Senin, 25 Mei 2009

Silence, Jika Tuhan Diam Dalam Keheningan

Jepang terkenal dengan Manga (Komik) dan anime (Kartun). Pembaca dan penikmat animasi Jepang di Indonesia tentu tak asing dengan tokoh-tokoh Doraemon, Saint Seiya, Sailor Moon dan lain-lain. Tapi jika ditanya novel atau buku karya penulis Jepang yang bertema selain manga, mereka pasti bungkam. Jarang sekali novel atau buku sastra Jepang yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia kecuali komik-komik berserinya yang bejibun (atau sayanya yang katro ya he…)

Buku karya Shusaku Endo “Silence” (Jepang: Chinmoku), menjadi satu-satunya novel karya penulis Jepang yang saya punya. Apalagi Novel ini berbicara dan berlatar belakang tentang masa-masa penyiksaan komunitas kristen/katolik di Jepang. Anda pasti juga baru tahu kan, kalau di Jepang, memiliki masa kelam penyiksaan umat Kristen dengan kadar penyiksaannya tidak kalah dengan Kaisar Nero di Roma. Silence adalah novel ke-8 Endo dan merupakan novel yang paling terkenal dari 15 novel yang telah ditulisnya.

Silence atau kalau diterjemahkan Hening, berlatar belakang Jepang abad ke 17, periode Edo, ketika para samurai menguasai perpolitikan Jepang. Periode penuh pergolakan dalam sejarah Jepang yang dikenal sebagai “abad Kristen”. Setelah berkembang secara pesat, pemerintah tiba-tiba melarang segala hal yang berbau Kristen di Jepang. Pergumulan berat umat Kristen/Katolik yang harus bergumul mempertahankan iman, tetap setia dan taat kepada Tuhan atau menjadi pecundang di tengah siksaan-siksaan kejam yang menderanya.

Jenis penyiksaan yang dilakukan penguasa Jepang terhadap penganut Kristen adalah dengan di bakar, disaksikan yang lain sambil melambaikan tangan mereka berteriak sayonara dan menaikkan pujian dan doa doa kepada Tuhan. Mereka bangga mati sebagai martir. Penguasa Jepang menyadari kematian sebagai martir adalah kematian yang mulia, pembunuhan itu tidak mencapai sasarannya maka dimulailah penyiksaan dahsyat untuk membuat para orang Kristen mengingkari keyakinannya. Jenis penyiksaan lain adalah dengan mengikat tubuh korban erat-erat sampai setinggi dada (satu tangan dibiarkan bebas untuk memberi tanda mengakui kesalahan), kemudian digantung dengan kepala ke bawah dari tiang, ke dalam lubang biasanya diisi kotoran yang berbau busuk, mereka di gantung di bibir lubang sejajar dengan lutut. Bagian kening diiris sedikit dengan pisau supaya darah tetap mengalir dari lukanya. Mereka akan mati secara perlahan dan jika tidak kuat akan mengingkari imannya.

Sebastian Rodrigues, adalah seorang Pastor Portugis yang dikirim ke Jepang untuk membantu Gereja setempat dan mencari tahu keadaan mantan gurunya, Ferreira yang dikabarkan telah murtad karena tidak tahan menanggung siksaan.

Pada saat itu, penduduk Jepang hidup dalam kemiskinan karena penguasa membebani rakyat dengan pengenaan pajak yang tinggi dan penindasan-penindasan jika tidak membayar pajak. Kekristenan dilarang sehingga para penduduk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang Kristen.

Dalam keadaan seperti itulah Rodrigues menyeberang bersama missionaris lain yang bernama Garrpe dari Macao menuju Jepang. Ikut dalam rombongan kapal tersebut Kichijiro yang dijadikan sebagai pemandu bagi kedua pastor tersebut. Kichijoro adalah penganut Kristen yang lemah, dia digambarkan tipikal orang yang mudah jatuh dan mudah menyerah. Dan selalu menyalahkan kondisinya yang lemah.

Mereka mendarat di desa nelayan Tomogi tak jauh dari Nagasaki. Dengan sembunyi-sembunyi mereka berkomunikasi kepada komunitas kristen yang ada di sekitar daerah itu. Keberadaan mereka ternyata tercium oleh penguasa Jepang. Dimulailah perburuan dengan mengintimidasi nelayan/petani tersebut. Intimidasi membuat penduduk terpecah. Sebagian berpendapat agar kedua pastor meninggalkan daerah itu dan sebagian ingin melindungi kedua pastor itu. Perpecahan itu memberi kesempatan yang bagus bagi penguasa untuk membujuk nelayan dan petani miskin tersebut dengan pengurangan pajak. Bagi orang-orang miskin pengurangan pajak jelas sangat menggoda, tapi mereka berhasil mengatasi godaan tersebut.

Kebungkaman penduduk membuat utusan penguasa berang, maka mereka mengancam penduduk untuk memilih tiga orang menghadap kepada penguasa, menghadap kepada penguasa berarti resiko penyiksaan dan kematian di depan mata mereka. Mokichi, Ichizo yang pemberani dan Kichijiro yang penakut terpilih mewakili penduduk tersebut.

Interogasi dilakukan dengan upacara menginjak-injak Fumie (lempengan kayu atau tembaga yang ada wajah gambar Yesus atau Maria). Kichijiro menjadi orang pertama. Penguasa cerdik dengan tidak melihat kaki-kaki yang menginjak tapi mereka lebih memperhatikan ekspresi wajah orang yang menginjak, wajah tak bisa menipu, mereka sungguh-sungguh atau hanya berpura-pura melakukannya. Mokichi dan Ichizo tak kuasa menginjak terlebih meludahi wajah Yesus, dia akhirnya menyerah dan mengakui bahwa dirinya orang Kristen. Sementara Kichijiro yang lemah mengikuti perintah penguasa dengan menginjak dan meludahi wajah Yesus. Mokichi dan Ichizo ditahan, Kichijiro dibebaskan.

Keesokan harinya adalah hari penghukuman bagi mereka. Kedua orang itu diikat di dua batang pohon berbentuk salib yang ditancapkan di tepi pantai. Jika malam ketika air laut pasang, air laut akan merendam tubuhnya setinggi dagu. Mereka tidak akan mati seketika, tapi setelah dua atau bahkan tiga hari karena mengalami kelelahan fisik dan mental secara total. Di tengah keheningan dan kesunyian malam, sayup-sayup penduduk mendengar sebuah pujian yang serak dan tersengal-sengal : ”Kami akan menuju ke sana, kami menuju ke sana, kami menuju rumah Tuhan, ke rumah Tuhan... Rumah yang mulia” kedua orang itu akhirnya mati, mati dalam mempertahankan imannya. Hidup di dunia terlalu penuh penderitaan bagi para petani Jepang. Dan hanya dengan berpegang pada pengharapan untuk hidup di “rumah Tuhan” mereka sanggup untuk terus menjalani hidup di tengah penderitaan yang menderanya.

Kichijiro pula yang menyebabkan kedua missionaris Garppe dan Rodrigues tertangkap. Garppe tewas di tengah laut bersama-sama dengan pengikutnya yang menjalani hukuman di bungkus dengan tikar dan diikat lalu diceburkan ke laut. Tinggal Rodrigues yang di tahan. Penguasa Jepang akan mempertemukan Rodrigues dengan gurunya Ferreira yang telah mengingkari imannya dan kini bekerjasama dengan pemerintah Jepang. Hati Rodrigues kacau ketika bertemu dengan gurunya yang kini jadi pengkhianat, debat antara guru dan murid tak terelakkan lagi.

Di masa-masa sulit ini, Rodriguez mulai kehilangan arah. Dia melihat begitu banyak umat yang disiksa dengan kekejaman yang teramat luar biasa, karena mempertahankan iman. Rodriguez kagum sekaligus menyesali diri karena ia tak bisa berbuat banyak. Benarkah Ferreira murtad karena takut. Ia pun mempertanyakan keberadaan Tuhan ... “Mengapa Engkau meninggalkan kami sebatang kara? Desa itu dibangun untuk-Mu, dan Kau membiarkannya terbakar menjadi abu, Ketika orang-orang itu diusir keluar dari rumah mereka tidakkah Engkau memberi mereka keberanian? Kenapa Engkau hanya bungkam seperti kegelapan yang melingkupiku. Setidaknya katakan padaku, kenapa? Kami bukan orang-orang tegar seperti Ayub, ketahanan kami ada batasnya. Jangan lagi menambah penderitaan kami. Mengapa Engkau tidak berusaha menyelamatkan orang-orang yang begitu mencintai-Mu? Mengapa Engkau diam, Kau seharusnya tidak bungkam selamanya.

Pergumulan Kichijiro sang pengkhianat pun tak kalah memilukan ketika hendak memohon pengampunan “Tapi saya berhak memohon pengampunan! Orang yang sudah menginjak-injak gambar suci itupun masih berhak menyampaikan pembelaannya. Bapa pikir saya menginjak-injak gambar itu dengan rela? Kaki saya sakit dan pedih waktu menginjak-injaknya. Tuhan ingin saya berlaku seperti orang yang tegar, padahal Dia menciptakan saya sebagai orang lemah. Orang lemah seperti saya bisa apa, Bapa? Saya tidak mengkhianati Bapa demi uang.”

Dan perkataan gurunya Ferreira menambah hunjaman di ulu hatinya ”Dengarkan! Aku ditempatkan di penjara di sini dan aku mendengar suara erangan orang-orang yang disiksa, di luar sana, orang-orang Kristen menanggung penderitaan mahahebat dan Tuhan tidak berbuat apa apa. Tuhan tidak bertindak sedikit pun. Aku berdoa dengan sepenuh kekuatanku. Tapi Tuhan tidak berbuat apa-apa.”

Puncak dari pergumulan Rodrigues adalah saat dia juga harus menginjak Fumie, gambar wajah Yesus yang sudah nampak lusuh dan cekung karena sering diinjak. Sang Pastor mengangkat satu kakinya. Ada kepedihan hebat dan berat di kakinya. Dia akan menginjak-injak sesuatu yang selama ini dianggapnya hal paling indah dalam hdupnya. Dan seolah-olah wajah Yesus dalam Fumie itu berkata, “Injaklah! Injak! Aku lebih tahu daripada siapa pun tentang kepedihan di kakimu. Injaklah! Aku lahir ke dunia memang untuk diinjak-injak manusia. Untuk menanggung penderitaan manusialah aku memanggul salibku.” Tuhan aku benci kebungkamanmu lalu menginjaklah kaki Rodrigues di wajah Yesus. Lalu Tuhan yang sudah di injak-injak itu menjawab “Aku tidak bungkam, Aku ikut menderita di sampingmu.”

Tidak ada yang kuat ataupun yang lemah. Bisakah kita mengatakan yang lemah tidak menderita melebihi yang kuat. Ferreira oleh orang-orang Kristen di Jepang dijuluki Petrus Murtad sedangkan Rodrigues dijuluki Paulus Murtad.

Ada tiga tipe manusia yang hendak digambarkan Endo, tipe yang pertama adalah tipe orang yang setia dan taat terhadap janji Tuhan meski penderitaan datang mendera, tipe tersebut secara jelas digambarkan melalui Mokichi dan Ichizo yang memiliki pengharapan bahwa dia akan menuju rumah Tuhan jika maut menjemput. Tipe yang kedua adalah tipe Kichijiro sang pengkhianat yang selalu menyalahkan Tuhan karena tidak menciptakan dirinya menjadi orang yang kuat. Tipe yang ketiga adalah tipe Ferreira dan Rodrigues, guru-guru yang mengatasnamakan umat dengan dalih keselamatan umat, mereka menghalalkan segala cara bahkan kalau perlu menjadi pengkhianat.

Mudah-mudahan bacaan ini menguatkan, meneguhkan iman kita dan sebagai bahan refleksi peringatan Kenaikan Yesus ke Surga dan Hari Turunnya Roh Kudus (Pentakosta) yang akan kita peringati bersama. (J)

Selasa, 19 Mei 2009

Printemps Français

Printemps Français adalah kegiatan yang diadakan oleh Kedutaan besar Perancis yang ada di Indonesia melalui CCF (Centre Culturel Français) Jakarta yang menampilkan berbagai macam seni budaya Perancis. Kegiatan ini selalu di tunggu-tunggu oleh pecinta seni Jakarta. Kegiatan biasanya diawali Festival Sinema Perancis. Dari segi cerita, Film Perancis menampilkan sesuatu yang lain dibandingkan dengan film-film produksi Hollywood. Film-film produksi Eropa khususnya Perancis lebih menonjolkan konsep cerita dan apa adanya dalam bertutur, Hollywood lebih menonjolkan sisi entertain dan kepuasan penonton.

Tahun ini Printemps Français memasuki tahun ke-5 penyelenggaraannya di Indonesia, kegiatan diawali pada tanggal 5 Mei 2009 dari Galeri Nasional Indonesia lewat sebuah pameran yang bertajuk “Ligne à Ligne” yang menampilkan gambar dalam berbagai bentuk serta seni instalasi kuliner yang akan memanjakan seluruh panca indera anda. Pameran ini sudah berakhir pada tanggal 16 Mei 2009 yang lalu.

Perjalanan selanjutnya adalah sebuah acara mode yang menggabungkan dengan tari karya Marie Labarelle dan Marie Barbottin. Acara ini juga sudah terlaksana pada tanggal 15 Mei 2009 di Lamoda Cafe di Plaza Indonesia.

Jika anda menyukai musik klasik, maka datanglah pada tanggal 27 Mei 2009 Pk. 20.00 di Erasmus Huis. Menampilkan duet Clement Dufour pemain Flute dan Tristan Pfaff pianis berbakat yang sudah konser di berbagai Negara. Anda juga akan dimanjakan oleh konser musik klasik istimewa lainnya pada tanggal 16 Juni 2009 di Pusat Perfilman Usmar Ismail yang akan menampilkan Michael Cousteau dan Nusantara Symphony Orchestra.

Kalau anda menyukai musik jedag jedug jangan lewatkan yang satu ini dari kelompok Chinese Man. Musik jedag-jedug anda akan diramu oleh empat DJ berwajah oriental : DJ Shadow, Obert yang akan berkolaborasi dengan Amp Fildler dan Sharon Jones di Centro tanggal 13 Juni 2009. Jangan lewatkan juga lagu lucu penuh makna dari Les Blerots de R.A.V.E.L kreasi mereka merupakan perpaduan antara cerita keseharian dan pemikiran sosial. Keunikan dari grup ini adalah terletak pada kemampuan mereka untuk menghubungkan musik slave, gypsy, rock dan jazz. Konser akan diadakan di Rolling Stones Live Venue pada tanggal 21 Juni 2009.

Tak ketinggalan dari seni tari dan teater akan tampil dari kelompok Cie Accropcap yang akan menampilkan koreografi ”Petites Histoires.com” pertunjukan yang sarat kreativitas ini membuktikan bahwa tari hip hop dapat menjadi penghubung antara jalanan dan seni tari. Bersiap-siaplah menyaksikan pertunjukan luar biasa yang menggabungkan breakdance, tari kontemporer dan akrobasi pada tanggal 2 Juni 2009 di Taman Ismail Marzuki. Dari kelompok BP Zoom akan menampilkan duet Phillipe Martz dan Bernie Collins yang akan memadukan humor, puisi dan mimpi ke dalam khayalan mimpi masa kecil kita. Pertunjukan akan diadakan di Gedung Kesenian Jakarta pada tanggal 19 Juni 2009.

Yuk kita manjakan mata dan telinga kita dengan pertunjukan-pertunjukan kelas dunia, kita beri ”makan” otak kanan kita dengan sajian-sajian seni berkualitas dan biarkan jiwa seni kita terus terasah kemampuannya.

Rabu, 13 Mei 2009

Knowing

Film tentang akhir jaman sudah banyak dibuat oleh sineas-sineas luar negeri antara lain Armagedon, The Day After Tommorow dan lain-lainnya. Dan sekarang yang baru beredar adalah Knowing.

Mangangkat salah satu issu global warming yang menjadi konsen ahli-ahli lingkungan, film ini bercerita tentang musnahnya bumi jika lapisan ozon bocor sehingga sinar ultraviolet matahari menerobos dan membakar bumi (ih serem sekarang aja sudah panas banget).
Sebenarnya film ini sudah lama beredar di bioskop, mungkin juga sudah tidak main lagi di bioskop, baru sekarang bikin resensinya karena baru sempat he… film bergenre Sci-Fiction ini penuh teka-teki dan sangat menegangkan dari awal sampai akhir, lebih menegangkan daripada menonton film-film horor. Knowing diangkat dari sebuah novel karya Ryne Douglas Pearson, disutradarai Alex Proyas, dibintangi oleh actor beken Nicolas Cage.

Film diawali oleh keriuhan anak-anak di sekolah dasar di Massachusetts, pada tahun 1959, salah satu anak bernama Lucinda Embry, Lucinda dikenal sebagai murid yang misterius, tampangnya menyedihkan, muram dan tak banyak bicara. Sosok penyendiri dan terasing di kelas. Ini disebabkan karena Lucinda sering mendengar suara-suara aneh yang hanya dia sendiri yang mendengar.

Suatu hari, sekolah Lucinda mengadakan acara mengubur sebuah kapsul waktu. Seluruh murid diminta untuk menuliskan atau menggambarkan masa depan masing-masing anak 50 tahun yang akan datang. Dan kapsul akan dibuka kembali 50 tahun kemudian. Anehnya, bukan gambar yang dicoretkan Lucinda dalam kertas, melainkan angka acak. Dia menuliskan angka-angka dengan sangat cepat, namun sebelum selesai menulis gurunya, Ms Taylor, merampas kertas itu.

Tahun 2009, saatnya kapsul waktu diangkat dari kubur dan masing-masing anak diminta oleh gurunya mengambil satu-satu. Caleb (Chandler Canterbury), salah satu murid, mendapat amplop milik Lucinda yang berisi angka-angka. Awalnya, ayah Caleb, John Koestler (Nicolas Cage) menilai coretan di kertas itu hanya keisengan anak-anak masa lalu. Namun, Caleb coba meyakinkan, amplop itu mungkin saja berguna. Penasaran, John yang berprofesi sebagai seorang profesor itu kemudian menelaah hamparan digit acak yang tertera dalam kertas tua tersebut.

Ternyata angka-angka itu bukan angka biasa. Angka-angka itu tepat merujuk pada sejumlah tragedi yang memakan korban luar biasa yang terjadi 50 tahun terakhir, angka itu berbicara banyak tentang tanggal dan kapan peristiwa-peristiwa tersebut terjadi dan berapa korbannya.
John mencoba mencari dan menguak misteri angka-angka yang belum selesai di tulis oleh Lucinda melalui anak Lucinda.

Tinggal tiga musibah yang belum terjadi pada 2009, pertama ada pesawat akan jatuh yang menelan banyak korban, kedua kecelakaan kereta subway dan yang terakhir adalah bumi akan dimusnahkan oleh api dari panas matahari alias Kiamat. (semua musibah digambarkan dengan sangat dahsyat dan mencekam membuat jantung mau copot). Yang menjadi masalah banyak orang tidak percaya pada ramalan itu.

John akhirnya pasrah dengan apa yang akan terjadi, dia melihat anaknya diangkat untuk diselamatkan, hanya orang-orang pilihan yang diangkat, sedangkan John bukan orang pilihan yang harus diangkat. Di detik-detik terakhir musnahnya bumi, John menemui ayah dan ibunya untuk meminta maaf dan mereka semua berpelukan menyongsong datangnya maut, menyongsong datangnya kiamat (hiks…hiks mengharukan sekali).

Andai maut atau Kiamat itu datang sudah siapkah kita menyambutnya?

GOD TUSSI GREAT HO

Nonton film Indiahe memang mengasyikkan di samping artis yang melakoni cantik-cantik dan ganteng-ganteng, tariannya juga membuat mata kita yang menontonnya dimanjakan oleh gerakan-gerakan dinamis dari para penarinya.

Saya tertarik menonton Film Indiahe yang diputar di Indosiar (jangan dibilang saya katro ya he … ) pada hari Senin-Selasa, 11-12 Mei 2009 karena membaca iklan running text (teks berjalan) yang menyatakan “bagaimana jika manusia dikasih waktu untuk mengelola bumi selama 7 hari?” seru kan! Apalagi dibintangi wanita terseksi Asia 2006 dan mantan miss universe 2000, Priyanka Chopra.

Dalam pikiran saya lantas terpikir, apa bisa ya manusia memanage/mengelola bumi walau hanya sehari saja? Apakah bumi akan makin teratur atau justru malah makin amburadul di tangan manusia?

Film ini sudah pasti terinspirasi film sukses Hollywood Bruce Almighty yang dibintangi Jim Carrey. Film diawali oleh Arun Rajapati (Salman Khan) yang selalu berkeluh kesah dan kalah bersaing dengan orang-orang di sekitarnya. Arun di pecat dari pekerjaan di sebuah stasiun teve karena membuat kesalahan dalam bekerja, dia juga kalah bersaing dalam memperebutkan cewek - Alia Kapoor (Priyanka Chopra), Alia adalah gadis yang cantik dan pembawa acara di sebuah stasiun TV, tentu saja Alia tidak memilih Arun yang bodoh lagi pecundang, dia lebih memilih Rocky (Sohail Khan) yang lebih pandai dan lebih sukses daripada Arun. Kemalangan yang terjadi secara terus menerus membuat Arun selalu menyalahkan Tuhan, ”Tuhan Kau yang selalu membuat kemalangan ini terjadi, kenapa Kau buat orang lain sukses sementara aku tidak?”

Karena terlalu sering mendengar keluh kesah dan umpatan Arun, suatu kali tuhan (Amitabh Bachchan) berkenan mengundang Arun untuk menemuinya dan mendengar keluh kesahnya. Dalam pertemuan, tuhan berjanji memberikan kekuatannya kepada Arun dengan syarat Arun tidak memberitahukan darimana kekuatannya tersebut didapat, jika melanggar maka kekuatannya akan hilang.

Memiliki kuasa, manusia cenderung menjadi sombong lantas memamerkan dan menggunakan kekuatan tersebut secara sembarangan padahal Tuhan tidak pernah memamerkan kekuatannya secara sembarangan. Saat mendengar doa yang berupa permintaan-permintaan, karena ingin menyenangkan dan membahagiakan manusia, Arun mengabulkan doa semua orang di dunia, yang terjadi justru membuatnya terkaget-kaget, banyak penjahat yang keluar dari penjara karena berdoa agar bisa keluar dari penjara, pacar Arun menikah dengan Rocky karena Rocky berdoa kepada Tuhan agar dapat menikahi Alia, tetangga Arun berdoa agar menang lotre dan doanya terkabul tetapi setelah kaya justru suaminya lari dengan wanita lain dsbnya dsbnya.

Arun akhirnya sadar dan kembali menemui tuhan agar tuhan mengembalikan keadaan seperti sediakala saat pertama kali bertemu dengan tuhan. Justru dalam keadaan seperti sediakala, dia berhasil berjuang untuk meraih pekerjaan dan cintanya.

Bila Tuhan cepat mengabulkan Doamu, Maka DIA Menyayangimu, Bila DIA lambat mengabulkan doamu, Maka DIA Ingin Mengujimu, Bila DIA Tidak mengabulkan Doamu, Maka Dia Merancang Sesuatu Yang lebih Baik Untukmu. Oleh sebab itu, Senantiasalah Bersangka Baik Pada Tuhan Dalam Keadaan apaPun jua... Karena Kasih sayang Tuhan Itu Mendahului KemurkaanNya...

Selayaknyalah kita berseru Oh God Tussi Great Ho, Oh Tuhan Anda Hebat! Bisa mengatur dunia dengan segala problematikanya.

Senin, 11 Mei 2009

BILANGAN FU

Bilangan Fu adalah Novel ketiga dari Ayu Utami. Sebelumnya adalah Saman dan Larung. Jika Saman dan Larung bercerita lingkup LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), maka Bilangan Fu bercerita seputar pendaki tebing (gunung), jarang sekali novelis yang bercerita dengan latar belakang pendaki tebing. Yang menjadi kesamaan dari ketiga novel tersebut , Ayu Utami selalu membenturkan ceritanya dengan operasi militer atau intelejen.

1 : a = 1 x a = 1 dan a bukan 1, jika a bukan 1 lantas berapakah a? ya itulah rumus dari Bilangan Fu. Bilangan Fu bercerita tentang persahabatan antara Yuda, Parangjati dan Marja. Yuda bersama dengan gangnya adalah pemanjat tebing di watugunung sebuah daerah di Jawa Barat. Yuda dan Marja adalah sepasang kekasih.

Pertentangan para pelakon di sini terjadi antara Pemanjat kotor yang diwakili oleh Yuda dan kawan-kawannya. Pemanjat bersih diperkenalkan oleh Parangjati. Pemanjat kotor berarti pemanjat yang biasa memaku dan mengebor dinding tebing sehingga merusak dinding tebing untuk mencapai puncak sedangkan pemanjat bersih sebaliknya.

Pertentangan juga terjadi antara penganut monoteisme dan agama tradisi, antara tentara dan polisi, antara Parangjati dan adiknya Kupu-kupu, antara post modernis dan tradisional, antara pengusaha dan rakyat biasa. Semua pertentangan di ramu menjadi sebuah cerita yang menarik dalam buku ini.

Jumat, 08 Mei 2009

Berhentilah Berbicara dan Mulailah Menulis


"Apa yang tidak kugoreskan di atas
kertas akan terhapus oleh waktu"

Manusia cenderung lebih pandai untuk berbicara daripada menulis. Ya, manusia memang belajar lebih dulu berbicara daripada menulis. Alangkah senangnya ketika melihat bayi yang tidak bisa berbicara lalu mulai belajar berbicara. Satu kata saja sudah membuat yang mendengarnya bahagia. Sedangkan belajar menulis dan mengenal huruf baru dilakukan seorang anak ketika masuk kelas TK atau SD.

Lalu kenapa kita disuruh berhenti berbicara? Isabel Allende berkata “karena apa yang tidak kugoreskan di atas kertas, akan terhapus oleh waktu.” Allah sendiri di Perjanjian Lama menyampaikan Firman-Nya melalui perantaraan para Nabi atau berbicara langsung dengan para utusan-Nya atau melalui mimpi. Tapi saat harus menyampaikan hal yang penting kepada bangsa Israel. Allah harus menulis. Loh kapan Allah menulis? Seperti apa tulisan Allah itu? Allah sadar bahwa jika disampaikan dengan perkataan saja bangsa Israel akan mengabaikan dan segera melupakan. Allah sadar hanya dengan tulisan perkataan-Nya akan bisa diingat dan tidak akan mudah dilupakan. Allah menulis sewaktu menyampaikan “Sepuluh Perintah Allah” kepada bangsa Israel. Allah menulis di dua loh batu. Jarang sekali Allah menulis langsung perintah-Nya. Tentu dengan ditulis perintah tersebut akan dibaca berulang-ulang oleh bangsa Israel dan tidak akan mudah dilupakan. Bukankah kita lebih mudah tersentuh membaca tulisan daripada mendengar perkataan seseorang. Mendengar kotbah langsung akan menyentuh pada saat itu saja. Tapi membaca tulisan, jika menarik akan kita baca berulang-ulang dan membekas di pikiran.

Tuhan Yesus melakukan hal yang sama ketika melihat seorang wanita kedapatan berzinah dibawa oleh ahli Taurat untuk dihukum rajam. “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Biasanya jika menghadapi ahli-ahli Taurat Yesus selalu bicara berapi-api, mengkritik kebiasaan-kebiasaan ahli-ahli Taurat yang munafik dengan bahasa lisan. Kali ini untuk menghadapinya Yesus menggunakan bahasa tulisan. Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Hasilnya efektif ahli Taurat itu pergi satu persatu dengan menunduk penuh malu.

Rasul Paulus juga sadar, waktu untuk berkotbah dan menggembalakan umat-Nya tidak akan mencukupi jika dia hanya mondar-mandir dari satu tempat ke tempat lain dengan berbicara. Maka tradisi menulis surat menjadi kebiasaan nya. Surat Paulus kepada Jemaat di Roma, Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus dan seterusnya. Dengan ditulis sampai sekarang pun kita bisa membaca Alkitab dan Firman Tuhan dengan tidak jemu-jemunya. Coba kalau setiap kali Allah memperingatkan manusia dengan berbicara terus-menerus. Pasti perkataan Allah akan segera dilupakan. Jadi berhentilah berbicara dan mulailah menulis.

Apa sih keuntungan dari menulis? Waduh banyak sekali, sekarang ini rasanya lagi trend penulis menjadi terkenal. Coba siapa yang tidak kenal Arswendo yang selalu menulis dimanapun dia berada, bahkan di penjara pun tradisi menulis tidak pernah dia lupakan. Siapa yang tidak kenal Habiburrahman El Shirazy yang buku novelnya “Ayat-ayat Cinta” menjadi best seller di Indonesia. Andrea Hirata tak dikenal sebelumnya, tak pernah menulis sepotong pun cerpen, tiba-tiba muncul langsung menulis “Tetralogi”: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Buku Harry Potter karya JK Rowling kehadirannya selalu ditunggu oleh penggemarnya, bahkan saat peluncuran setiap episode pembacanya rela mengantri panjang untuk mendapatkan bukunya. Siapa tidak kenal buku fenomenal Da Vinci Code karya Dan Brown. Bukankah Da Vinci Code bahkan menjadi pembicaraan dan meramaikan seminar-seminar di gereja sehingga buku ini pun laris manis di pasaran. Walau tulisan tersebut fiksi tapi dianggap ilmiah bagi sebagian orang. Tulisan karya James D. Tabor perihal “The Jesus Dynasty” bahkan membuat iman Kristiani kita “goyang”. Itulah kekuatan sebuah tulisan bisa mempengaruhi pembacanya. Bisa mem-buat seorang menangis, bisa membuat seorang marah, tersadar dari perbuatan keliru/salahnya, bisa membuat kita yang membacanya terkagum-kagum pada penulisnya. Dan bisa membuat seorang diperkuat bahkan digoyangkan imannya.

Kenapa tradisi menulis itu menjadi sesuatu yang mahal dan susah dilakukan? Mungkin hal itu disebabkan oleh sistem pendidikan nasional yang lebih menekankan pada hasil dari hafalan. Hal ini tampak pada saat guru memberi ujian (ulangan), soal-soal yang diberikan lebih banyak porsinya untuk hafalan, hanya sedikit untuk mengarang (menulis).

Melalui tulisan, cara berfikir atau penalaran seseorang dapat terlihat dan terdokumentasi. Ilmu pengetahuan yang kita pelajari saat ini tampaknya mustahil dapat dipelajari bila tak terdokumentasi melalui tulisan. Firman Tuhan dalam Alkitab mustahil dapat kita pelajari jika tidak ditulis dan didokumentasikan ke dalam bentuk tulisan. Bagaimana jika para murid Tuhan Yesus tidak mendokumentasikan perkataan Yesus ke dalam bentuk tulisan. Mungkin kita tak akan percaya lagi dengan perkataan orang tentang Jalan Keselamatan. Tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya.

Menulis pada hakekatnya adalah bentuk rasa syukur kita pada Tuhan, salah satu bentuk pengabdian dan pelayanan kita kepada Tuhan. Menulis sejajar dengan berlatih Paduan Suara, berlatih Teater, berlatih musik. Menulis sejajar dengan talenta-talenta lain yang kita miliki. Jika kita sudah pandai bermain musik, sudah pandai berkotbah, sudah pandai bernyanyi dengan baik, sudah pandai memimpin pujian, sudah pandai mengajar. Mari kita lengkapi talenta kita dengan menulis, kita dokumentasikan kegiatan kita ke dalam bentuk tulisan. Sebab apa yang tidak kugoreskan di atas kertas akan terhapus oleh waktu. (J)

THE NAKED TRAVELER


Buku yang bercerita tentang sebuah perjalanan wisata (travel) terlebih dilakukan dengan cara backpacker sungguh sangat inspiratif dan menyenangkan untuk dibaca. Backpacker berarti berwisata dengan modal/biaya seminimal mungkin dan harus siap menggunakan fasilitas seadanya, jika perlu menginap di tempat-tempat ibadah, kalaupun menginap di hotel, harus hotel yang paling murah. Berwisata dengan cara backpacker memang dibutuhkan daya tahan tubuh, insting dalam menghitung biaya, seminimal mungkin menjauhkan diri dari fasilitas-fasilitas mewah dan harus berani malu (tidak gengsian).

Jika anda ingin memiliki pengalaman berwisata secara Backpacker cobalah membaca tulisan kisah perjalanan Agustinus Wibowo ke berbagai negara dan daerah-daerah terpencil yang ditulis di kompas online secara berseri dengan gaya penulisan yang menarik. Begitu juga novel Andrea Hirata ”Edensor” secara inspiratif memberi pengetahuan kepada kita untuk berbekal nekad saja kalau ingin berwisata. Di novel ini dia bisa berkeliling Eropa hanya dengan modal mengamen di jalanan.

Buku The Naked Traveler yang ditulis oleh Trinity menjadi buku yang wajib anda miliki. Naked traveler disini jangan diartikan berwisata bugil atau telanjang. Naked disini dari kata plesetan Nekad jadi kata yang sebenarnya adalah BERWISATA NEKAD, pandai juga dia menyitir kata menjadi judul yang menggelitik

Buku ini menceritakan perjalanan seorang perempuan yang mengaku dirinya Trinity dari berbagai daerah dan belahan dunia lain dengan gaya penulisan yang jujur apa adanya. Menurut Trinity, traveling tidak hanya sekedar foto-foto dan berbelanja di tempat wisata. Juga bukan hanya ke luar negeri atau ke kota-kota besar yang banyak mall, tapi tentang sukaduka di balik perjalanan itu sendiri. Ada banyak hal yang dapat kita temui dan kita lakukan dalam berwisata dan melihat hal-hal kecil atau kebiasaan-kebiasaan orang yang sebenarnya menarik (lucu) jika diceritakan dan kita tuliskan.

Jadi, mari kita berwisata kenali budaya dan adat istiadat setempat yang kita kunjungi. Jangan lupa kita dokumentasikan dalam bentuk tulisan