Selasa, 28 April 2009

Semalam di Singapore


Hari ini sebenarnya masih terlalu pagi untuk bangun. Tapi aku harus bangun karena aku tak ingin tertinggal. Kemana gerangan aku kan pergi, sehingga sepagi ini sudah bangun?! Bukankah temaram pagi masih pekat. Suara keramaian tetangga belum terdengar. Hari ini aku tak harus menunggu cahaya pagi, tak harus menunggu keramaian tetangga. Aku harus pergi selama beberapa hari. Tapi kemana? Aku tak kan memberitahumu, sebelum engkau membaca dan mengikuti perjalananku. Kopor hijau, tas ransel hitam sudah siap. Dan pagi itu aku harus menerobos kelam pagi. Taksi berwarna biru itu membawaku ke jalan Tanjung Duren. Di klinik 24 jam di Tanjung Duren aku menunggu. Portal masih tertutup. Kendaraan belum diijinkan masuk. Ku harus menunggu beberapa saat sebelum akhirnya taksi masuk dan membawa ke rumah teman-teman kami.
Embun mengiringi laju taksi menuju bandara Soekarno Hatta. Masih ngantuk, tapi jadi segar karena punya pengharapan bisa pergi ke Luar Negeri. Masuk Tol Grogol dan terus menuju ke Bandara.
Sesampai di Bandara langsung di sergap keramaian manusia yang hendak bepergian. Maklum hari itu adalah long weekend karena tanggal 17 Agustus hari ini, jatuh pada hari Jumat (libur nasional), otomatis banyak yang menyempatkan waktu untuk bepergian. Kami yang laki-laki mencoba mengantri untuk memasukkan tas di bagasi setelah semuanya beres, kami memasuki ruang tunggu di bandara.
Jam 8.40 pesawat pun berangkat menuju ke Hang Nadim, Batam. Tak lupa saya mencari tempat duduk dekat jendela karena saya suka memandangi ciptaan Tuhan berupa awan-awan putih yang bagaikan hamparan hutan di angkasa. Kira-kira sejam kemudian kami sudah mendarat di Hang Nadim, Batam. Di Hang Nadim kami bertemu dengan Ibu Titin dan Monica yang sudah sampai terlebih dahulu karena naik pesawat yang berbeda. Kami naik 4 taksi menuju ke Batam Centre.

Semalam di Singapore
Setelah mengurus imigrasi lumayan lama (karena mengurus untuk 17 orang) akhirnya kami berangkat juga menuju ke Singapura. Kenapa musti lewat Batam? karena bisa irit 500 ribu biaya fiskal. Dari Batam Centre kami naik kapal penyeberangan “Penguin” menuju ke Singapura. Perjalanan kami terasa menyenangkan karena duduk bersama teman-teman dengan melihat film dari DVD yang diputar.
Sebenarnya jarak Batam ke Singapura di tempuh hanya dalam waktu satu jam. Waktu di Singapura lebih cepat satu jam daripada waktu di Batam. Jadi misal berangkat jam 11.00 dari Batam maka sampai di Singapura jam 13.00 waktu Singapura. Feri laju berjalan dan sampailah kami di Harbourfront Center. Harbourfront Center adalah salah satu mal yang memang satu gedung dengan pelabuhan feri. Ketika keluar, kami disergap oleh antrian panjang imigrasi bak ular yang meliuk-liuk. Ah lega ketika lepas dari antrian dan pemeriksaan. Paspor sudah di cap. Maka keluarlah kami ke area mal karena sudah ada penjemput dari Singapura. Melinda yang terbang langsung dari Canada bergabung di mal ini.

Penjemput dari Singapura dengan mobilnya (pemilik apartemen yang kami sewa) membawa koper yang bertumpuk-tumpuk tersebut ke Cavenagh Garden. Perut sudah minta jatah makan, maka kami mencari makan di foodcourt di areal Harbourfront. Makanan di Singapura tidak terlalu jauh dengan makanan yang ada di Indonesia khususnya chinese food nya. Jadi kami lahap saja menyantap.
Di sebelah Harbourfront Center, sedang dibangun VivoCity, pusat entertainment dan belanja yang konon akan lebih megah lagi. Kami berfoto bersama dengan latar belakang Pulau Sentosa yang konon memperbesar daratan di Pulau Sentosa dengan membeli pasir dari Indonesia. Sesuai dengan kesepakatan dari Jakarta, kami dibagi dalam dua rombongan yang sudah pernah ke Singapura akan memisahkan diri katanya sih ke Kampung Bugis dll. Sedangkan saya dan rombongan menuju ke Explanade (gedung kesenian) yang berbentuk durian. Kami naik MRT. Singapura adalah kota yang bersih dan serba teratur. Semua transaksi pembelian karcis bisa diakses melalui box-box mirip ATM yang sudah tersedia dan di komputerisasi. Pertama-tama ribet euy tapi setelah tahu ya gampang saja dan malah mempercepat.
Tidak berapa lama kami sudah sampai di explaned. Kami berkeliling melewati lorong yang banyak lukisan anak-anak. Banyak pernak-pernik seni di sana-sini serta poster yang lumayan besar tentang pertunjukan drama atau opera yang sedang dimainkan di situ. Tak lupa bergaya di depan kamera secara bergantian. Tidak jauh dari situ kami berjalan, sampailah kami di Suntec City dimana ada lambang Singapura yang berbentuk singa memuntahkan air. Kami singgah pula di China town lalu terakhir menghabiskan malam di Orchard Road yang gemerlapan. Tak banyak yang bisa saya ceritakan karena waktu yang serba terburu-buru. Kaki pegal, badan penat karena hampir seharian jalan maka kami pun tidur pulas malamnya.

1 komentar: