Jumat, 05 Juni 2009

Terminator Salvation – Sequal Terminator Terjelek

Arnold Schwarzeneger dan Linda Hamilton adalah ikon dari Terminator. Apa jadinya jika kedua orang tersebut tidak bermain di sequal Terminator yang baru dirilis? Hasilnya film action yang garing habis.

Terminator adalah film action yang menjadi legenda, berapa kali pun kita melihatnya tidak akan bosan dengan aksi-aksi manusia mesin tersebut. Arnold adalah Terminator, Terminator adalah Arnold. Ya seperti Ikon Rambo yang menjadi milik Sylvester Stalonne.

Kegaringan Film dimungkinkan karena sutradara yang berbeda. Terminator 1 dan 2 disutradari oleh James Cameron, Terminator 3 di sutradarai oleh Jonathan Mostow hasilnya masih lumayanlah dibandingkan terminator 4 Salvation yang di sutradarai McG (singkatan apaan tuh saudaranya McD kali ya).

Dari segi cerita, film ini ga jelas jalan ceritanya penuh dengan adegan yang “ujug-ujug” (bahasa Indonesianya paan ya he… yang mendekati “tiba-tiba” kali) membingungkan. Adegan action pun kurang seru dan tidak menegangkan, jauh banget dengan Terminator 1 dan 2. Daripada pulang dengan mengomel mending ga usah nonton di bioskop mending beli DVD bajakannya saja.
Tapi untuk kebaikan kalian semua saya coba menceritakan kembali jalan cerita dari film tersebut, supaya kalian semua bisa tidur pulas, begini ceritanya.

Film ini dimulai dengan cerita di tahun 2003, di mana seorang terpidana mati bernama Marcus, memberikan tubuhnya untuk digunakan sebagai riset sains. Kemudian beralih ke masa depan, di mana John Connor, tokoh sentral dalam serial ini, telah tumbuh dewasa dan ikut dalam sebuah misi untuk merebut informasi dari pihak mesin. John Connor sendiri di mata para pemberontak adalah sang juru selamat, yang diramalkan akan mengakhiri perang antara manusia melawan mesin. Dalam misi tersebut, John menjadi satu-satunya yang selamat setelah seluruh pasukan dibombardir oleh pasukan mesin. Tanpa diketahui John, dalam misi tersebut mereka membangunkan sosok Marcus yang telah dieksekusi 15 tahun yang lalu.

Sementara John kembali ke markas para pemberontak dan mengembangkan senjata yang mereka dapatkan dari misi itu, Marcus tiba di kota Los Angeles yang telah porak poranda setelah dihujani bom nuklir pada saat Judgement Day. Di sana ia bertemu dengan Kyle Reese, ayah dari John Connor, saat masih remaja. Di tengah perjalanan kembali ke markas pemberontak, Kyle ditangkap tentara mesin. Kyle adalah target utama para mesin, karena jika Kyle mati, maka sejarah akan berubah, dan John Connor tidak akan pernah lahir sehingga mungkin Skynet, program utama yang mengontrol seluruh mesin, akan menang.

Di tengah usahanya menyelamatkan Kyle, Marcus bertemu Blair Williams, seorang pilot wanita yang selamat dari serangan para mesin. Bersama-sama mereka menempuh perjalanan kembali ke markas pemberontak. Tapi setelah hampir sampai, Marcus terkena ranjau magnetik yang digunakan untuk melindungi markas. Saat para pemberontak berusaha menyelamatkannya, mereka menemukan fakta mengejutkan, bahwa Marcus ternyata adalah sebuah cyborg, gabungan antara manusia dan mesin. Ternyata riset sains yang dilakukan pada tubuhnya saat akan dieksekusi adalah usaha untuk mengubah dirinya menjadi cyborg.

John Connor yang merasa Marcus adalah musuh berbahaya, menahan dirinya. Tapi Blair menyelamatkannya karena ikatan batin yang terbentuk saat mereka melakukan perjalanan bersama. John yang hampir menangkap kembali Marcus, dipaksa untuk bernegosiasi. Marcus mengatakan dirinya sanggup menyelamatkan Kyle dan tawanan lain di markas Skynet, karena dia adalah sebuah mesin. John setuju untuk menjalankan misi penyelamatan sebelum Pusat Komando para pemberontak melakukan serangan besar-besaran kepada Skynet.

Dengan bantuan Marcus yang berhasil menyusup, John berhasil masuk ke markas Skynet. Tapi di saat John sibuk mencari Kyle, Marcus menyadari bahwa selama ini dirinya telah dimanfaatkan oleh Skynet. Ia berhasil membawa John Connor, musuh terbesar Skynet untuk datang sendiri kepada mereka. Merasa marah karena diperalat, Marcus akhirnya datang menolong John untuk membebaskan Kyle. Saat itulah muncul sang ikon Terminator, Arnlod Schwarzenegger, yang merupakan robot paling mutakhir Skynet, T-800, menyerang John & Marcus.

Setelah hampir saja mati, John, Marcus & Kyle berhasil meledakkan markas Skynet & melarikan diri. Sayang, jantung John tertusuk dan nyawanya hampir tidak bisa diselamatkan. Marcus akhirnya bersedia memberikan jantungnya, satu-satunya organ manusia yang tersisa dalam dirinya kepada John agar ia bisa hidup dan memimpin pemberontakan. (Ih sok berperike-robot-an neh, tapi adegannya garing banget ga berkesan, ga seperti Arnold yang menangis bergelantungan di rantai karena akan berpisah dengan Linda Hamilton dan Edward Furlong terus dia menceburkan diri ke lautan timah yang membara, itu baru bagus). (J)

Kamis, 04 Juni 2009

Petites Histoires.com


Nonton pertunjukan Tari Hip Hop dari Perancis sangat mengasyikkan. Sudah untuk ketiga kali saya menyempatkan diri untuk menikmatinya, apalagi Perancis dikenal sebagai sentra budaya di Eropa. Segala sesuatu yang berbau Perancis selalu indah untuk dinikmati. Pertunjukan ini berdasarkan agenda Printemps Français perayaan seni menjelang musim semi di Perancis.

Seperti biasa Graha Bhakti Budaya Selasa, 2 Juni 2009 malam dipenuhi oleh berbagai kalangan dan sebagian penonton adalah warga Perancis yang tinggal, belajar dan berkerja di Indonesia.

Pentas bertajuk "Petites histoires.com,” ini memukau penonton karena menggabungkan seni teater, seni akrobatik berikut dengan gerakan-gerakan lucu badut-badutnya, seni pantomim, breakdance dan sesekali terlihat gerakan-gerakan seni beladiri Brasil Capoeira.

Kader Attou penari, koreografer dan direktur Pusat Koreografi Nasional La Rochelle tidak pernah ragu untuk membuat suatu inovasi segar dalam dunia tari hip hop. ”Saya senang memiliki kemampuan untuk bercerita dalam waktu yang sangat singkat, menghapus segala sesuatu yang tidak penting, menampilkan esensinya dan membuat kejutan.” kata Kader Attou

Pentas tari hip hop yang dimainkan lima penari dari kelompok Cie Accrorap (seni budaya) Prancis itu dibuka dengan penampilan empat dari lima penari yang berdiri bak patung. Lampu gelap hanya suara bunyi mobil-mobilan berkadap kedip warna merah yang berjalan di atas panggung. Seorang di antaranya memulai aksi dengan menggerakkan tubuhnya, dari gerakan yang sangat ringan, yakni melihat ke depan, ke atas, dan ke samping. Kemudian tangannya juga mulai bergerak, diikuti gerakan tubuhnya. Pria itu kemudian memainkan balon dengan gerakan kedua tangannya seolah-olah akan diterbangkan oleh balon itu. Ia memainkan balon seolah-olah sebagai kaca untuk bercermin.

Beberapa kali ia memainkan balon sambil mencandai temannya dengan gerakan memukulkan ke kepala temannya. Gerakan-gerakan teatrikal yang dimainkan kedua penari itu mulai mengundang tawa penonton. Gerakan berikutnya, penari pertama dan kedua tersebut memainkan serpihan kapas yang diterbangkan ke udara dan ditangkap menggunakan wajah maupun tangan. Sambil melakukan gerakan-gerakan itu keduanya memainkan serpihan kapas (bulu ayam) selama beberapa menit dan berusaha mempertahankannya agar tidak jatuh ke lantai.

Kemeriahan bertambah ketika seorang lagi penari masuk arena. Mereka berlima melakukan gerakan akrobatik, mulai dari berlari, melompat, berguling di lantai, serta salah seorang penari diangkat oleh keempat temannya. Gerakan berikutnya makin dinamis dan kreatif. Para penari melakukan gerakan-gerakan kombinasi meliputi gerakan pantomim, akrobat, dan "break dance". Para penari juga menampilkan gerakan pantomim yang diam membisu tapi memancing gelak tawa. Di bagian lain melakukan monolog atau beretorika dengan menggunakan kalimat-kalimat kocak, sehingga penonton menjadi tertawa.

Untuk improvisasi suasana, kelima penari menampilkan sebuah bangku sebagai media untuk gerakan tarinya. Mereka melakukan gerakan-gerakan akrobasi di atas bangku, seperti melompat di atas tubuh salah seorang atau dua orang temannya. Alat lain yang digunakan sebagai media gerakan tari adalah mainan berbentuk capung yang digerakkan dengan "remote control". Seorang penari melakukan gerakan kocak yang seolah-olah berdialog dengan boneka capung tersebut. Dan yang paling seru adalah tari ayam, seorang penari menari dengan gerakan-gerakan menirukan ayam, lucu abis. Dua adegan ini menjadi adegan yang bagus dan paling saya sukai.

Pertunjukan berlangsung sekitar dua jam, kelima penari yang terdiri atas Kader Attou, Eric Mezino, Mourad Merzouki, Caoki Said, dan Gilles Rondot itu terus bergerak dinamis dan variatif dengan ilustrasi musik akordeon.

Pertunjukan sarat kreativitas ini membuktikan bahwa tari hip hop memang dapat dikaitkan dengan tari kontemporer serta berbagai disiplin seni lainnya sehingga menghasilkan percampuran yang sangat cerdas, sekaligus kuat dan lucu.
"Tari yang dimainkan Kader Attou ini juga mendapat sambutan hangat ketika ditampilkan di Festival Suresnes Cites Danse Perancis," jadi berbahagialah saya yang bisa menontonnya tanpa harus ke Perancis.

Pertunjukan diakhiri dengan Jam Session dimana penonton dari Indonesia naik ke panggung dan memamerkan kebolehannya menari Hip Hop dan Breakdance wah jadi ingat waktu breakdance dulu mewabah di Indonesia. (J)

Senin, 25 Mei 2009

Silence, Jika Tuhan Diam Dalam Keheningan

Jepang terkenal dengan Manga (Komik) dan anime (Kartun). Pembaca dan penikmat animasi Jepang di Indonesia tentu tak asing dengan tokoh-tokoh Doraemon, Saint Seiya, Sailor Moon dan lain-lain. Tapi jika ditanya novel atau buku karya penulis Jepang yang bertema selain manga, mereka pasti bungkam. Jarang sekali novel atau buku sastra Jepang yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia kecuali komik-komik berserinya yang bejibun (atau sayanya yang katro ya he…)

Buku karya Shusaku Endo “Silence” (Jepang: Chinmoku), menjadi satu-satunya novel karya penulis Jepang yang saya punya. Apalagi Novel ini berbicara dan berlatar belakang tentang masa-masa penyiksaan komunitas kristen/katolik di Jepang. Anda pasti juga baru tahu kan, kalau di Jepang, memiliki masa kelam penyiksaan umat Kristen dengan kadar penyiksaannya tidak kalah dengan Kaisar Nero di Roma. Silence adalah novel ke-8 Endo dan merupakan novel yang paling terkenal dari 15 novel yang telah ditulisnya.

Silence atau kalau diterjemahkan Hening, berlatar belakang Jepang abad ke 17, periode Edo, ketika para samurai menguasai perpolitikan Jepang. Periode penuh pergolakan dalam sejarah Jepang yang dikenal sebagai “abad Kristen”. Setelah berkembang secara pesat, pemerintah tiba-tiba melarang segala hal yang berbau Kristen di Jepang. Pergumulan berat umat Kristen/Katolik yang harus bergumul mempertahankan iman, tetap setia dan taat kepada Tuhan atau menjadi pecundang di tengah siksaan-siksaan kejam yang menderanya.

Jenis penyiksaan yang dilakukan penguasa Jepang terhadap penganut Kristen adalah dengan di bakar, disaksikan yang lain sambil melambaikan tangan mereka berteriak sayonara dan menaikkan pujian dan doa doa kepada Tuhan. Mereka bangga mati sebagai martir. Penguasa Jepang menyadari kematian sebagai martir adalah kematian yang mulia, pembunuhan itu tidak mencapai sasarannya maka dimulailah penyiksaan dahsyat untuk membuat para orang Kristen mengingkari keyakinannya. Jenis penyiksaan lain adalah dengan mengikat tubuh korban erat-erat sampai setinggi dada (satu tangan dibiarkan bebas untuk memberi tanda mengakui kesalahan), kemudian digantung dengan kepala ke bawah dari tiang, ke dalam lubang biasanya diisi kotoran yang berbau busuk, mereka di gantung di bibir lubang sejajar dengan lutut. Bagian kening diiris sedikit dengan pisau supaya darah tetap mengalir dari lukanya. Mereka akan mati secara perlahan dan jika tidak kuat akan mengingkari imannya.

Sebastian Rodrigues, adalah seorang Pastor Portugis yang dikirim ke Jepang untuk membantu Gereja setempat dan mencari tahu keadaan mantan gurunya, Ferreira yang dikabarkan telah murtad karena tidak tahan menanggung siksaan.

Pada saat itu, penduduk Jepang hidup dalam kemiskinan karena penguasa membebani rakyat dengan pengenaan pajak yang tinggi dan penindasan-penindasan jika tidak membayar pajak. Kekristenan dilarang sehingga para penduduk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang Kristen.

Dalam keadaan seperti itulah Rodrigues menyeberang bersama missionaris lain yang bernama Garrpe dari Macao menuju Jepang. Ikut dalam rombongan kapal tersebut Kichijiro yang dijadikan sebagai pemandu bagi kedua pastor tersebut. Kichijoro adalah penganut Kristen yang lemah, dia digambarkan tipikal orang yang mudah jatuh dan mudah menyerah. Dan selalu menyalahkan kondisinya yang lemah.

Mereka mendarat di desa nelayan Tomogi tak jauh dari Nagasaki. Dengan sembunyi-sembunyi mereka berkomunikasi kepada komunitas kristen yang ada di sekitar daerah itu. Keberadaan mereka ternyata tercium oleh penguasa Jepang. Dimulailah perburuan dengan mengintimidasi nelayan/petani tersebut. Intimidasi membuat penduduk terpecah. Sebagian berpendapat agar kedua pastor meninggalkan daerah itu dan sebagian ingin melindungi kedua pastor itu. Perpecahan itu memberi kesempatan yang bagus bagi penguasa untuk membujuk nelayan dan petani miskin tersebut dengan pengurangan pajak. Bagi orang-orang miskin pengurangan pajak jelas sangat menggoda, tapi mereka berhasil mengatasi godaan tersebut.

Kebungkaman penduduk membuat utusan penguasa berang, maka mereka mengancam penduduk untuk memilih tiga orang menghadap kepada penguasa, menghadap kepada penguasa berarti resiko penyiksaan dan kematian di depan mata mereka. Mokichi, Ichizo yang pemberani dan Kichijiro yang penakut terpilih mewakili penduduk tersebut.

Interogasi dilakukan dengan upacara menginjak-injak Fumie (lempengan kayu atau tembaga yang ada wajah gambar Yesus atau Maria). Kichijiro menjadi orang pertama. Penguasa cerdik dengan tidak melihat kaki-kaki yang menginjak tapi mereka lebih memperhatikan ekspresi wajah orang yang menginjak, wajah tak bisa menipu, mereka sungguh-sungguh atau hanya berpura-pura melakukannya. Mokichi dan Ichizo tak kuasa menginjak terlebih meludahi wajah Yesus, dia akhirnya menyerah dan mengakui bahwa dirinya orang Kristen. Sementara Kichijiro yang lemah mengikuti perintah penguasa dengan menginjak dan meludahi wajah Yesus. Mokichi dan Ichizo ditahan, Kichijiro dibebaskan.

Keesokan harinya adalah hari penghukuman bagi mereka. Kedua orang itu diikat di dua batang pohon berbentuk salib yang ditancapkan di tepi pantai. Jika malam ketika air laut pasang, air laut akan merendam tubuhnya setinggi dagu. Mereka tidak akan mati seketika, tapi setelah dua atau bahkan tiga hari karena mengalami kelelahan fisik dan mental secara total. Di tengah keheningan dan kesunyian malam, sayup-sayup penduduk mendengar sebuah pujian yang serak dan tersengal-sengal : ”Kami akan menuju ke sana, kami menuju ke sana, kami menuju rumah Tuhan, ke rumah Tuhan... Rumah yang mulia” kedua orang itu akhirnya mati, mati dalam mempertahankan imannya. Hidup di dunia terlalu penuh penderitaan bagi para petani Jepang. Dan hanya dengan berpegang pada pengharapan untuk hidup di “rumah Tuhan” mereka sanggup untuk terus menjalani hidup di tengah penderitaan yang menderanya.

Kichijiro pula yang menyebabkan kedua missionaris Garppe dan Rodrigues tertangkap. Garppe tewas di tengah laut bersama-sama dengan pengikutnya yang menjalani hukuman di bungkus dengan tikar dan diikat lalu diceburkan ke laut. Tinggal Rodrigues yang di tahan. Penguasa Jepang akan mempertemukan Rodrigues dengan gurunya Ferreira yang telah mengingkari imannya dan kini bekerjasama dengan pemerintah Jepang. Hati Rodrigues kacau ketika bertemu dengan gurunya yang kini jadi pengkhianat, debat antara guru dan murid tak terelakkan lagi.

Di masa-masa sulit ini, Rodriguez mulai kehilangan arah. Dia melihat begitu banyak umat yang disiksa dengan kekejaman yang teramat luar biasa, karena mempertahankan iman. Rodriguez kagum sekaligus menyesali diri karena ia tak bisa berbuat banyak. Benarkah Ferreira murtad karena takut. Ia pun mempertanyakan keberadaan Tuhan ... “Mengapa Engkau meninggalkan kami sebatang kara? Desa itu dibangun untuk-Mu, dan Kau membiarkannya terbakar menjadi abu, Ketika orang-orang itu diusir keluar dari rumah mereka tidakkah Engkau memberi mereka keberanian? Kenapa Engkau hanya bungkam seperti kegelapan yang melingkupiku. Setidaknya katakan padaku, kenapa? Kami bukan orang-orang tegar seperti Ayub, ketahanan kami ada batasnya. Jangan lagi menambah penderitaan kami. Mengapa Engkau tidak berusaha menyelamatkan orang-orang yang begitu mencintai-Mu? Mengapa Engkau diam, Kau seharusnya tidak bungkam selamanya.

Pergumulan Kichijiro sang pengkhianat pun tak kalah memilukan ketika hendak memohon pengampunan “Tapi saya berhak memohon pengampunan! Orang yang sudah menginjak-injak gambar suci itupun masih berhak menyampaikan pembelaannya. Bapa pikir saya menginjak-injak gambar itu dengan rela? Kaki saya sakit dan pedih waktu menginjak-injaknya. Tuhan ingin saya berlaku seperti orang yang tegar, padahal Dia menciptakan saya sebagai orang lemah. Orang lemah seperti saya bisa apa, Bapa? Saya tidak mengkhianati Bapa demi uang.”

Dan perkataan gurunya Ferreira menambah hunjaman di ulu hatinya ”Dengarkan! Aku ditempatkan di penjara di sini dan aku mendengar suara erangan orang-orang yang disiksa, di luar sana, orang-orang Kristen menanggung penderitaan mahahebat dan Tuhan tidak berbuat apa apa. Tuhan tidak bertindak sedikit pun. Aku berdoa dengan sepenuh kekuatanku. Tapi Tuhan tidak berbuat apa-apa.”

Puncak dari pergumulan Rodrigues adalah saat dia juga harus menginjak Fumie, gambar wajah Yesus yang sudah nampak lusuh dan cekung karena sering diinjak. Sang Pastor mengangkat satu kakinya. Ada kepedihan hebat dan berat di kakinya. Dia akan menginjak-injak sesuatu yang selama ini dianggapnya hal paling indah dalam hdupnya. Dan seolah-olah wajah Yesus dalam Fumie itu berkata, “Injaklah! Injak! Aku lebih tahu daripada siapa pun tentang kepedihan di kakimu. Injaklah! Aku lahir ke dunia memang untuk diinjak-injak manusia. Untuk menanggung penderitaan manusialah aku memanggul salibku.” Tuhan aku benci kebungkamanmu lalu menginjaklah kaki Rodrigues di wajah Yesus. Lalu Tuhan yang sudah di injak-injak itu menjawab “Aku tidak bungkam, Aku ikut menderita di sampingmu.”

Tidak ada yang kuat ataupun yang lemah. Bisakah kita mengatakan yang lemah tidak menderita melebihi yang kuat. Ferreira oleh orang-orang Kristen di Jepang dijuluki Petrus Murtad sedangkan Rodrigues dijuluki Paulus Murtad.

Ada tiga tipe manusia yang hendak digambarkan Endo, tipe yang pertama adalah tipe orang yang setia dan taat terhadap janji Tuhan meski penderitaan datang mendera, tipe tersebut secara jelas digambarkan melalui Mokichi dan Ichizo yang memiliki pengharapan bahwa dia akan menuju rumah Tuhan jika maut menjemput. Tipe yang kedua adalah tipe Kichijiro sang pengkhianat yang selalu menyalahkan Tuhan karena tidak menciptakan dirinya menjadi orang yang kuat. Tipe yang ketiga adalah tipe Ferreira dan Rodrigues, guru-guru yang mengatasnamakan umat dengan dalih keselamatan umat, mereka menghalalkan segala cara bahkan kalau perlu menjadi pengkhianat.

Mudah-mudahan bacaan ini menguatkan, meneguhkan iman kita dan sebagai bahan refleksi peringatan Kenaikan Yesus ke Surga dan Hari Turunnya Roh Kudus (Pentakosta) yang akan kita peringati bersama. (J)

Selasa, 19 Mei 2009

Printemps Français

Printemps Français adalah kegiatan yang diadakan oleh Kedutaan besar Perancis yang ada di Indonesia melalui CCF (Centre Culturel Français) Jakarta yang menampilkan berbagai macam seni budaya Perancis. Kegiatan ini selalu di tunggu-tunggu oleh pecinta seni Jakarta. Kegiatan biasanya diawali Festival Sinema Perancis. Dari segi cerita, Film Perancis menampilkan sesuatu yang lain dibandingkan dengan film-film produksi Hollywood. Film-film produksi Eropa khususnya Perancis lebih menonjolkan konsep cerita dan apa adanya dalam bertutur, Hollywood lebih menonjolkan sisi entertain dan kepuasan penonton.

Tahun ini Printemps Français memasuki tahun ke-5 penyelenggaraannya di Indonesia, kegiatan diawali pada tanggal 5 Mei 2009 dari Galeri Nasional Indonesia lewat sebuah pameran yang bertajuk “Ligne à Ligne” yang menampilkan gambar dalam berbagai bentuk serta seni instalasi kuliner yang akan memanjakan seluruh panca indera anda. Pameran ini sudah berakhir pada tanggal 16 Mei 2009 yang lalu.

Perjalanan selanjutnya adalah sebuah acara mode yang menggabungkan dengan tari karya Marie Labarelle dan Marie Barbottin. Acara ini juga sudah terlaksana pada tanggal 15 Mei 2009 di Lamoda Cafe di Plaza Indonesia.

Jika anda menyukai musik klasik, maka datanglah pada tanggal 27 Mei 2009 Pk. 20.00 di Erasmus Huis. Menampilkan duet Clement Dufour pemain Flute dan Tristan Pfaff pianis berbakat yang sudah konser di berbagai Negara. Anda juga akan dimanjakan oleh konser musik klasik istimewa lainnya pada tanggal 16 Juni 2009 di Pusat Perfilman Usmar Ismail yang akan menampilkan Michael Cousteau dan Nusantara Symphony Orchestra.

Kalau anda menyukai musik jedag jedug jangan lewatkan yang satu ini dari kelompok Chinese Man. Musik jedag-jedug anda akan diramu oleh empat DJ berwajah oriental : DJ Shadow, Obert yang akan berkolaborasi dengan Amp Fildler dan Sharon Jones di Centro tanggal 13 Juni 2009. Jangan lewatkan juga lagu lucu penuh makna dari Les Blerots de R.A.V.E.L kreasi mereka merupakan perpaduan antara cerita keseharian dan pemikiran sosial. Keunikan dari grup ini adalah terletak pada kemampuan mereka untuk menghubungkan musik slave, gypsy, rock dan jazz. Konser akan diadakan di Rolling Stones Live Venue pada tanggal 21 Juni 2009.

Tak ketinggalan dari seni tari dan teater akan tampil dari kelompok Cie Accropcap yang akan menampilkan koreografi ”Petites Histoires.com” pertunjukan yang sarat kreativitas ini membuktikan bahwa tari hip hop dapat menjadi penghubung antara jalanan dan seni tari. Bersiap-siaplah menyaksikan pertunjukan luar biasa yang menggabungkan breakdance, tari kontemporer dan akrobasi pada tanggal 2 Juni 2009 di Taman Ismail Marzuki. Dari kelompok BP Zoom akan menampilkan duet Phillipe Martz dan Bernie Collins yang akan memadukan humor, puisi dan mimpi ke dalam khayalan mimpi masa kecil kita. Pertunjukan akan diadakan di Gedung Kesenian Jakarta pada tanggal 19 Juni 2009.

Yuk kita manjakan mata dan telinga kita dengan pertunjukan-pertunjukan kelas dunia, kita beri ”makan” otak kanan kita dengan sajian-sajian seni berkualitas dan biarkan jiwa seni kita terus terasah kemampuannya.