Senin, 14 Desember 2009

Pohon Natal Tertinggi

Pohon Natal tertinggi di Indonesia baru saja di catat di rekor MURI pada tanggal 12 Desember 2009 setinggi 35,05 meter, berdiri dengan sangat megahnya di kompleks Central Park, Tanjung Duren Grogol.

Pohon Natal ini masih kalah dengan yang ada di Mount Feber, Singapura yang mencapai tinggi 61 meter.

Pohon Natal tertinggi ternyata tercatat di Mexico, Pohon Natal ini mencatatkan namanya dalam Guinness Book of Records. Negara itu resmi dinyatakan memiliki pohon natal buatan tertinggi di dunia. Pohon Natal setinggi 110,35 meter yang terbuat dari tali baja itu didirikan di Reforma Avenue, Mexico City. Menurut Reuters, pohon Natal ini dihiasai 1,2 juta balon lampu yang dihubungkan dengan tak kurang dari 80 Km kabel.

Duh berapa biaya untuk menciptakan rekor-rekor tersebut, tentu tak murah. Sementara Natal di kampung-kampung masih menggunakan cemara berhiaskan hiasan natal yang sangat sederhana tapi ternyata lebih bermakna dan lebih meresap di dalam hati. Yesus juga datang di tempat yang sangat sederhana, di kandang domba bahkan untuk mendapatkan penginapan yang layak pun tak ada tempat bagi Yesus.

Adakah Natal tahun ini juga tak ada tempat bagi Yesus di hati kita, banggakah kita dengan pohon Natal yang berlomba-lomba menjulangkan nya ke langit, sementara di sekitar kita masih banyak kaum papa yang untuk makan sehari sekali saja perlu membanting tulang untuk mendapatkannya?

Selamat Natal 2009 mari kita siapkan hati kita untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua. Selamat menyongsong Tahun Baru. Tuhan memberkati Kita semua. (J)

Senin, 07 Desember 2009

21 – 12 - 12 Benarkah Hari Kiamat Itu?

Film fenomenal yang menjadi perbincangan dan buah bibir akhir-akhir ini dan menyedot perhatian begitu banyak tokoh agama untuk berbicara adalah film tentang akhir jaman yang berjudul 2012. Padahal jika kita tilik ada begitu banyak judul film yang mengambil tema serupa, semisal Armagedon, The Day After Tomorrow dan yang baru beberapa bulan lalu saya tulis di Blog saya adalah Knowing. Tetapi kenapa hanya film ini yang menuai kontroversi?

Masalah yang menjadi pangkal tolak terjadinya kontroversi dikarenakan dalam film ini menyebut tanggal, bulan dan tahun, kapan terjadinya akhir jaman. Padahal kitab agama-agama baik Kristen maupun Islam mengakui bahwa kiamat menjadi rahasia dari yang Empunya Hidup - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri.” (Mat 24:36)

Film ini dibuat berdasarkan Teori-teori dan ramalan suku Maya akan kiamat dunia atau berakhirnya penanggalan suku maya pada tahun 2012 (Mayan Prophecy) “tidak ada penanggalan setelah tanggal 21-12-12” yang diartikan sebagai akhir jaman dan diperkuat cerita mistis Bangsa Sumeria tentang Planet Nibiru, dan akhirnya kini memanas sebagai “ramalan kiamat” 21 Desember 2012.

Menurut ahli-ahli astronomi dan para ilmuwan, pada tahun 2012 memang diperkirakan akan terjadi badai matahari yang disebabkan oleh flare (radiasi elektromagnetik matahari yang menyerupai jilatan api) yang terjadi berulang tiap 11 tahun. Jumlah flare akan bertambah saat matahari mencapai siklus maksimumnya yang berikut diperkirakan akan terjadi pada tahun 2011 atau sekitar 1 tahun sebelum dan sesudahnya. Hal ini lah yang menyebabkan badai matahari besar di bumi dan berakibat kemungkinan putusnya jaringan komunikasi satelit bumi. Maka disebut lah peristiwa ini sebagai ''Kiamat Teknologi''. Namun, hal tersebut sudah diantisipasi oleh para ahli dalam bidang astronomi dengan meningkatkan pengawasan terhadap kemungkinan adanya benda-benda asing yang akan jatuh ke bumi dan mengawasi perubahan-perubahan aktivitas matahari yang diperkirakan akan berdampak pada bumi.

Bagaimana menurut pandangan Paranormal Indonesia yang dipercayai oleh sebagian orang sebagai perempuan yang mumpuni dalam menerawang masa depan, berikut saya kutipkan penerawangannya: ''Bila diterawang, tahun 2012 akan menjadi tahun yang gelap dan sulit ditebak. Akan terjadi peristiwa besar yang membahayakan dunia''. Justru ramalan inilah yang dipercaya dan membuat kepanikan sebagian besar umat beragama yang lebih mempercayai ramalan daripada Firman Tuhan.

Film adalah sebuah industri, jika sebuah film akan dibuat pasti memperhitungkan untung rugi. Roland Emmerich sutradara film 2012 begitu jitu menangkap gejolak yang terjadi di masyarakat yang begitu ingin mengetahui rahasia tentang akhir jaman dan siapapun pasti ngeri membayangkan kehancuran bumi. Film 2012 dengan segala efek khususnya sukses menghadirkan kengerian kala bumi beserta gedung-gedung pencakar langit yang menjadi kebanggaan manusia dihancur-leburkan, ditunggangbalikkan oleh gempa, tsunami dan gunung meletus. (visual efeknya begitu mengagumkan). Terbukti film ini menjadi Box Office dimana mana tak terkecuali di negeri kita tercinta, Indonesia.

Dari segi cerita sebenarnya film ini begitu klise dan cenderung membosankan, seorang ayah yang sudah berpisah karena perceraian, ingin menyelamatkan keluarganya dengan latar belakang bencana ‘Kiamat’ 2012, dia pun akhirnya menjadi pahlawan bagi keluarga dan banyak orang dan membuat keluarganya yang sudah tercerai utuh kembali. (bercerai kok jadi pahlawan).

Cerita bermula dari penelitian ilmuwan di India, Dr Satnam Tsurutani (Jimi Mistry) yang menemukan bahwa inti bumi terus memanas. Satnam mengundang sahabatnya sekaligus ilmuwan Amerika, Dr Adrian Helmsley (Chiwetel Ejiofor), untuk datang melihat penelitian tersebut.

Adrian buru-buru kembali ke Amerika untuk bertemu kepala staf presiden, Carl Anheuser (Oliver Platt) dan presiden Amerika Thomas Wilson (Danny Glover), menyampaikan kepada para petinggi dunia bahwa bumi akan dilanda musibah besar terkait inti bumi yang terus memanas.

Sementara itu, di lain tempat digambarkan seorang penulis buku Jackson Curtis (John Cusack) datang ke rumah mantan istrinya, Kate (Amanda Peet), untuk menjemput anak mereka, Noah dan Lily, berkemah. Di perkemahan, Jackson bertemu Charlie Frost (Woody Harrelson), seorang penyiar radio yang berpenampilan eksentrik. Berkat Charlie, Jackson tahu bahwa bumi terancam musnah. Dan hanya sebuah perahu yang dipersiapkan di Cina yang dapat menyelamatkan manusia dari kehancuran bumi.

Jackson mulai memercayai omongan Charlie tentang kiamat ketika dia menyaksikan gunung meletus dengan dasyatnya dan jalan yang dipijaknya di bandara terbelah karena gempa. Adegan demi adegan memacu adrenalin dan membuat Anda menahan napas. Jackson mengemudikan mobil berusaha menghindari jalanan yang amblas akibat gempa. Bangunan pencakar langit runtuh, semua hancur, rontok berkeping-keping. Jalan layang roboh dan amblas ditelan bumi, daratan merangsek masuk ke dalam laut seperti bagian-bagian dari puzzle yang dimiringkan dan dicelupkan ke dalam bak air.

Gempa besar hingga 9 Skala Richter lebih menimpa berbagai belahan bumi, disusul dengan terjangan tsunami di mana-mana. Bisa ditebak, bumi mengalami kehancuran total. Dan yang bisa menyelamatkan manusia hanya “Bahtera Nuh” yang sedang dikebut untuk diselesaikan di sebuah pegunungan di China. Untuk naik bahtera setiap warga diharuskan memesan kursi jauh-jauh hari dengan harga 1 juta euro per orang. Jadi keselamatan manusia bukan ditentukan oleh iman tetapi oleh uang, mereka yang memiliki uang sebesar 1 juta euro maka selamatlah jiwanya. (yah kapitalis banget neh).

Sebagai umat percaya, apakah kita percaya akan ramalan bahwa kiamat akan terjadi pada 21-12-12? Pdt. Hendri M. Sendjaja memberikan nasehat: “Pada dasarnya perumusan ajaran tentang akhir zaman diperlukan bukanlah sebagai tindakan responsif-instan atas gosip tentang akhir zaman di tengah kita, melainkan sebagai tindakan reflektif-iman atas karya Allah di dalam dan sepanjang sejarah kehidupan kita.”

Keselamatan tidak ditentukan oleh uang yang kita punya, bukan pula oleh amal dan ibadah kita, melainkan oleh anugerah yang diberikan cuma-cuma di dalam pengorbanan Yesus Kristus Juru Selamat kita. Keselamatan Allah sudah dinyatakan di dalam Yesus Kristus, dan akan diwujudkan secara penuh dan sempurna ketika Kristus datang kembali. Jadi, kedatangan Yesus Kristus kembali merupakan pemenuhan janji keselamatan Allah secara sempurna. Itu berarti, sejarah kehidupan dunia mencapai puncaknya, zaman sampai kepada kesudahannya, berganti zaman yang baru (Mrk 13:8, 13; Why 21-22).

Jadi kenapa kita musti melarang-larang menonton film tersebut, kenapa kita takut dan percaya pada ramalan-ramalan?! yang diperlukan adalah hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga, Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun saatnya (Mat. 24:44; Mat.25:13). Jadi berjaga dan berdoalah! Amin (J)

Rabu, 26 Agustus 2009

Pawai Budaya Nusantara – Kontingen Bali dan Solo Batik Carnival Tampil Memukau

Indonesia kaya akan keanekaragaman budaya, hampir setiap provinsi di Indonesia memiliki budaya dan adat istiadat yang menarik untuk dipertontonkan. Dengan semangat untuk mempertontonkan keanekaragaman budaya itulah pada tanggal 18 Agustus 2009 diadakan Parade Budaya Nusantara dalam rangka memperingati HUT ke-64 RI.

Jero Wacik selaku menteri Kebudayaan dan Pariwisata dalam sambutannya menyatakan “Kita patut berbangga dan berbesar hati, bahwa budaya bangsa Indonesia tidak lapuk oleh rentang perjalanan waktu dan riuhnya akulturasi budaya, yang kadang kala membentuk budaya baru sekaligus menyingkirkan budaya-budaya tradisi…”

Pawai Budaya Nusantara mengambil tema “Indonesia Kreatif Menuju Bangsa Mandiri” diikuti oleh kurang lebih 2.800 orang perwakilan dari 33 provinsi di Indonesia ini dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan menabuh Tifa.

Pawai diawali oleh Garuda Mahardika, dibagi kedalam 3 kelompok, masing-masing kelompok memiliki tema tersendiri. Kelompok pertama bertema “Kebebasan” menampilkan materi kesenian yang bertemakan semangat untuk terlepas dari penjajahan, melalui visualisasi tokoh-tokoh perjuangan atau mitos, diikuti oleh 11 Provinsi diawali oleh Banten dan diakhiri oleh Sulawesi Tenggara. Karena tema yang diangkat tentang perjuangan membuat kelompok pertama ini terasa membosankan. Di kelompok ini Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki nilai lebih dibandingkan dengan Provinsi lain.

Kelompok kedua mengambil tema kreativitas menampilkan prosesi karya seni budaya yang bersumber dari kreativitas lokal yang bernilai budaya dan ekonomi. Diawali dengan Kidung Saraswati yang manaiki angsa di kelilingi oleh gadis-gadis cantik. Dewi Saraswati yang diperankan oleh Nadine Chadrawinata mantan Putri Indonesia memikat semua yang menonton. Dalam kecantikan yang lembut, sang puteri menebar aura keindahan negeri. Ia menari di atas angsa dan teratai jingga katulistiwa. Dewi keindahan akan terus menyanyi, Dewi keindahan akan terus menari, Saraswati akan terus menggores negeri ini dengan keindahan abadi. Dibelakang Saraswati, Provinsi Jawa Timur yang menampilkan Pesona Maduwangi (Madura dan Banyuwangi) tampil memukau dengan musik Patrol yang dipadu dengan gandrung Banyuwangi dan angklung caruk mewarnai dinamika peleburan menjadi perpaduan kreatif yang manis. Di kelompok ini hampir semua tampil memikat. Pawai kelompok kedua diikuti oleh 12 Provinsi diakhiri Siwali Parri dari Sulawesi Barat.

Kelompok ketiga mengambil tema Kemandirian, menampilkan kesenian komunitas dengan kemandirian dan kearifan lokal berupa bentuk-bentuk tradisi yang terjaga kuat oleh komunitasnya. Diawali oleh Bima Menjiwa, Bima mengejawantah pada pribadi-probadi teguh pemimpin negeri ini. Dengan sikapnya yang jujur, lugas, dan tegas, ia berikan janji atas kemandirian masa kini dan masa mendatang. Kemudian Provinsi Papua Barat yang menampilkan Rii Ayasikena (Burung Cendrawasih) diikuti Jambi, Sulawesi Utara menampilkan manusia-manusia kate (cebol) yang lucu dengan pakaian anehnya, Papua dan yang paling ditunggu Parade Barong dari Bali. Bali yang sudah terbiasa dengan pawai melalui “Kuta Bali Carnival” tampil paling siap di kelompok ini, dengan pakaian khas hitam putih kotak-kotak dan warna warni pakaian mencolok kuning merah menambah semaraknya tampilan mereka. Apalagi kendaraan-kendaraan hias yang bernuansi Bali menambah kekaguman orang yang melihatnya. Jawa Tengah, Provinsi dimana saya dilahirkan tampil apa adanya ga ada gregetnya dengan koreografi yang juga apa adanya membuat kecewa dan kebanggaan akan provinsi ini hilang. Duh, pada kemana tuh seniman-seniman Jawa Tengah.

Tapi kekecewaan terhadap peserta pawai Jawa tengah menjadi hilang begitu melihat peserta pawai dari pemerintah kota Surakarta yang menampilkan Solo Batik Carnival yang mendapat sambutan paling meriah. Sesuai dengan namanya, karnaval ini memang mengusung batik sebagai tema utama. Di tangan desain muda yang progresif, batik telah mengalami metamorphosa yang menakjubkan. Batik yang selama ini dicitrakan elegan, formal dan kaku, hari itu benar-benar mengalami perubahan drastis. Semua peserta tampil secara seronok. Warna-warna batik yang cenderung kalem, dikombinasikan dengan warna-warna yang cerah seperti merah, kuning dan hijau. Selain itu, peserta karnaval juga mengenakan aksesoris dan dandanan yang sangat mencolok entah itu pada baju, maupun pada tutup kepala. Hari itu kebanggaan saya membuncah, terlebih pengiring pada karnaval dengan mengkombinasikan musik tradisi memakai Saron dan thothe ditimpa dengan dentuman tifa dan drum menambah semarak suasana sore itu. Saya bagai melihat pawai-pawai di Brasil yang legendaris. Solo Batik Carnival sudah untuk kedua kalinya tampil di Solo dan selalu mendapat sambutan yang meriah dari masyarakat maupun turis-turis yang datang ke Solo. Dua Jempol untuk Solo.

Setelah selesai, tiga provinsi mendapat penilaian sebagai peserta terbaik yakni Bali, Jawa Timur dan Sulawesi Barat. Solo tidak masuk dalam penilaian karena sebagai undangan.

Berbahagialah saya yang bisa menyaksikan Pawai yang begitu indah, terlebih saya bisa menyaksikan langsung di tribun yang berhadapan langsung dengan Pak SBY dan Pak Jusuf Kalla. (J)

Selasa, 25 Agustus 2009

Bandung – Pangandaran, Capek Tapi Menyenangkan


Jalan-jalan, siapa sih yang tidak suka! Terlebih bersama dengan rekan-rekan yang sudah bagaikan keluarga besar, tambah mengasyikkan lagi. Apa enaknya sih, berdiam diri di rumah! Disamping membosankan juga membuat kita malas berpikir. Dalam perjalanan ada banyak inspirasi yang bisa kita ambil, baik melalui alam yang kita lihat ataupun perbincangan dengan teman-teman.

Perjalanan ini bermula dari keinginan untuk rekreasi bersama-sama dengan rekan-rekan GSM, maka usulan saya lontarkan dan gayung pun bersambut. Mulailah kita mendata GSM yang akan ikut. Karena segala sesuatu di tanggung sendiri, maka guna meringankan beban ongkos agar tidak memberatkan, dimulailah menabung 50 ribu tiap bulan ke Mbak Yem yang murah senyum ini. Mbak Yem pulalah yang akhirnya menjadi bendaharanya.

Tak terasa sudah lima bulan. Berarti tabungan kita di mbak Yem baru terkumpul 250 ribu, yah lumayan. Rencananya kita pergi tanggal 18-20 Juli 2009. Awal juni kita mulai menghitung biaya-biaya antara lain: sewa mobil, sewa hotel dan makan sehari-hari. Dan mulailah kita berbagi tugas. Saya mencari sewaan mobil dan Eka mencari hotel. Ternyata mencari hotel di Pangandaran di saat-saat libur panjang susah sekali dan kebanyakan sudah penuh di pesan. Kalaupun dapat naiknya hampir seratus persen atau dua kali lipat. Akhirnya diputuskan untuk menginap di Bandung, menyewa sebuah Villa di Villa Istana Bunga, Lembang Bandung. Sewa mobil pun sudah didapat dengan memakai mobil Pak Yosef dan Puji Tuhan, Sambi mendapat mobil baru dari kantornya. Jadi sekalian mengetes mesin mobil dan menambah jam terbang Sambi mengendari mobil.

Hari-hari yang ditunggu pun tiba, rencana keberangkatan hampir saja di tunda karena ada Bom di Hotel Marriot dan Ritz Carlton. Untung kita saling menguatkan dan saling mendoakan dan menjauhkan diri dari ketakutan-ketakutan, karena kita percaya Tuhan menyertai kita, Amin. saya menjadi orang pertama yang datang di GKI Delima karena dah janjian sama Eka tuk makan dulu di Bakmi Lily yang terkenal itu. Menunggu lama ga datang-datang juga dan ga enak karena di gereja ada Doa Pagi, akhirnya saya putuskan untuk makan duluan. Setelah makan dan kembali ke gereja satu persatu rekan-rekan datang, Ci Pris, Pak Yosef, Eka, Sherry, Maria, Fariana, Sambi, dan selalu menjadi yang terakhir Mbak Yem.

Hari Sabtu, 18 Juli 2009, Pk. 08.00 kami pun berangkat tak lupa berdoa memohon pimpinan Tuhan. Ci Pris, Maryam, Fariana ikut di mobil Pak Yosef, sementara Eka, Sherry dan Maria di mobil Sambi. Perjalanan ke Bandung pun relatif lancar, tidak seperti yang ditakutkan. Sesampai di pintu tol Pasteur mobil langsung menuju ke Jl. Martadinata (Jl. Riau) tempat mangkalnya berbagai Factory Outlet (FO). Kalau dah dilepas di FO, udah deh pada lupa. Tak lupa cuci mata... he... di Renariti kami terbentur pada sosok gadis penjaga Kaos-kaos khas Bandung (semacam Dagadu), wajahnya ayu, rambut bak mayang terurai, tatapan tajam menghujam, senyumnya manis meruntuhkan pagar tembok he... dimulai melihat kaos, berbasa-basi bercanda, lalu berkenalan. Duaarrrr namanya Wulan, bagai rembulan yang bersinar terang di purnama malam... dan sohibku Eka selalu deh ngompori... di Renariti saya membeli kaos milik Wulan... upsh kaos yang di pajang dan di tunggui Wulan dan membeli kacamata yang ternyata di taksir juga sama Mbak Yem... wah ternyata punya insting memilih barang yang bagus juga nih walau harganya murah... dilanjutkan makan di daerah Jl. Riau dengan makan nasi dan ayam, cuma rasanya kurang enak.

Setelah puas, belanja dan kuliner kami langsung menuju ke Villa Istana Bunga, Lembang. Villa ini terletak tidak jauh dari Kampung Daun yang terkenal itu. Dalam perjalanan ke Villa kami disuguhi bentangan dedaunan hijau dan bunga-bunga yang bermekaran, beranekawarna menyejukkan mata. Tanaman hias, bunga, buah-buahan yang tanam di dalam pot banyak dijual di sepanjang jalan menuju Villa. Tak terasa mobil kami sudah memasuki gerbang Villa dan sampailah kami di Villa Husen tempat kami menginap. Villa ini dikelilingi oleh Villa-villa lain yang sangat indah dan di sewa juga oleh rombongan-rombongan lain. Sejauh mata memandang di depan kami disuguhi alam yang begitu hijau, jauh diatas sana bukit-bukit dan gunung-gunung saling menyapa dan memuji kemuliaan pencipta-Nya. Mentari tersenyum malu di balik pohon dan bukit-bukit. Dan kami pun ber foto memakan matahari, hasilnya bagus juga.

Setelah istirahat sejenak, membersihkan diri malam ini kami akan wisata kuliner yakni mencari sate kelinci, di jalan Lembang Km 13 kami menemukan warung sate kelinci pak Rusli, dan tak lupa ditemenin minuman khas Bandung, bandrek. Panas dan menyegarkan, Sate Kelinci buatan Pak Rusli ternyata enak juga, mak nyoss rasanya.

Malam yang dingin kami ngobrol-ngobrol sambil nonton teve, capek kami pun menuju kamar masing-masing dan terdengarlah paduan suara ngorok dari kamar sebelah.

Kira-kira jam 04.00 pagi kami semua sudah bangun, karena jam 05.00 kami harus berangkat ke Pangandaran. Duh GSM Delima ternyata komitmen untuk bangun paginya besar juga, perjuangan awal baru dimulai. Dari Bandung ke Pangandaran dibutuhkan waktu 6 jam perjalanan. Jika kami berangkat jam 05.00 pagi maka sampai di Pangandaran jam 11.00 siang. Tujuan kami adalah pantai Pangandaran dan yang utama adalah Green Canyon yang terkenal itu.

Kami berjalan beriringan dan ternyata benar jam 11.00 kami sudah memasuki daerah Pangandaran. Jarak dari Pangandaran ke Green Canyon yang terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis, sekitar 30 km. Waktu tempuh dengan mobil kira-kira sekitar satu jam an jika tidak macet. Hati sudah berbunga-bunga bakal mencapai cita-cita yang selama ini ada dalam bayangan, Green Canyon kami dataaaangggg. Dan ketika memasuki tempat parkir di dekat dermaga kami disambut oleh kemacetan karena bus-bus pariwisata dan mobil-mobil yang bertumpuk. Dalam hati terpikir, wah pasti lama neh nanti ngantri perahunya, dan betapa kecewanya kami, ketika sampai di depan loket, karcis sudah habis... langsung lemes, ibarat perjalanan panjang menuju ke sorga ketika sampai di pintu sorga ternyata pintu sorga sudah ditutup... dan harus menunggu perjalanan lain lagi untuk mencapainya. Kegagalan ini sebagai pengalaman untuk perjalanan selanjutnya. Bagi teman-teman perjalanan ini mungkin yang terakhir, karena kapok dan tidak akan mengunjungi Green Canyon lagi. Tapi bagi saya rasa penasaran itu justru semakin membuncah, ibarat pendaki gunung sebelum mencapai puncak pantang surut ke belakang. Dan saya akan menaklukkan Green Canyon lain waktu. Akhirnya kami hanya mengekpresikan kekecewaan kami dengan berfoto di tepi sungai yang berwarna hijau, kami hanya bisa melihat green nya tidak melihat canyon nya.

Untuk mengobati rasa kecewa, kami memutuskan untuk ke Pantai Hiu yang terletak tidak jauh dari Pangandaran. Pantainya indah, biru dengan karang di tepian pantai. Di seberang nampak pulau Nusakambangan. Kami memuaskan diri dengan berfoto-foto menunjukkan ke narsisan kami. Karena keasyikan berfoto, makan siang kami jadi tertunda. Kami akhirnya makan siang dengan nasi goreng di Cimenyan. Nasi gorengnya enak juga.

Pulang ke Bandung nya menjadi perjalanan yang melelahkan karena macet di Nagrek. Kami sampai di Villa kira-kira jam setengah dua belas malam. Langsung tidur karena capek dan penatnya minta ampun. Hari terakhir di isi dengan belanja-belanja di FO dan oleh-oleh lagi dan lagi.... perjalanan yang melelahkan tapi menyenangkan juga. Ayo kawan-kawan kita jalan-jalan kemana lagi neh? (J)