Rabu, 13 Mei 2009

GOD TUSSI GREAT HO

Nonton film Indiahe memang mengasyikkan di samping artis yang melakoni cantik-cantik dan ganteng-ganteng, tariannya juga membuat mata kita yang menontonnya dimanjakan oleh gerakan-gerakan dinamis dari para penarinya.

Saya tertarik menonton Film Indiahe yang diputar di Indosiar (jangan dibilang saya katro ya he … ) pada hari Senin-Selasa, 11-12 Mei 2009 karena membaca iklan running text (teks berjalan) yang menyatakan “bagaimana jika manusia dikasih waktu untuk mengelola bumi selama 7 hari?” seru kan! Apalagi dibintangi wanita terseksi Asia 2006 dan mantan miss universe 2000, Priyanka Chopra.

Dalam pikiran saya lantas terpikir, apa bisa ya manusia memanage/mengelola bumi walau hanya sehari saja? Apakah bumi akan makin teratur atau justru malah makin amburadul di tangan manusia?

Film ini sudah pasti terinspirasi film sukses Hollywood Bruce Almighty yang dibintangi Jim Carrey. Film diawali oleh Arun Rajapati (Salman Khan) yang selalu berkeluh kesah dan kalah bersaing dengan orang-orang di sekitarnya. Arun di pecat dari pekerjaan di sebuah stasiun teve karena membuat kesalahan dalam bekerja, dia juga kalah bersaing dalam memperebutkan cewek - Alia Kapoor (Priyanka Chopra), Alia adalah gadis yang cantik dan pembawa acara di sebuah stasiun TV, tentu saja Alia tidak memilih Arun yang bodoh lagi pecundang, dia lebih memilih Rocky (Sohail Khan) yang lebih pandai dan lebih sukses daripada Arun. Kemalangan yang terjadi secara terus menerus membuat Arun selalu menyalahkan Tuhan, ”Tuhan Kau yang selalu membuat kemalangan ini terjadi, kenapa Kau buat orang lain sukses sementara aku tidak?”

Karena terlalu sering mendengar keluh kesah dan umpatan Arun, suatu kali tuhan (Amitabh Bachchan) berkenan mengundang Arun untuk menemuinya dan mendengar keluh kesahnya. Dalam pertemuan, tuhan berjanji memberikan kekuatannya kepada Arun dengan syarat Arun tidak memberitahukan darimana kekuatannya tersebut didapat, jika melanggar maka kekuatannya akan hilang.

Memiliki kuasa, manusia cenderung menjadi sombong lantas memamerkan dan menggunakan kekuatan tersebut secara sembarangan padahal Tuhan tidak pernah memamerkan kekuatannya secara sembarangan. Saat mendengar doa yang berupa permintaan-permintaan, karena ingin menyenangkan dan membahagiakan manusia, Arun mengabulkan doa semua orang di dunia, yang terjadi justru membuatnya terkaget-kaget, banyak penjahat yang keluar dari penjara karena berdoa agar bisa keluar dari penjara, pacar Arun menikah dengan Rocky karena Rocky berdoa kepada Tuhan agar dapat menikahi Alia, tetangga Arun berdoa agar menang lotre dan doanya terkabul tetapi setelah kaya justru suaminya lari dengan wanita lain dsbnya dsbnya.

Arun akhirnya sadar dan kembali menemui tuhan agar tuhan mengembalikan keadaan seperti sediakala saat pertama kali bertemu dengan tuhan. Justru dalam keadaan seperti sediakala, dia berhasil berjuang untuk meraih pekerjaan dan cintanya.

Bila Tuhan cepat mengabulkan Doamu, Maka DIA Menyayangimu, Bila DIA lambat mengabulkan doamu, Maka DIA Ingin Mengujimu, Bila DIA Tidak mengabulkan Doamu, Maka Dia Merancang Sesuatu Yang lebih Baik Untukmu. Oleh sebab itu, Senantiasalah Bersangka Baik Pada Tuhan Dalam Keadaan apaPun jua... Karena Kasih sayang Tuhan Itu Mendahului KemurkaanNya...

Selayaknyalah kita berseru Oh God Tussi Great Ho, Oh Tuhan Anda Hebat! Bisa mengatur dunia dengan segala problematikanya.

Senin, 11 Mei 2009

BILANGAN FU

Bilangan Fu adalah Novel ketiga dari Ayu Utami. Sebelumnya adalah Saman dan Larung. Jika Saman dan Larung bercerita lingkup LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), maka Bilangan Fu bercerita seputar pendaki tebing (gunung), jarang sekali novelis yang bercerita dengan latar belakang pendaki tebing. Yang menjadi kesamaan dari ketiga novel tersebut , Ayu Utami selalu membenturkan ceritanya dengan operasi militer atau intelejen.

1 : a = 1 x a = 1 dan a bukan 1, jika a bukan 1 lantas berapakah a? ya itulah rumus dari Bilangan Fu. Bilangan Fu bercerita tentang persahabatan antara Yuda, Parangjati dan Marja. Yuda bersama dengan gangnya adalah pemanjat tebing di watugunung sebuah daerah di Jawa Barat. Yuda dan Marja adalah sepasang kekasih.

Pertentangan para pelakon di sini terjadi antara Pemanjat kotor yang diwakili oleh Yuda dan kawan-kawannya. Pemanjat bersih diperkenalkan oleh Parangjati. Pemanjat kotor berarti pemanjat yang biasa memaku dan mengebor dinding tebing sehingga merusak dinding tebing untuk mencapai puncak sedangkan pemanjat bersih sebaliknya.

Pertentangan juga terjadi antara penganut monoteisme dan agama tradisi, antara tentara dan polisi, antara Parangjati dan adiknya Kupu-kupu, antara post modernis dan tradisional, antara pengusaha dan rakyat biasa. Semua pertentangan di ramu menjadi sebuah cerita yang menarik dalam buku ini.

Jumat, 08 Mei 2009

Berhentilah Berbicara dan Mulailah Menulis


"Apa yang tidak kugoreskan di atas
kertas akan terhapus oleh waktu"

Manusia cenderung lebih pandai untuk berbicara daripada menulis. Ya, manusia memang belajar lebih dulu berbicara daripada menulis. Alangkah senangnya ketika melihat bayi yang tidak bisa berbicara lalu mulai belajar berbicara. Satu kata saja sudah membuat yang mendengarnya bahagia. Sedangkan belajar menulis dan mengenal huruf baru dilakukan seorang anak ketika masuk kelas TK atau SD.

Lalu kenapa kita disuruh berhenti berbicara? Isabel Allende berkata “karena apa yang tidak kugoreskan di atas kertas, akan terhapus oleh waktu.” Allah sendiri di Perjanjian Lama menyampaikan Firman-Nya melalui perantaraan para Nabi atau berbicara langsung dengan para utusan-Nya atau melalui mimpi. Tapi saat harus menyampaikan hal yang penting kepada bangsa Israel. Allah harus menulis. Loh kapan Allah menulis? Seperti apa tulisan Allah itu? Allah sadar bahwa jika disampaikan dengan perkataan saja bangsa Israel akan mengabaikan dan segera melupakan. Allah sadar hanya dengan tulisan perkataan-Nya akan bisa diingat dan tidak akan mudah dilupakan. Allah menulis sewaktu menyampaikan “Sepuluh Perintah Allah” kepada bangsa Israel. Allah menulis di dua loh batu. Jarang sekali Allah menulis langsung perintah-Nya. Tentu dengan ditulis perintah tersebut akan dibaca berulang-ulang oleh bangsa Israel dan tidak akan mudah dilupakan. Bukankah kita lebih mudah tersentuh membaca tulisan daripada mendengar perkataan seseorang. Mendengar kotbah langsung akan menyentuh pada saat itu saja. Tapi membaca tulisan, jika menarik akan kita baca berulang-ulang dan membekas di pikiran.

Tuhan Yesus melakukan hal yang sama ketika melihat seorang wanita kedapatan berzinah dibawa oleh ahli Taurat untuk dihukum rajam. “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Biasanya jika menghadapi ahli-ahli Taurat Yesus selalu bicara berapi-api, mengkritik kebiasaan-kebiasaan ahli-ahli Taurat yang munafik dengan bahasa lisan. Kali ini untuk menghadapinya Yesus menggunakan bahasa tulisan. Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Hasilnya efektif ahli Taurat itu pergi satu persatu dengan menunduk penuh malu.

Rasul Paulus juga sadar, waktu untuk berkotbah dan menggembalakan umat-Nya tidak akan mencukupi jika dia hanya mondar-mandir dari satu tempat ke tempat lain dengan berbicara. Maka tradisi menulis surat menjadi kebiasaan nya. Surat Paulus kepada Jemaat di Roma, Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus dan seterusnya. Dengan ditulis sampai sekarang pun kita bisa membaca Alkitab dan Firman Tuhan dengan tidak jemu-jemunya. Coba kalau setiap kali Allah memperingatkan manusia dengan berbicara terus-menerus. Pasti perkataan Allah akan segera dilupakan. Jadi berhentilah berbicara dan mulailah menulis.

Apa sih keuntungan dari menulis? Waduh banyak sekali, sekarang ini rasanya lagi trend penulis menjadi terkenal. Coba siapa yang tidak kenal Arswendo yang selalu menulis dimanapun dia berada, bahkan di penjara pun tradisi menulis tidak pernah dia lupakan. Siapa yang tidak kenal Habiburrahman El Shirazy yang buku novelnya “Ayat-ayat Cinta” menjadi best seller di Indonesia. Andrea Hirata tak dikenal sebelumnya, tak pernah menulis sepotong pun cerpen, tiba-tiba muncul langsung menulis “Tetralogi”: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Buku Harry Potter karya JK Rowling kehadirannya selalu ditunggu oleh penggemarnya, bahkan saat peluncuran setiap episode pembacanya rela mengantri panjang untuk mendapatkan bukunya. Siapa tidak kenal buku fenomenal Da Vinci Code karya Dan Brown. Bukankah Da Vinci Code bahkan menjadi pembicaraan dan meramaikan seminar-seminar di gereja sehingga buku ini pun laris manis di pasaran. Walau tulisan tersebut fiksi tapi dianggap ilmiah bagi sebagian orang. Tulisan karya James D. Tabor perihal “The Jesus Dynasty” bahkan membuat iman Kristiani kita “goyang”. Itulah kekuatan sebuah tulisan bisa mempengaruhi pembacanya. Bisa mem-buat seorang menangis, bisa membuat seorang marah, tersadar dari perbuatan keliru/salahnya, bisa membuat kita yang membacanya terkagum-kagum pada penulisnya. Dan bisa membuat seorang diperkuat bahkan digoyangkan imannya.

Kenapa tradisi menulis itu menjadi sesuatu yang mahal dan susah dilakukan? Mungkin hal itu disebabkan oleh sistem pendidikan nasional yang lebih menekankan pada hasil dari hafalan. Hal ini tampak pada saat guru memberi ujian (ulangan), soal-soal yang diberikan lebih banyak porsinya untuk hafalan, hanya sedikit untuk mengarang (menulis).

Melalui tulisan, cara berfikir atau penalaran seseorang dapat terlihat dan terdokumentasi. Ilmu pengetahuan yang kita pelajari saat ini tampaknya mustahil dapat dipelajari bila tak terdokumentasi melalui tulisan. Firman Tuhan dalam Alkitab mustahil dapat kita pelajari jika tidak ditulis dan didokumentasikan ke dalam bentuk tulisan. Bagaimana jika para murid Tuhan Yesus tidak mendokumentasikan perkataan Yesus ke dalam bentuk tulisan. Mungkin kita tak akan percaya lagi dengan perkataan orang tentang Jalan Keselamatan. Tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya.

Menulis pada hakekatnya adalah bentuk rasa syukur kita pada Tuhan, salah satu bentuk pengabdian dan pelayanan kita kepada Tuhan. Menulis sejajar dengan berlatih Paduan Suara, berlatih Teater, berlatih musik. Menulis sejajar dengan talenta-talenta lain yang kita miliki. Jika kita sudah pandai bermain musik, sudah pandai berkotbah, sudah pandai bernyanyi dengan baik, sudah pandai memimpin pujian, sudah pandai mengajar. Mari kita lengkapi talenta kita dengan menulis, kita dokumentasikan kegiatan kita ke dalam bentuk tulisan. Sebab apa yang tidak kugoreskan di atas kertas akan terhapus oleh waktu. (J)

THE NAKED TRAVELER


Buku yang bercerita tentang sebuah perjalanan wisata (travel) terlebih dilakukan dengan cara backpacker sungguh sangat inspiratif dan menyenangkan untuk dibaca. Backpacker berarti berwisata dengan modal/biaya seminimal mungkin dan harus siap menggunakan fasilitas seadanya, jika perlu menginap di tempat-tempat ibadah, kalaupun menginap di hotel, harus hotel yang paling murah. Berwisata dengan cara backpacker memang dibutuhkan daya tahan tubuh, insting dalam menghitung biaya, seminimal mungkin menjauhkan diri dari fasilitas-fasilitas mewah dan harus berani malu (tidak gengsian).

Jika anda ingin memiliki pengalaman berwisata secara Backpacker cobalah membaca tulisan kisah perjalanan Agustinus Wibowo ke berbagai negara dan daerah-daerah terpencil yang ditulis di kompas online secara berseri dengan gaya penulisan yang menarik. Begitu juga novel Andrea Hirata ”Edensor” secara inspiratif memberi pengetahuan kepada kita untuk berbekal nekad saja kalau ingin berwisata. Di novel ini dia bisa berkeliling Eropa hanya dengan modal mengamen di jalanan.

Buku The Naked Traveler yang ditulis oleh Trinity menjadi buku yang wajib anda miliki. Naked traveler disini jangan diartikan berwisata bugil atau telanjang. Naked disini dari kata plesetan Nekad jadi kata yang sebenarnya adalah BERWISATA NEKAD, pandai juga dia menyitir kata menjadi judul yang menggelitik

Buku ini menceritakan perjalanan seorang perempuan yang mengaku dirinya Trinity dari berbagai daerah dan belahan dunia lain dengan gaya penulisan yang jujur apa adanya. Menurut Trinity, traveling tidak hanya sekedar foto-foto dan berbelanja di tempat wisata. Juga bukan hanya ke luar negeri atau ke kota-kota besar yang banyak mall, tapi tentang sukaduka di balik perjalanan itu sendiri. Ada banyak hal yang dapat kita temui dan kita lakukan dalam berwisata dan melihat hal-hal kecil atau kebiasaan-kebiasaan orang yang sebenarnya menarik (lucu) jika diceritakan dan kita tuliskan.

Jadi, mari kita berwisata kenali budaya dan adat istiadat setempat yang kita kunjungi. Jangan lupa kita dokumentasikan dalam bentuk tulisan