidur untuk membuang lelah dan penat para peserta malah narsis tiada habisnya. “Malam nanti jika ada pendaratan penyu akan diberitahukan,” Kata mas Bayu. Yang dimaksud dengan pendaratan penyu adalah saat dimana penyu ke pantai untuk bertelur.

Setelah mandi saya dan beberapa rekan nongkrong di ujung dermaga menanti matahari terbenam (sunset). Sementara rekan rekan yang lain menikmatinya dari dermaga lain. Bersiap dengan kamera di tangan, memotret detik demi detik perubahan warna yang terjadi saat matahari terbenam sangat indah dan mengagumkan. Apalagi senja begitu cerah.

Langit berwarna biru, awan-awan putih dan hitam menghias angkasa. Bias warna matahari putih menyentuh permukaan laut hanya sedikit warna jingga di garis cakrawala. Semakin lama warna jingga di langit barat semakin banyak. Dan warna permukaan lautpun berubah sedikit keemasan. Awan-awan putih berubah menjadi warna hitam. Bias cahaya matahari yang menembus awan membuat permukaan cakrawala memancarkan emas berkilauan demikian juga permukaan laut menjadi emas. Wow indah sekali susah dilukiskan dengan kata-kata. Hari pertama di Derawan disambut dengan nyanyian cakrawala yang memuliakan Sang Pencipta. Dan ternyata itulah sunset terindah yang bisa kami nikmati, karena hari-hari berikutnya kami tak menemui sunset seindah hari pertama.

Kami berkumpul di ruang makan untuk makan dan mendengarkan penjelasan dari Mas Bayu dan Mas Eka tentang kegiatan yang akan dilakukan esok hari. Kami mendapatkan seragam kaos berwarna hitam dengan tulisan “Goes To Derawan Islands di dada dan “cekeran manajemen” di sebelah kanan. Gambar bendera merah putih di sebelah kiri dan logo “wonderful Indonesia” di kaos bagian belakang. Lengan bermotif batik. Pokoknya nuansanya Indonesia banget. Kita diajak untuk bangga menikmati dan mencintai produk bangsa sendiri dan mensyukuri indahnya alam Indonesia. Kaos harus dipakai untuk kegiatan esok hari.

Setelah makan, kami menyepi di tepian dermaga sambil menikmati udara laut yang sejuk. Sambil ngobrol dan rebahan di lantai kayu dermaga, mata memandang kerlip bintang di atas sana. Sungguh tenang dan damainya hati ini bisa menyepi di tepian dermaga laut derawan nan menawan hati. Di Dermaga itulah tempat favorit kami ngobrol menghabiskan malam.

Dari dermaga ini pula kami bisa melihat orang-orang yang sedang menghabiskan waktu dengan memancing dan jika beruntung bisa melihat penyu yang sedang berenang. Sayang kami tidak bisa menemukan pendaratan penyu yang akan bertelur.

Karena acara bebas, malam itu kami menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di seputar Derawan sekaligus perkenalan dengan lingkungan wisatanya. Ada banyak penginapan di Derawan. Tinggal memilih sesuai dengan kantong: ada penginapan murah semacam homestay, ada hotel dan resort yang mahal juga. Makanan di Derawan terhitung mahal. Karena harus membeli bahan bakunya dari Berau dengan memakai kapal kurang lebih satu jam perjalanan.

Setelah capek kami tidur karena esok harus explore ke empat tempat sekaligus menjaga kondisi agar tetap fit. (J/Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar