Senin, 14 Desember 2009

Pohon Natal Tertinggi

Pohon Natal tertinggi di Indonesia baru saja di catat di rekor MURI pada tanggal 12 Desember 2009 setinggi 35,05 meter, berdiri dengan sangat megahnya di kompleks Central Park, Tanjung Duren Grogol.

Pohon Natal ini masih kalah dengan yang ada di Mount Feber, Singapura yang mencapai tinggi 61 meter.

Pohon Natal tertinggi ternyata tercatat di Mexico, Pohon Natal ini mencatatkan namanya dalam Guinness Book of Records. Negara itu resmi dinyatakan memiliki pohon natal buatan tertinggi di dunia. Pohon Natal setinggi 110,35 meter yang terbuat dari tali baja itu didirikan di Reforma Avenue, Mexico City. Menurut Reuters, pohon Natal ini dihiasai 1,2 juta balon lampu yang dihubungkan dengan tak kurang dari 80 Km kabel.

Duh berapa biaya untuk menciptakan rekor-rekor tersebut, tentu tak murah. Sementara Natal di kampung-kampung masih menggunakan cemara berhiaskan hiasan natal yang sangat sederhana tapi ternyata lebih bermakna dan lebih meresap di dalam hati. Yesus juga datang di tempat yang sangat sederhana, di kandang domba bahkan untuk mendapatkan penginapan yang layak pun tak ada tempat bagi Yesus.

Adakah Natal tahun ini juga tak ada tempat bagi Yesus di hati kita, banggakah kita dengan pohon Natal yang berlomba-lomba menjulangkan nya ke langit, sementara di sekitar kita masih banyak kaum papa yang untuk makan sehari sekali saja perlu membanting tulang untuk mendapatkannya?

Selamat Natal 2009 mari kita siapkan hati kita untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua. Selamat menyongsong Tahun Baru. Tuhan memberkati Kita semua. (J)

Senin, 07 Desember 2009

21 – 12 - 12 Benarkah Hari Kiamat Itu?

Film fenomenal yang menjadi perbincangan dan buah bibir akhir-akhir ini dan menyedot perhatian begitu banyak tokoh agama untuk berbicara adalah film tentang akhir jaman yang berjudul 2012. Padahal jika kita tilik ada begitu banyak judul film yang mengambil tema serupa, semisal Armagedon, The Day After Tomorrow dan yang baru beberapa bulan lalu saya tulis di Blog saya adalah Knowing. Tetapi kenapa hanya film ini yang menuai kontroversi?

Masalah yang menjadi pangkal tolak terjadinya kontroversi dikarenakan dalam film ini menyebut tanggal, bulan dan tahun, kapan terjadinya akhir jaman. Padahal kitab agama-agama baik Kristen maupun Islam mengakui bahwa kiamat menjadi rahasia dari yang Empunya Hidup - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri.” (Mat 24:36)

Film ini dibuat berdasarkan Teori-teori dan ramalan suku Maya akan kiamat dunia atau berakhirnya penanggalan suku maya pada tahun 2012 (Mayan Prophecy) “tidak ada penanggalan setelah tanggal 21-12-12” yang diartikan sebagai akhir jaman dan diperkuat cerita mistis Bangsa Sumeria tentang Planet Nibiru, dan akhirnya kini memanas sebagai “ramalan kiamat” 21 Desember 2012.

Menurut ahli-ahli astronomi dan para ilmuwan, pada tahun 2012 memang diperkirakan akan terjadi badai matahari yang disebabkan oleh flare (radiasi elektromagnetik matahari yang menyerupai jilatan api) yang terjadi berulang tiap 11 tahun. Jumlah flare akan bertambah saat matahari mencapai siklus maksimumnya yang berikut diperkirakan akan terjadi pada tahun 2011 atau sekitar 1 tahun sebelum dan sesudahnya. Hal ini lah yang menyebabkan badai matahari besar di bumi dan berakibat kemungkinan putusnya jaringan komunikasi satelit bumi. Maka disebut lah peristiwa ini sebagai ''Kiamat Teknologi''. Namun, hal tersebut sudah diantisipasi oleh para ahli dalam bidang astronomi dengan meningkatkan pengawasan terhadap kemungkinan adanya benda-benda asing yang akan jatuh ke bumi dan mengawasi perubahan-perubahan aktivitas matahari yang diperkirakan akan berdampak pada bumi.

Bagaimana menurut pandangan Paranormal Indonesia yang dipercayai oleh sebagian orang sebagai perempuan yang mumpuni dalam menerawang masa depan, berikut saya kutipkan penerawangannya: ''Bila diterawang, tahun 2012 akan menjadi tahun yang gelap dan sulit ditebak. Akan terjadi peristiwa besar yang membahayakan dunia''. Justru ramalan inilah yang dipercaya dan membuat kepanikan sebagian besar umat beragama yang lebih mempercayai ramalan daripada Firman Tuhan.

Film adalah sebuah industri, jika sebuah film akan dibuat pasti memperhitungkan untung rugi. Roland Emmerich sutradara film 2012 begitu jitu menangkap gejolak yang terjadi di masyarakat yang begitu ingin mengetahui rahasia tentang akhir jaman dan siapapun pasti ngeri membayangkan kehancuran bumi. Film 2012 dengan segala efek khususnya sukses menghadirkan kengerian kala bumi beserta gedung-gedung pencakar langit yang menjadi kebanggaan manusia dihancur-leburkan, ditunggangbalikkan oleh gempa, tsunami dan gunung meletus. (visual efeknya begitu mengagumkan). Terbukti film ini menjadi Box Office dimana mana tak terkecuali di negeri kita tercinta, Indonesia.

Dari segi cerita sebenarnya film ini begitu klise dan cenderung membosankan, seorang ayah yang sudah berpisah karena perceraian, ingin menyelamatkan keluarganya dengan latar belakang bencana ‘Kiamat’ 2012, dia pun akhirnya menjadi pahlawan bagi keluarga dan banyak orang dan membuat keluarganya yang sudah tercerai utuh kembali. (bercerai kok jadi pahlawan).

Cerita bermula dari penelitian ilmuwan di India, Dr Satnam Tsurutani (Jimi Mistry) yang menemukan bahwa inti bumi terus memanas. Satnam mengundang sahabatnya sekaligus ilmuwan Amerika, Dr Adrian Helmsley (Chiwetel Ejiofor), untuk datang melihat penelitian tersebut.

Adrian buru-buru kembali ke Amerika untuk bertemu kepala staf presiden, Carl Anheuser (Oliver Platt) dan presiden Amerika Thomas Wilson (Danny Glover), menyampaikan kepada para petinggi dunia bahwa bumi akan dilanda musibah besar terkait inti bumi yang terus memanas.

Sementara itu, di lain tempat digambarkan seorang penulis buku Jackson Curtis (John Cusack) datang ke rumah mantan istrinya, Kate (Amanda Peet), untuk menjemput anak mereka, Noah dan Lily, berkemah. Di perkemahan, Jackson bertemu Charlie Frost (Woody Harrelson), seorang penyiar radio yang berpenampilan eksentrik. Berkat Charlie, Jackson tahu bahwa bumi terancam musnah. Dan hanya sebuah perahu yang dipersiapkan di Cina yang dapat menyelamatkan manusia dari kehancuran bumi.

Jackson mulai memercayai omongan Charlie tentang kiamat ketika dia menyaksikan gunung meletus dengan dasyatnya dan jalan yang dipijaknya di bandara terbelah karena gempa. Adegan demi adegan memacu adrenalin dan membuat Anda menahan napas. Jackson mengemudikan mobil berusaha menghindari jalanan yang amblas akibat gempa. Bangunan pencakar langit runtuh, semua hancur, rontok berkeping-keping. Jalan layang roboh dan amblas ditelan bumi, daratan merangsek masuk ke dalam laut seperti bagian-bagian dari puzzle yang dimiringkan dan dicelupkan ke dalam bak air.

Gempa besar hingga 9 Skala Richter lebih menimpa berbagai belahan bumi, disusul dengan terjangan tsunami di mana-mana. Bisa ditebak, bumi mengalami kehancuran total. Dan yang bisa menyelamatkan manusia hanya “Bahtera Nuh” yang sedang dikebut untuk diselesaikan di sebuah pegunungan di China. Untuk naik bahtera setiap warga diharuskan memesan kursi jauh-jauh hari dengan harga 1 juta euro per orang. Jadi keselamatan manusia bukan ditentukan oleh iman tetapi oleh uang, mereka yang memiliki uang sebesar 1 juta euro maka selamatlah jiwanya. (yah kapitalis banget neh).

Sebagai umat percaya, apakah kita percaya akan ramalan bahwa kiamat akan terjadi pada 21-12-12? Pdt. Hendri M. Sendjaja memberikan nasehat: “Pada dasarnya perumusan ajaran tentang akhir zaman diperlukan bukanlah sebagai tindakan responsif-instan atas gosip tentang akhir zaman di tengah kita, melainkan sebagai tindakan reflektif-iman atas karya Allah di dalam dan sepanjang sejarah kehidupan kita.”

Keselamatan tidak ditentukan oleh uang yang kita punya, bukan pula oleh amal dan ibadah kita, melainkan oleh anugerah yang diberikan cuma-cuma di dalam pengorbanan Yesus Kristus Juru Selamat kita. Keselamatan Allah sudah dinyatakan di dalam Yesus Kristus, dan akan diwujudkan secara penuh dan sempurna ketika Kristus datang kembali. Jadi, kedatangan Yesus Kristus kembali merupakan pemenuhan janji keselamatan Allah secara sempurna. Itu berarti, sejarah kehidupan dunia mencapai puncaknya, zaman sampai kepada kesudahannya, berganti zaman yang baru (Mrk 13:8, 13; Why 21-22).

Jadi kenapa kita musti melarang-larang menonton film tersebut, kenapa kita takut dan percaya pada ramalan-ramalan?! yang diperlukan adalah hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga, Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun saatnya (Mat. 24:44; Mat.25:13). Jadi berjaga dan berdoalah! Amin (J)

Rabu, 26 Agustus 2009

Pawai Budaya Nusantara – Kontingen Bali dan Solo Batik Carnival Tampil Memukau

Indonesia kaya akan keanekaragaman budaya, hampir setiap provinsi di Indonesia memiliki budaya dan adat istiadat yang menarik untuk dipertontonkan. Dengan semangat untuk mempertontonkan keanekaragaman budaya itulah pada tanggal 18 Agustus 2009 diadakan Parade Budaya Nusantara dalam rangka memperingati HUT ke-64 RI.

Jero Wacik selaku menteri Kebudayaan dan Pariwisata dalam sambutannya menyatakan “Kita patut berbangga dan berbesar hati, bahwa budaya bangsa Indonesia tidak lapuk oleh rentang perjalanan waktu dan riuhnya akulturasi budaya, yang kadang kala membentuk budaya baru sekaligus menyingkirkan budaya-budaya tradisi…”

Pawai Budaya Nusantara mengambil tema “Indonesia Kreatif Menuju Bangsa Mandiri” diikuti oleh kurang lebih 2.800 orang perwakilan dari 33 provinsi di Indonesia ini dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan menabuh Tifa.

Pawai diawali oleh Garuda Mahardika, dibagi kedalam 3 kelompok, masing-masing kelompok memiliki tema tersendiri. Kelompok pertama bertema “Kebebasan” menampilkan materi kesenian yang bertemakan semangat untuk terlepas dari penjajahan, melalui visualisasi tokoh-tokoh perjuangan atau mitos, diikuti oleh 11 Provinsi diawali oleh Banten dan diakhiri oleh Sulawesi Tenggara. Karena tema yang diangkat tentang perjuangan membuat kelompok pertama ini terasa membosankan. Di kelompok ini Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki nilai lebih dibandingkan dengan Provinsi lain.

Kelompok kedua mengambil tema kreativitas menampilkan prosesi karya seni budaya yang bersumber dari kreativitas lokal yang bernilai budaya dan ekonomi. Diawali dengan Kidung Saraswati yang manaiki angsa di kelilingi oleh gadis-gadis cantik. Dewi Saraswati yang diperankan oleh Nadine Chadrawinata mantan Putri Indonesia memikat semua yang menonton. Dalam kecantikan yang lembut, sang puteri menebar aura keindahan negeri. Ia menari di atas angsa dan teratai jingga katulistiwa. Dewi keindahan akan terus menyanyi, Dewi keindahan akan terus menari, Saraswati akan terus menggores negeri ini dengan keindahan abadi. Dibelakang Saraswati, Provinsi Jawa Timur yang menampilkan Pesona Maduwangi (Madura dan Banyuwangi) tampil memukau dengan musik Patrol yang dipadu dengan gandrung Banyuwangi dan angklung caruk mewarnai dinamika peleburan menjadi perpaduan kreatif yang manis. Di kelompok ini hampir semua tampil memikat. Pawai kelompok kedua diikuti oleh 12 Provinsi diakhiri Siwali Parri dari Sulawesi Barat.

Kelompok ketiga mengambil tema Kemandirian, menampilkan kesenian komunitas dengan kemandirian dan kearifan lokal berupa bentuk-bentuk tradisi yang terjaga kuat oleh komunitasnya. Diawali oleh Bima Menjiwa, Bima mengejawantah pada pribadi-probadi teguh pemimpin negeri ini. Dengan sikapnya yang jujur, lugas, dan tegas, ia berikan janji atas kemandirian masa kini dan masa mendatang. Kemudian Provinsi Papua Barat yang menampilkan Rii Ayasikena (Burung Cendrawasih) diikuti Jambi, Sulawesi Utara menampilkan manusia-manusia kate (cebol) yang lucu dengan pakaian anehnya, Papua dan yang paling ditunggu Parade Barong dari Bali. Bali yang sudah terbiasa dengan pawai melalui “Kuta Bali Carnival” tampil paling siap di kelompok ini, dengan pakaian khas hitam putih kotak-kotak dan warna warni pakaian mencolok kuning merah menambah semaraknya tampilan mereka. Apalagi kendaraan-kendaraan hias yang bernuansi Bali menambah kekaguman orang yang melihatnya. Jawa Tengah, Provinsi dimana saya dilahirkan tampil apa adanya ga ada gregetnya dengan koreografi yang juga apa adanya membuat kecewa dan kebanggaan akan provinsi ini hilang. Duh, pada kemana tuh seniman-seniman Jawa Tengah.

Tapi kekecewaan terhadap peserta pawai Jawa tengah menjadi hilang begitu melihat peserta pawai dari pemerintah kota Surakarta yang menampilkan Solo Batik Carnival yang mendapat sambutan paling meriah. Sesuai dengan namanya, karnaval ini memang mengusung batik sebagai tema utama. Di tangan desain muda yang progresif, batik telah mengalami metamorphosa yang menakjubkan. Batik yang selama ini dicitrakan elegan, formal dan kaku, hari itu benar-benar mengalami perubahan drastis. Semua peserta tampil secara seronok. Warna-warna batik yang cenderung kalem, dikombinasikan dengan warna-warna yang cerah seperti merah, kuning dan hijau. Selain itu, peserta karnaval juga mengenakan aksesoris dan dandanan yang sangat mencolok entah itu pada baju, maupun pada tutup kepala. Hari itu kebanggaan saya membuncah, terlebih pengiring pada karnaval dengan mengkombinasikan musik tradisi memakai Saron dan thothe ditimpa dengan dentuman tifa dan drum menambah semarak suasana sore itu. Saya bagai melihat pawai-pawai di Brasil yang legendaris. Solo Batik Carnival sudah untuk kedua kalinya tampil di Solo dan selalu mendapat sambutan yang meriah dari masyarakat maupun turis-turis yang datang ke Solo. Dua Jempol untuk Solo.

Setelah selesai, tiga provinsi mendapat penilaian sebagai peserta terbaik yakni Bali, Jawa Timur dan Sulawesi Barat. Solo tidak masuk dalam penilaian karena sebagai undangan.

Berbahagialah saya yang bisa menyaksikan Pawai yang begitu indah, terlebih saya bisa menyaksikan langsung di tribun yang berhadapan langsung dengan Pak SBY dan Pak Jusuf Kalla. (J)

Selasa, 25 Agustus 2009

Bandung – Pangandaran, Capek Tapi Menyenangkan


Jalan-jalan, siapa sih yang tidak suka! Terlebih bersama dengan rekan-rekan yang sudah bagaikan keluarga besar, tambah mengasyikkan lagi. Apa enaknya sih, berdiam diri di rumah! Disamping membosankan juga membuat kita malas berpikir. Dalam perjalanan ada banyak inspirasi yang bisa kita ambil, baik melalui alam yang kita lihat ataupun perbincangan dengan teman-teman.

Perjalanan ini bermula dari keinginan untuk rekreasi bersama-sama dengan rekan-rekan GSM, maka usulan saya lontarkan dan gayung pun bersambut. Mulailah kita mendata GSM yang akan ikut. Karena segala sesuatu di tanggung sendiri, maka guna meringankan beban ongkos agar tidak memberatkan, dimulailah menabung 50 ribu tiap bulan ke Mbak Yem yang murah senyum ini. Mbak Yem pulalah yang akhirnya menjadi bendaharanya.

Tak terasa sudah lima bulan. Berarti tabungan kita di mbak Yem baru terkumpul 250 ribu, yah lumayan. Rencananya kita pergi tanggal 18-20 Juli 2009. Awal juni kita mulai menghitung biaya-biaya antara lain: sewa mobil, sewa hotel dan makan sehari-hari. Dan mulailah kita berbagi tugas. Saya mencari sewaan mobil dan Eka mencari hotel. Ternyata mencari hotel di Pangandaran di saat-saat libur panjang susah sekali dan kebanyakan sudah penuh di pesan. Kalaupun dapat naiknya hampir seratus persen atau dua kali lipat. Akhirnya diputuskan untuk menginap di Bandung, menyewa sebuah Villa di Villa Istana Bunga, Lembang Bandung. Sewa mobil pun sudah didapat dengan memakai mobil Pak Yosef dan Puji Tuhan, Sambi mendapat mobil baru dari kantornya. Jadi sekalian mengetes mesin mobil dan menambah jam terbang Sambi mengendari mobil.

Hari-hari yang ditunggu pun tiba, rencana keberangkatan hampir saja di tunda karena ada Bom di Hotel Marriot dan Ritz Carlton. Untung kita saling menguatkan dan saling mendoakan dan menjauhkan diri dari ketakutan-ketakutan, karena kita percaya Tuhan menyertai kita, Amin. saya menjadi orang pertama yang datang di GKI Delima karena dah janjian sama Eka tuk makan dulu di Bakmi Lily yang terkenal itu. Menunggu lama ga datang-datang juga dan ga enak karena di gereja ada Doa Pagi, akhirnya saya putuskan untuk makan duluan. Setelah makan dan kembali ke gereja satu persatu rekan-rekan datang, Ci Pris, Pak Yosef, Eka, Sherry, Maria, Fariana, Sambi, dan selalu menjadi yang terakhir Mbak Yem.

Hari Sabtu, 18 Juli 2009, Pk. 08.00 kami pun berangkat tak lupa berdoa memohon pimpinan Tuhan. Ci Pris, Maryam, Fariana ikut di mobil Pak Yosef, sementara Eka, Sherry dan Maria di mobil Sambi. Perjalanan ke Bandung pun relatif lancar, tidak seperti yang ditakutkan. Sesampai di pintu tol Pasteur mobil langsung menuju ke Jl. Martadinata (Jl. Riau) tempat mangkalnya berbagai Factory Outlet (FO). Kalau dah dilepas di FO, udah deh pada lupa. Tak lupa cuci mata... he... di Renariti kami terbentur pada sosok gadis penjaga Kaos-kaos khas Bandung (semacam Dagadu), wajahnya ayu, rambut bak mayang terurai, tatapan tajam menghujam, senyumnya manis meruntuhkan pagar tembok he... dimulai melihat kaos, berbasa-basi bercanda, lalu berkenalan. Duaarrrr namanya Wulan, bagai rembulan yang bersinar terang di purnama malam... dan sohibku Eka selalu deh ngompori... di Renariti saya membeli kaos milik Wulan... upsh kaos yang di pajang dan di tunggui Wulan dan membeli kacamata yang ternyata di taksir juga sama Mbak Yem... wah ternyata punya insting memilih barang yang bagus juga nih walau harganya murah... dilanjutkan makan di daerah Jl. Riau dengan makan nasi dan ayam, cuma rasanya kurang enak.

Setelah puas, belanja dan kuliner kami langsung menuju ke Villa Istana Bunga, Lembang. Villa ini terletak tidak jauh dari Kampung Daun yang terkenal itu. Dalam perjalanan ke Villa kami disuguhi bentangan dedaunan hijau dan bunga-bunga yang bermekaran, beranekawarna menyejukkan mata. Tanaman hias, bunga, buah-buahan yang tanam di dalam pot banyak dijual di sepanjang jalan menuju Villa. Tak terasa mobil kami sudah memasuki gerbang Villa dan sampailah kami di Villa Husen tempat kami menginap. Villa ini dikelilingi oleh Villa-villa lain yang sangat indah dan di sewa juga oleh rombongan-rombongan lain. Sejauh mata memandang di depan kami disuguhi alam yang begitu hijau, jauh diatas sana bukit-bukit dan gunung-gunung saling menyapa dan memuji kemuliaan pencipta-Nya. Mentari tersenyum malu di balik pohon dan bukit-bukit. Dan kami pun ber foto memakan matahari, hasilnya bagus juga.

Setelah istirahat sejenak, membersihkan diri malam ini kami akan wisata kuliner yakni mencari sate kelinci, di jalan Lembang Km 13 kami menemukan warung sate kelinci pak Rusli, dan tak lupa ditemenin minuman khas Bandung, bandrek. Panas dan menyegarkan, Sate Kelinci buatan Pak Rusli ternyata enak juga, mak nyoss rasanya.

Malam yang dingin kami ngobrol-ngobrol sambil nonton teve, capek kami pun menuju kamar masing-masing dan terdengarlah paduan suara ngorok dari kamar sebelah.

Kira-kira jam 04.00 pagi kami semua sudah bangun, karena jam 05.00 kami harus berangkat ke Pangandaran. Duh GSM Delima ternyata komitmen untuk bangun paginya besar juga, perjuangan awal baru dimulai. Dari Bandung ke Pangandaran dibutuhkan waktu 6 jam perjalanan. Jika kami berangkat jam 05.00 pagi maka sampai di Pangandaran jam 11.00 siang. Tujuan kami adalah pantai Pangandaran dan yang utama adalah Green Canyon yang terkenal itu.

Kami berjalan beriringan dan ternyata benar jam 11.00 kami sudah memasuki daerah Pangandaran. Jarak dari Pangandaran ke Green Canyon yang terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis, sekitar 30 km. Waktu tempuh dengan mobil kira-kira sekitar satu jam an jika tidak macet. Hati sudah berbunga-bunga bakal mencapai cita-cita yang selama ini ada dalam bayangan, Green Canyon kami dataaaangggg. Dan ketika memasuki tempat parkir di dekat dermaga kami disambut oleh kemacetan karena bus-bus pariwisata dan mobil-mobil yang bertumpuk. Dalam hati terpikir, wah pasti lama neh nanti ngantri perahunya, dan betapa kecewanya kami, ketika sampai di depan loket, karcis sudah habis... langsung lemes, ibarat perjalanan panjang menuju ke sorga ketika sampai di pintu sorga ternyata pintu sorga sudah ditutup... dan harus menunggu perjalanan lain lagi untuk mencapainya. Kegagalan ini sebagai pengalaman untuk perjalanan selanjutnya. Bagi teman-teman perjalanan ini mungkin yang terakhir, karena kapok dan tidak akan mengunjungi Green Canyon lagi. Tapi bagi saya rasa penasaran itu justru semakin membuncah, ibarat pendaki gunung sebelum mencapai puncak pantang surut ke belakang. Dan saya akan menaklukkan Green Canyon lain waktu. Akhirnya kami hanya mengekpresikan kekecewaan kami dengan berfoto di tepi sungai yang berwarna hijau, kami hanya bisa melihat green nya tidak melihat canyon nya.

Untuk mengobati rasa kecewa, kami memutuskan untuk ke Pantai Hiu yang terletak tidak jauh dari Pangandaran. Pantainya indah, biru dengan karang di tepian pantai. Di seberang nampak pulau Nusakambangan. Kami memuaskan diri dengan berfoto-foto menunjukkan ke narsisan kami. Karena keasyikan berfoto, makan siang kami jadi tertunda. Kami akhirnya makan siang dengan nasi goreng di Cimenyan. Nasi gorengnya enak juga.

Pulang ke Bandung nya menjadi perjalanan yang melelahkan karena macet di Nagrek. Kami sampai di Villa kira-kira jam setengah dua belas malam. Langsung tidur karena capek dan penatnya minta ampun. Hari terakhir di isi dengan belanja-belanja di FO dan oleh-oleh lagi dan lagi.... perjalanan yang melelahkan tapi menyenangkan juga. Ayo kawan-kawan kita jalan-jalan kemana lagi neh? (J)

Kamis, 23 Juli 2009

KING – Keindahan Gambar dan Kesederhanaan Cerita

KING, bisa diartikan Raja atau merujuk pada legenda bulutangkis Indonesia yang memiliki King Smash – Liem Swie King. King adalah film yang membuat saya menangis sekaligus tertawa terbahak-bahak. Menangis ketika melihat dan mendengar nyanyian Indonesia Raya dinyanyikan, padahal jika menyanyikan lagu tersebut dalam upacara-upacara tidak terasa getarannya. Tetapi ketika melihat dan mendengar lagu itu dinyanyikan dengan semangat oleh orang-orang kampung saat pahlawan bulutangkis Indonesia menang, duh air mata langsung menetes.

Dibandingkan dengan film-film Indonesia yang lain, film ini sungguh berbeda. Film-film Indonesia lebih banyak memotret hantu-hantuan dan mengekploitasi sex, sementara film ini berbicara tentang dunia Olahraga. Keberanian Alenia Picture – perusahaan film milik Ary Sihasale dan Nia Zulkarnaen ini patut kita apresiasi. Ada dua film yang beredar bertemakan olahraga, yang satu bertema sepak bola – Garuda di Dadaku, dan King yang berlatarbelakang dunia Bulutangkis. Dua-duanya sudah aku tonton. Dua-duanya bagus, lucu dan mendidik.

Film ini bercerita tentang persahabatan dua anak manusia yang saling mendukung. Guntur (Rangga Raditya) dan Raden (Lucky Martin). Guntur dan Raden tinggal di desa sampit di lembah gunung Ijen di Banyuwangi.

Pak Tejo (Mamiek Prakoso), ayah Guntur memiliki obsesi, anaknya Guntur, memiliki prestasi bulutangkis seperti idolanya Liem Swie King. Namun obsesi itu jauh panggang dari api, Guntur hanyalah pemain desa dan dalam setiap pertandingan selalu kalah dengan jagoan kampung lain yang usianya jauh lebih tua, Kang Raino (Aryo Wahab). Setiap kali kalah dalam pertandingan, Guntur mendapat hukuman dari ayahnya scotjump 50 kali dan berlari mengelilingi desa itu 50 kali juga.

Suatu kali Kepala Desa membawa piala besar ke kampung itu untuk diperebutkan, bagi orang desa, mendapatkan piala adalah kebanggaan yang tak terhingga, tak terkecuali Guntur dan Raden. Dalam pikiran mereka yang polos, mereka membayangkan bahwa dalam piala itu terdapat uang yang banyak “Kamu lihat foto Liem Swie King di rumahmu sedang memegang piala sambil tersenyum lebar, itu karena dia senang. Di dalam piala itu ada duitnya.” Raden mencekoki Guntur dengan kata-kata yang membuai “Motor itu dibeli pakai duit yang dalam piala itu.” Ketika melihat foto poster Liem Swie King sedang duduk di atas motor.

Keinginan untuk mendapatkan duit yang ada di dalam piala membuat adrenalin Guntur terpacu, untuk pertama kalinya Guntur menang dalam lomba antar SD yang diadakan pak Lurah dan meraih piala. Sayang, apa yang dikatakan Raden tidak nyata. Piala itu kosong tidak ada duitnya. Pupus sudah impian Guntur memiliki raket yang bagus, duit di dalam piala dia incar karena harapannya yang besar memiliki raket yang bagus. Dia tak berdaya dan membuang piala yang sudah diraihnya. Ditambah masalah baru dengan putusnya senar raket Kang Raino yang dipinjamkan untuk bertanding. Di sini timbul kelucuan-kelucuan yang membuat tertawa, dikarenakan ulah Raden dan Guntur yang akan mengganti senar yang putus dengan senar gitar dan senar yang dipakai untuk mengikat balon.

Omelan ayahnya membuat dia tersentak “Nggak menang nggak papa, Tur, tapi kamu jadi anak yang nggak ngrepotin orang lain. Kamu nggak ambil apa yang bukan hakmu, kamu nggak nyakitin sesamamu, dan kamu nggak nyalahin orang lain saat kamu nggak menang. Kalah dan menang itu karena diri kita sendiri, bukan karena orang lain.”

Melalui usaha yang tak kenal lelah dari sahabatnya Raden, akhirnya Guntur diterima di klub Banyu Tumangkis, dari klub inilah akhirnya Guntur mengikuti seleksi untuk diterima dan mendapatkan beasiswa dari Klub Djarum Kudus. Di sinilah dia bertemu dengan idolanya sekaligus idola ayahnya Liem Swie King.

Cerita yang sangat simpel tapi digarap dengan keindahan gambar yang memikat. Ary Sihasale berhasil menggambarkan alam pedesaan nan indah di kaki gunung Ijen layaknya lokasi di film-film Twilight. Ary juga mampu membungkus cerita sederhana itu dengan bungkus humor dan permainan dari pemain-pemain baru yang patut diacungi jempol khususnya Lucky Martin yang berlakon sebagai Raden dan Asrul Dahlan yang berperan sebagai orang minang yang bernama Bang Bujang. Permainan Rangga Raditya juga cukup bagus hanya sayang sebagai pemain yang berlakon menjadi orang Jawa Timur, aksen medhok Jawanya kurang kelihatan. Maklum Rangga Raditya adalah murid Sekolah Atlet Ragunan yang memang pemain Bulu Tangkis. Sebagai sutradara pendatang baru Ary patut diacungi jempol. Ayo Ry buat film yang bagus lagi ya? (J)

Jumat, 03 Juli 2009

A Wonderful World – Keajaiban Dunia, Di Mata Dua Seniman Perancis

Akhirnya bisa menulis di blog lagi. Banyak kegiatan yang terlewatkan untuk di tulis. Salah satunya pertunjukan seni yang bertajuk Teater Komedi dibawakan oleh dua seniman Perancis, Philepe Martz dan Bernie Collins yang tergabung dalam BP Zoom. Pertunjukan dalam rangka Printemps Français ini, berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta pada Jumat, 19 Juni 2009 yang lalu.

Pertunjukan terinspirasi oleh teater gerak dan tradisi badut, yang menghibur karena perpaduan antara gerakan, ekspresi dan humor yang membawa kita kepada mimpi masa kecil.

Tak ada kesan mewah, bahkan kesederhanaan yang muncul. Mereka membawa kan Teater Komedi tersebut dengan alat peraga kardus, balon, mainan pesawat-pesawatan dari kertas dan sling yang lentur untuk menarik dan menahan tubuh ketika berjumpalitan di udara. Alat peraga yang sering kita jumpai itu menjadi bahan berekspresi yang menarik. Bahkan anak kecil pun bisa tertawa bebas tersihir menyaksikan pertunjukan tersebut. Ini berarti pertunjukan yang minim dialog itu berhasil.


Di panggung ada dua buah kardus besar bekas pembungkus kulkas tergeletak di panggung, ketika panggung pelan-pelan terang disiram cahaya. tiba-tiba kardus itu bergerak-gerak dan dari bagian atasnya yang terbuka muncul sebuah balon besar warna biru terikat tali menerobos keluar. Diikuti keluarnya sesosok pria berkacamata (Bernie Collins). Kardus satunya, keluar sesosok pria tinggi memakai pakaian dan topi ala badut (Philipe Martz).
Kardus dan balon itu dipakai seolah-olah sebagai balon udara. Dua lelaki dan dua kardus itu pun mengudara beriringan. Berkeliling dunia, melewati Paris dan New York. (Disimbulkan dengan patung-patung miniatur Menara Eiffel dan Patung Liberty yang keliatan sangat kecil). Mereka berdua bersukacita dan meminta di foto satu dengan yang lain dengan latar belakang Menara Eiffel dan Patung Liberty.


Kesuksesan berkeliling dunia itu dirayakan dengan sebotol sampanye. Tetapi inilah awal dari bencana petualangan mereka, sebab ketika botol dibuka, gabus penutup sampanye itu justru mengenai balon yang dinaiki oleh temannya sehingga melayanglah balon udara itu dan menghunjam ke tanah.
“Oiii saya di sini,” teriak Bernie pada Philipe dalam bahasa Indonesia. “Oii.. dia di sana,” balas Philipe berteriak. “Tolonggg!!! Eh, turunn!!” pinta Bernie. “Tidak mau!!” Philipe menjawab. Gerr… penonton langsung terpingkal mendengar dialog dalam bahasa Indonesia yang patah-patah itu.


Pada babak kedua, mereka berdua bermain-main dengan pesawat-pesawatan dari kertas. Bernie nampak fasih menerbangkan pesawat-pesawatan dari kertas tersebut sedangkan Philipe tidak. Dengan gaya yang kocak Bernie mengajari Philipe bagaimana menerbangkan pesawat-pesawatan tersebut. Bahkan saking asyiknya bermain, Bernie nekat memanjat pagar pembatas balkon di GKJ, berdiri dan ancang-ancang menerbangkan pesawatnya. Sementara penonton hanya bisa menghela nafas ngeri. Yah seperti kita waktu kecil yang begitu senang menerbangkan pesawat-pesawatan dari tempat yang tinggi agar pesawat tersebut terbang jauh melayang dari tempat kita berdiri.


Bapak ketiga, Bernie dan Philipe, mengikat tubuhnya dicantel sling mirip permainan trampolin yang bisa memantulkan tubuh ke atas-kebawah , ancang-ancang dan hups… Mereka terbang, melayang-layang dalam cahaya biru yang temaram menutup pertunjukan. Itulah dunia yang indah, dunia mimpi manusia yang ingin bisa terbang.


Didirikan sejak 1942, BP ZOOM tampil dengan keajaiban seni sirkus hingga ke seluruh penjuru dunia. Mereka telah berpartisipasi dalam berbagai festival seperti “Festival d’Avignon” serta “London Mime Festival” dan telah meraih kesuksesan dimana-mana. Jadi berbahagialah saya yang bisa menikmati pertunjukan tersebut di Indonesia. (J)

Jumat, 05 Juni 2009

Terminator Salvation – Sequal Terminator Terjelek

Arnold Schwarzeneger dan Linda Hamilton adalah ikon dari Terminator. Apa jadinya jika kedua orang tersebut tidak bermain di sequal Terminator yang baru dirilis? Hasilnya film action yang garing habis.

Terminator adalah film action yang menjadi legenda, berapa kali pun kita melihatnya tidak akan bosan dengan aksi-aksi manusia mesin tersebut. Arnold adalah Terminator, Terminator adalah Arnold. Ya seperti Ikon Rambo yang menjadi milik Sylvester Stalonne.

Kegaringan Film dimungkinkan karena sutradara yang berbeda. Terminator 1 dan 2 disutradari oleh James Cameron, Terminator 3 di sutradarai oleh Jonathan Mostow hasilnya masih lumayanlah dibandingkan terminator 4 Salvation yang di sutradarai McG (singkatan apaan tuh saudaranya McD kali ya).

Dari segi cerita, film ini ga jelas jalan ceritanya penuh dengan adegan yang “ujug-ujug” (bahasa Indonesianya paan ya he… yang mendekati “tiba-tiba” kali) membingungkan. Adegan action pun kurang seru dan tidak menegangkan, jauh banget dengan Terminator 1 dan 2. Daripada pulang dengan mengomel mending ga usah nonton di bioskop mending beli DVD bajakannya saja.
Tapi untuk kebaikan kalian semua saya coba menceritakan kembali jalan cerita dari film tersebut, supaya kalian semua bisa tidur pulas, begini ceritanya.

Film ini dimulai dengan cerita di tahun 2003, di mana seorang terpidana mati bernama Marcus, memberikan tubuhnya untuk digunakan sebagai riset sains. Kemudian beralih ke masa depan, di mana John Connor, tokoh sentral dalam serial ini, telah tumbuh dewasa dan ikut dalam sebuah misi untuk merebut informasi dari pihak mesin. John Connor sendiri di mata para pemberontak adalah sang juru selamat, yang diramalkan akan mengakhiri perang antara manusia melawan mesin. Dalam misi tersebut, John menjadi satu-satunya yang selamat setelah seluruh pasukan dibombardir oleh pasukan mesin. Tanpa diketahui John, dalam misi tersebut mereka membangunkan sosok Marcus yang telah dieksekusi 15 tahun yang lalu.

Sementara John kembali ke markas para pemberontak dan mengembangkan senjata yang mereka dapatkan dari misi itu, Marcus tiba di kota Los Angeles yang telah porak poranda setelah dihujani bom nuklir pada saat Judgement Day. Di sana ia bertemu dengan Kyle Reese, ayah dari John Connor, saat masih remaja. Di tengah perjalanan kembali ke markas pemberontak, Kyle ditangkap tentara mesin. Kyle adalah target utama para mesin, karena jika Kyle mati, maka sejarah akan berubah, dan John Connor tidak akan pernah lahir sehingga mungkin Skynet, program utama yang mengontrol seluruh mesin, akan menang.

Di tengah usahanya menyelamatkan Kyle, Marcus bertemu Blair Williams, seorang pilot wanita yang selamat dari serangan para mesin. Bersama-sama mereka menempuh perjalanan kembali ke markas pemberontak. Tapi setelah hampir sampai, Marcus terkena ranjau magnetik yang digunakan untuk melindungi markas. Saat para pemberontak berusaha menyelamatkannya, mereka menemukan fakta mengejutkan, bahwa Marcus ternyata adalah sebuah cyborg, gabungan antara manusia dan mesin. Ternyata riset sains yang dilakukan pada tubuhnya saat akan dieksekusi adalah usaha untuk mengubah dirinya menjadi cyborg.

John Connor yang merasa Marcus adalah musuh berbahaya, menahan dirinya. Tapi Blair menyelamatkannya karena ikatan batin yang terbentuk saat mereka melakukan perjalanan bersama. John yang hampir menangkap kembali Marcus, dipaksa untuk bernegosiasi. Marcus mengatakan dirinya sanggup menyelamatkan Kyle dan tawanan lain di markas Skynet, karena dia adalah sebuah mesin. John setuju untuk menjalankan misi penyelamatan sebelum Pusat Komando para pemberontak melakukan serangan besar-besaran kepada Skynet.

Dengan bantuan Marcus yang berhasil menyusup, John berhasil masuk ke markas Skynet. Tapi di saat John sibuk mencari Kyle, Marcus menyadari bahwa selama ini dirinya telah dimanfaatkan oleh Skynet. Ia berhasil membawa John Connor, musuh terbesar Skynet untuk datang sendiri kepada mereka. Merasa marah karena diperalat, Marcus akhirnya datang menolong John untuk membebaskan Kyle. Saat itulah muncul sang ikon Terminator, Arnlod Schwarzenegger, yang merupakan robot paling mutakhir Skynet, T-800, menyerang John & Marcus.

Setelah hampir saja mati, John, Marcus & Kyle berhasil meledakkan markas Skynet & melarikan diri. Sayang, jantung John tertusuk dan nyawanya hampir tidak bisa diselamatkan. Marcus akhirnya bersedia memberikan jantungnya, satu-satunya organ manusia yang tersisa dalam dirinya kepada John agar ia bisa hidup dan memimpin pemberontakan. (Ih sok berperike-robot-an neh, tapi adegannya garing banget ga berkesan, ga seperti Arnold yang menangis bergelantungan di rantai karena akan berpisah dengan Linda Hamilton dan Edward Furlong terus dia menceburkan diri ke lautan timah yang membara, itu baru bagus). (J)

Kamis, 04 Juni 2009

Petites Histoires.com


Nonton pertunjukan Tari Hip Hop dari Perancis sangat mengasyikkan. Sudah untuk ketiga kali saya menyempatkan diri untuk menikmatinya, apalagi Perancis dikenal sebagai sentra budaya di Eropa. Segala sesuatu yang berbau Perancis selalu indah untuk dinikmati. Pertunjukan ini berdasarkan agenda Printemps Français perayaan seni menjelang musim semi di Perancis.

Seperti biasa Graha Bhakti Budaya Selasa, 2 Juni 2009 malam dipenuhi oleh berbagai kalangan dan sebagian penonton adalah warga Perancis yang tinggal, belajar dan berkerja di Indonesia.

Pentas bertajuk "Petites histoires.com,” ini memukau penonton karena menggabungkan seni teater, seni akrobatik berikut dengan gerakan-gerakan lucu badut-badutnya, seni pantomim, breakdance dan sesekali terlihat gerakan-gerakan seni beladiri Brasil Capoeira.

Kader Attou penari, koreografer dan direktur Pusat Koreografi Nasional La Rochelle tidak pernah ragu untuk membuat suatu inovasi segar dalam dunia tari hip hop. ”Saya senang memiliki kemampuan untuk bercerita dalam waktu yang sangat singkat, menghapus segala sesuatu yang tidak penting, menampilkan esensinya dan membuat kejutan.” kata Kader Attou

Pentas tari hip hop yang dimainkan lima penari dari kelompok Cie Accrorap (seni budaya) Prancis itu dibuka dengan penampilan empat dari lima penari yang berdiri bak patung. Lampu gelap hanya suara bunyi mobil-mobilan berkadap kedip warna merah yang berjalan di atas panggung. Seorang di antaranya memulai aksi dengan menggerakkan tubuhnya, dari gerakan yang sangat ringan, yakni melihat ke depan, ke atas, dan ke samping. Kemudian tangannya juga mulai bergerak, diikuti gerakan tubuhnya. Pria itu kemudian memainkan balon dengan gerakan kedua tangannya seolah-olah akan diterbangkan oleh balon itu. Ia memainkan balon seolah-olah sebagai kaca untuk bercermin.

Beberapa kali ia memainkan balon sambil mencandai temannya dengan gerakan memukulkan ke kepala temannya. Gerakan-gerakan teatrikal yang dimainkan kedua penari itu mulai mengundang tawa penonton. Gerakan berikutnya, penari pertama dan kedua tersebut memainkan serpihan kapas yang diterbangkan ke udara dan ditangkap menggunakan wajah maupun tangan. Sambil melakukan gerakan-gerakan itu keduanya memainkan serpihan kapas (bulu ayam) selama beberapa menit dan berusaha mempertahankannya agar tidak jatuh ke lantai.

Kemeriahan bertambah ketika seorang lagi penari masuk arena. Mereka berlima melakukan gerakan akrobatik, mulai dari berlari, melompat, berguling di lantai, serta salah seorang penari diangkat oleh keempat temannya. Gerakan berikutnya makin dinamis dan kreatif. Para penari melakukan gerakan-gerakan kombinasi meliputi gerakan pantomim, akrobat, dan "break dance". Para penari juga menampilkan gerakan pantomim yang diam membisu tapi memancing gelak tawa. Di bagian lain melakukan monolog atau beretorika dengan menggunakan kalimat-kalimat kocak, sehingga penonton menjadi tertawa.

Untuk improvisasi suasana, kelima penari menampilkan sebuah bangku sebagai media untuk gerakan tarinya. Mereka melakukan gerakan-gerakan akrobasi di atas bangku, seperti melompat di atas tubuh salah seorang atau dua orang temannya. Alat lain yang digunakan sebagai media gerakan tari adalah mainan berbentuk capung yang digerakkan dengan "remote control". Seorang penari melakukan gerakan kocak yang seolah-olah berdialog dengan boneka capung tersebut. Dan yang paling seru adalah tari ayam, seorang penari menari dengan gerakan-gerakan menirukan ayam, lucu abis. Dua adegan ini menjadi adegan yang bagus dan paling saya sukai.

Pertunjukan berlangsung sekitar dua jam, kelima penari yang terdiri atas Kader Attou, Eric Mezino, Mourad Merzouki, Caoki Said, dan Gilles Rondot itu terus bergerak dinamis dan variatif dengan ilustrasi musik akordeon.

Pertunjukan sarat kreativitas ini membuktikan bahwa tari hip hop memang dapat dikaitkan dengan tari kontemporer serta berbagai disiplin seni lainnya sehingga menghasilkan percampuran yang sangat cerdas, sekaligus kuat dan lucu.
"Tari yang dimainkan Kader Attou ini juga mendapat sambutan hangat ketika ditampilkan di Festival Suresnes Cites Danse Perancis," jadi berbahagialah saya yang bisa menontonnya tanpa harus ke Perancis.

Pertunjukan diakhiri dengan Jam Session dimana penonton dari Indonesia naik ke panggung dan memamerkan kebolehannya menari Hip Hop dan Breakdance wah jadi ingat waktu breakdance dulu mewabah di Indonesia. (J)

Senin, 25 Mei 2009

Silence, Jika Tuhan Diam Dalam Keheningan

Jepang terkenal dengan Manga (Komik) dan anime (Kartun). Pembaca dan penikmat animasi Jepang di Indonesia tentu tak asing dengan tokoh-tokoh Doraemon, Saint Seiya, Sailor Moon dan lain-lain. Tapi jika ditanya novel atau buku karya penulis Jepang yang bertema selain manga, mereka pasti bungkam. Jarang sekali novel atau buku sastra Jepang yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia kecuali komik-komik berserinya yang bejibun (atau sayanya yang katro ya he…)

Buku karya Shusaku Endo “Silence” (Jepang: Chinmoku), menjadi satu-satunya novel karya penulis Jepang yang saya punya. Apalagi Novel ini berbicara dan berlatar belakang tentang masa-masa penyiksaan komunitas kristen/katolik di Jepang. Anda pasti juga baru tahu kan, kalau di Jepang, memiliki masa kelam penyiksaan umat Kristen dengan kadar penyiksaannya tidak kalah dengan Kaisar Nero di Roma. Silence adalah novel ke-8 Endo dan merupakan novel yang paling terkenal dari 15 novel yang telah ditulisnya.

Silence atau kalau diterjemahkan Hening, berlatar belakang Jepang abad ke 17, periode Edo, ketika para samurai menguasai perpolitikan Jepang. Periode penuh pergolakan dalam sejarah Jepang yang dikenal sebagai “abad Kristen”. Setelah berkembang secara pesat, pemerintah tiba-tiba melarang segala hal yang berbau Kristen di Jepang. Pergumulan berat umat Kristen/Katolik yang harus bergumul mempertahankan iman, tetap setia dan taat kepada Tuhan atau menjadi pecundang di tengah siksaan-siksaan kejam yang menderanya.

Jenis penyiksaan yang dilakukan penguasa Jepang terhadap penganut Kristen adalah dengan di bakar, disaksikan yang lain sambil melambaikan tangan mereka berteriak sayonara dan menaikkan pujian dan doa doa kepada Tuhan. Mereka bangga mati sebagai martir. Penguasa Jepang menyadari kematian sebagai martir adalah kematian yang mulia, pembunuhan itu tidak mencapai sasarannya maka dimulailah penyiksaan dahsyat untuk membuat para orang Kristen mengingkari keyakinannya. Jenis penyiksaan lain adalah dengan mengikat tubuh korban erat-erat sampai setinggi dada (satu tangan dibiarkan bebas untuk memberi tanda mengakui kesalahan), kemudian digantung dengan kepala ke bawah dari tiang, ke dalam lubang biasanya diisi kotoran yang berbau busuk, mereka di gantung di bibir lubang sejajar dengan lutut. Bagian kening diiris sedikit dengan pisau supaya darah tetap mengalir dari lukanya. Mereka akan mati secara perlahan dan jika tidak kuat akan mengingkari imannya.

Sebastian Rodrigues, adalah seorang Pastor Portugis yang dikirim ke Jepang untuk membantu Gereja setempat dan mencari tahu keadaan mantan gurunya, Ferreira yang dikabarkan telah murtad karena tidak tahan menanggung siksaan.

Pada saat itu, penduduk Jepang hidup dalam kemiskinan karena penguasa membebani rakyat dengan pengenaan pajak yang tinggi dan penindasan-penindasan jika tidak membayar pajak. Kekristenan dilarang sehingga para penduduk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang Kristen.

Dalam keadaan seperti itulah Rodrigues menyeberang bersama missionaris lain yang bernama Garrpe dari Macao menuju Jepang. Ikut dalam rombongan kapal tersebut Kichijiro yang dijadikan sebagai pemandu bagi kedua pastor tersebut. Kichijoro adalah penganut Kristen yang lemah, dia digambarkan tipikal orang yang mudah jatuh dan mudah menyerah. Dan selalu menyalahkan kondisinya yang lemah.

Mereka mendarat di desa nelayan Tomogi tak jauh dari Nagasaki. Dengan sembunyi-sembunyi mereka berkomunikasi kepada komunitas kristen yang ada di sekitar daerah itu. Keberadaan mereka ternyata tercium oleh penguasa Jepang. Dimulailah perburuan dengan mengintimidasi nelayan/petani tersebut. Intimidasi membuat penduduk terpecah. Sebagian berpendapat agar kedua pastor meninggalkan daerah itu dan sebagian ingin melindungi kedua pastor itu. Perpecahan itu memberi kesempatan yang bagus bagi penguasa untuk membujuk nelayan dan petani miskin tersebut dengan pengurangan pajak. Bagi orang-orang miskin pengurangan pajak jelas sangat menggoda, tapi mereka berhasil mengatasi godaan tersebut.

Kebungkaman penduduk membuat utusan penguasa berang, maka mereka mengancam penduduk untuk memilih tiga orang menghadap kepada penguasa, menghadap kepada penguasa berarti resiko penyiksaan dan kematian di depan mata mereka. Mokichi, Ichizo yang pemberani dan Kichijiro yang penakut terpilih mewakili penduduk tersebut.

Interogasi dilakukan dengan upacara menginjak-injak Fumie (lempengan kayu atau tembaga yang ada wajah gambar Yesus atau Maria). Kichijiro menjadi orang pertama. Penguasa cerdik dengan tidak melihat kaki-kaki yang menginjak tapi mereka lebih memperhatikan ekspresi wajah orang yang menginjak, wajah tak bisa menipu, mereka sungguh-sungguh atau hanya berpura-pura melakukannya. Mokichi dan Ichizo tak kuasa menginjak terlebih meludahi wajah Yesus, dia akhirnya menyerah dan mengakui bahwa dirinya orang Kristen. Sementara Kichijiro yang lemah mengikuti perintah penguasa dengan menginjak dan meludahi wajah Yesus. Mokichi dan Ichizo ditahan, Kichijiro dibebaskan.

Keesokan harinya adalah hari penghukuman bagi mereka. Kedua orang itu diikat di dua batang pohon berbentuk salib yang ditancapkan di tepi pantai. Jika malam ketika air laut pasang, air laut akan merendam tubuhnya setinggi dagu. Mereka tidak akan mati seketika, tapi setelah dua atau bahkan tiga hari karena mengalami kelelahan fisik dan mental secara total. Di tengah keheningan dan kesunyian malam, sayup-sayup penduduk mendengar sebuah pujian yang serak dan tersengal-sengal : ”Kami akan menuju ke sana, kami menuju ke sana, kami menuju rumah Tuhan, ke rumah Tuhan... Rumah yang mulia” kedua orang itu akhirnya mati, mati dalam mempertahankan imannya. Hidup di dunia terlalu penuh penderitaan bagi para petani Jepang. Dan hanya dengan berpegang pada pengharapan untuk hidup di “rumah Tuhan” mereka sanggup untuk terus menjalani hidup di tengah penderitaan yang menderanya.

Kichijiro pula yang menyebabkan kedua missionaris Garppe dan Rodrigues tertangkap. Garppe tewas di tengah laut bersama-sama dengan pengikutnya yang menjalani hukuman di bungkus dengan tikar dan diikat lalu diceburkan ke laut. Tinggal Rodrigues yang di tahan. Penguasa Jepang akan mempertemukan Rodrigues dengan gurunya Ferreira yang telah mengingkari imannya dan kini bekerjasama dengan pemerintah Jepang. Hati Rodrigues kacau ketika bertemu dengan gurunya yang kini jadi pengkhianat, debat antara guru dan murid tak terelakkan lagi.

Di masa-masa sulit ini, Rodriguez mulai kehilangan arah. Dia melihat begitu banyak umat yang disiksa dengan kekejaman yang teramat luar biasa, karena mempertahankan iman. Rodriguez kagum sekaligus menyesali diri karena ia tak bisa berbuat banyak. Benarkah Ferreira murtad karena takut. Ia pun mempertanyakan keberadaan Tuhan ... “Mengapa Engkau meninggalkan kami sebatang kara? Desa itu dibangun untuk-Mu, dan Kau membiarkannya terbakar menjadi abu, Ketika orang-orang itu diusir keluar dari rumah mereka tidakkah Engkau memberi mereka keberanian? Kenapa Engkau hanya bungkam seperti kegelapan yang melingkupiku. Setidaknya katakan padaku, kenapa? Kami bukan orang-orang tegar seperti Ayub, ketahanan kami ada batasnya. Jangan lagi menambah penderitaan kami. Mengapa Engkau tidak berusaha menyelamatkan orang-orang yang begitu mencintai-Mu? Mengapa Engkau diam, Kau seharusnya tidak bungkam selamanya.

Pergumulan Kichijiro sang pengkhianat pun tak kalah memilukan ketika hendak memohon pengampunan “Tapi saya berhak memohon pengampunan! Orang yang sudah menginjak-injak gambar suci itupun masih berhak menyampaikan pembelaannya. Bapa pikir saya menginjak-injak gambar itu dengan rela? Kaki saya sakit dan pedih waktu menginjak-injaknya. Tuhan ingin saya berlaku seperti orang yang tegar, padahal Dia menciptakan saya sebagai orang lemah. Orang lemah seperti saya bisa apa, Bapa? Saya tidak mengkhianati Bapa demi uang.”

Dan perkataan gurunya Ferreira menambah hunjaman di ulu hatinya ”Dengarkan! Aku ditempatkan di penjara di sini dan aku mendengar suara erangan orang-orang yang disiksa, di luar sana, orang-orang Kristen menanggung penderitaan mahahebat dan Tuhan tidak berbuat apa apa. Tuhan tidak bertindak sedikit pun. Aku berdoa dengan sepenuh kekuatanku. Tapi Tuhan tidak berbuat apa-apa.”

Puncak dari pergumulan Rodrigues adalah saat dia juga harus menginjak Fumie, gambar wajah Yesus yang sudah nampak lusuh dan cekung karena sering diinjak. Sang Pastor mengangkat satu kakinya. Ada kepedihan hebat dan berat di kakinya. Dia akan menginjak-injak sesuatu yang selama ini dianggapnya hal paling indah dalam hdupnya. Dan seolah-olah wajah Yesus dalam Fumie itu berkata, “Injaklah! Injak! Aku lebih tahu daripada siapa pun tentang kepedihan di kakimu. Injaklah! Aku lahir ke dunia memang untuk diinjak-injak manusia. Untuk menanggung penderitaan manusialah aku memanggul salibku.” Tuhan aku benci kebungkamanmu lalu menginjaklah kaki Rodrigues di wajah Yesus. Lalu Tuhan yang sudah di injak-injak itu menjawab “Aku tidak bungkam, Aku ikut menderita di sampingmu.”

Tidak ada yang kuat ataupun yang lemah. Bisakah kita mengatakan yang lemah tidak menderita melebihi yang kuat. Ferreira oleh orang-orang Kristen di Jepang dijuluki Petrus Murtad sedangkan Rodrigues dijuluki Paulus Murtad.

Ada tiga tipe manusia yang hendak digambarkan Endo, tipe yang pertama adalah tipe orang yang setia dan taat terhadap janji Tuhan meski penderitaan datang mendera, tipe tersebut secara jelas digambarkan melalui Mokichi dan Ichizo yang memiliki pengharapan bahwa dia akan menuju rumah Tuhan jika maut menjemput. Tipe yang kedua adalah tipe Kichijiro sang pengkhianat yang selalu menyalahkan Tuhan karena tidak menciptakan dirinya menjadi orang yang kuat. Tipe yang ketiga adalah tipe Ferreira dan Rodrigues, guru-guru yang mengatasnamakan umat dengan dalih keselamatan umat, mereka menghalalkan segala cara bahkan kalau perlu menjadi pengkhianat.

Mudah-mudahan bacaan ini menguatkan, meneguhkan iman kita dan sebagai bahan refleksi peringatan Kenaikan Yesus ke Surga dan Hari Turunnya Roh Kudus (Pentakosta) yang akan kita peringati bersama. (J)

Selasa, 19 Mei 2009

Printemps Français

Printemps Français adalah kegiatan yang diadakan oleh Kedutaan besar Perancis yang ada di Indonesia melalui CCF (Centre Culturel Français) Jakarta yang menampilkan berbagai macam seni budaya Perancis. Kegiatan ini selalu di tunggu-tunggu oleh pecinta seni Jakarta. Kegiatan biasanya diawali Festival Sinema Perancis. Dari segi cerita, Film Perancis menampilkan sesuatu yang lain dibandingkan dengan film-film produksi Hollywood. Film-film produksi Eropa khususnya Perancis lebih menonjolkan konsep cerita dan apa adanya dalam bertutur, Hollywood lebih menonjolkan sisi entertain dan kepuasan penonton.

Tahun ini Printemps Français memasuki tahun ke-5 penyelenggaraannya di Indonesia, kegiatan diawali pada tanggal 5 Mei 2009 dari Galeri Nasional Indonesia lewat sebuah pameran yang bertajuk “Ligne à Ligne” yang menampilkan gambar dalam berbagai bentuk serta seni instalasi kuliner yang akan memanjakan seluruh panca indera anda. Pameran ini sudah berakhir pada tanggal 16 Mei 2009 yang lalu.

Perjalanan selanjutnya adalah sebuah acara mode yang menggabungkan dengan tari karya Marie Labarelle dan Marie Barbottin. Acara ini juga sudah terlaksana pada tanggal 15 Mei 2009 di Lamoda Cafe di Plaza Indonesia.

Jika anda menyukai musik klasik, maka datanglah pada tanggal 27 Mei 2009 Pk. 20.00 di Erasmus Huis. Menampilkan duet Clement Dufour pemain Flute dan Tristan Pfaff pianis berbakat yang sudah konser di berbagai Negara. Anda juga akan dimanjakan oleh konser musik klasik istimewa lainnya pada tanggal 16 Juni 2009 di Pusat Perfilman Usmar Ismail yang akan menampilkan Michael Cousteau dan Nusantara Symphony Orchestra.

Kalau anda menyukai musik jedag jedug jangan lewatkan yang satu ini dari kelompok Chinese Man. Musik jedag-jedug anda akan diramu oleh empat DJ berwajah oriental : DJ Shadow, Obert yang akan berkolaborasi dengan Amp Fildler dan Sharon Jones di Centro tanggal 13 Juni 2009. Jangan lewatkan juga lagu lucu penuh makna dari Les Blerots de R.A.V.E.L kreasi mereka merupakan perpaduan antara cerita keseharian dan pemikiran sosial. Keunikan dari grup ini adalah terletak pada kemampuan mereka untuk menghubungkan musik slave, gypsy, rock dan jazz. Konser akan diadakan di Rolling Stones Live Venue pada tanggal 21 Juni 2009.

Tak ketinggalan dari seni tari dan teater akan tampil dari kelompok Cie Accropcap yang akan menampilkan koreografi ”Petites Histoires.com” pertunjukan yang sarat kreativitas ini membuktikan bahwa tari hip hop dapat menjadi penghubung antara jalanan dan seni tari. Bersiap-siaplah menyaksikan pertunjukan luar biasa yang menggabungkan breakdance, tari kontemporer dan akrobasi pada tanggal 2 Juni 2009 di Taman Ismail Marzuki. Dari kelompok BP Zoom akan menampilkan duet Phillipe Martz dan Bernie Collins yang akan memadukan humor, puisi dan mimpi ke dalam khayalan mimpi masa kecil kita. Pertunjukan akan diadakan di Gedung Kesenian Jakarta pada tanggal 19 Juni 2009.

Yuk kita manjakan mata dan telinga kita dengan pertunjukan-pertunjukan kelas dunia, kita beri ”makan” otak kanan kita dengan sajian-sajian seni berkualitas dan biarkan jiwa seni kita terus terasah kemampuannya.

Rabu, 13 Mei 2009

Knowing

Film tentang akhir jaman sudah banyak dibuat oleh sineas-sineas luar negeri antara lain Armagedon, The Day After Tommorow dan lain-lainnya. Dan sekarang yang baru beredar adalah Knowing.

Mangangkat salah satu issu global warming yang menjadi konsen ahli-ahli lingkungan, film ini bercerita tentang musnahnya bumi jika lapisan ozon bocor sehingga sinar ultraviolet matahari menerobos dan membakar bumi (ih serem sekarang aja sudah panas banget).
Sebenarnya film ini sudah lama beredar di bioskop, mungkin juga sudah tidak main lagi di bioskop, baru sekarang bikin resensinya karena baru sempat he… film bergenre Sci-Fiction ini penuh teka-teki dan sangat menegangkan dari awal sampai akhir, lebih menegangkan daripada menonton film-film horor. Knowing diangkat dari sebuah novel karya Ryne Douglas Pearson, disutradarai Alex Proyas, dibintangi oleh actor beken Nicolas Cage.

Film diawali oleh keriuhan anak-anak di sekolah dasar di Massachusetts, pada tahun 1959, salah satu anak bernama Lucinda Embry, Lucinda dikenal sebagai murid yang misterius, tampangnya menyedihkan, muram dan tak banyak bicara. Sosok penyendiri dan terasing di kelas. Ini disebabkan karena Lucinda sering mendengar suara-suara aneh yang hanya dia sendiri yang mendengar.

Suatu hari, sekolah Lucinda mengadakan acara mengubur sebuah kapsul waktu. Seluruh murid diminta untuk menuliskan atau menggambarkan masa depan masing-masing anak 50 tahun yang akan datang. Dan kapsul akan dibuka kembali 50 tahun kemudian. Anehnya, bukan gambar yang dicoretkan Lucinda dalam kertas, melainkan angka acak. Dia menuliskan angka-angka dengan sangat cepat, namun sebelum selesai menulis gurunya, Ms Taylor, merampas kertas itu.

Tahun 2009, saatnya kapsul waktu diangkat dari kubur dan masing-masing anak diminta oleh gurunya mengambil satu-satu. Caleb (Chandler Canterbury), salah satu murid, mendapat amplop milik Lucinda yang berisi angka-angka. Awalnya, ayah Caleb, John Koestler (Nicolas Cage) menilai coretan di kertas itu hanya keisengan anak-anak masa lalu. Namun, Caleb coba meyakinkan, amplop itu mungkin saja berguna. Penasaran, John yang berprofesi sebagai seorang profesor itu kemudian menelaah hamparan digit acak yang tertera dalam kertas tua tersebut.

Ternyata angka-angka itu bukan angka biasa. Angka-angka itu tepat merujuk pada sejumlah tragedi yang memakan korban luar biasa yang terjadi 50 tahun terakhir, angka itu berbicara banyak tentang tanggal dan kapan peristiwa-peristiwa tersebut terjadi dan berapa korbannya.
John mencoba mencari dan menguak misteri angka-angka yang belum selesai di tulis oleh Lucinda melalui anak Lucinda.

Tinggal tiga musibah yang belum terjadi pada 2009, pertama ada pesawat akan jatuh yang menelan banyak korban, kedua kecelakaan kereta subway dan yang terakhir adalah bumi akan dimusnahkan oleh api dari panas matahari alias Kiamat. (semua musibah digambarkan dengan sangat dahsyat dan mencekam membuat jantung mau copot). Yang menjadi masalah banyak orang tidak percaya pada ramalan itu.

John akhirnya pasrah dengan apa yang akan terjadi, dia melihat anaknya diangkat untuk diselamatkan, hanya orang-orang pilihan yang diangkat, sedangkan John bukan orang pilihan yang harus diangkat. Di detik-detik terakhir musnahnya bumi, John menemui ayah dan ibunya untuk meminta maaf dan mereka semua berpelukan menyongsong datangnya maut, menyongsong datangnya kiamat (hiks…hiks mengharukan sekali).

Andai maut atau Kiamat itu datang sudah siapkah kita menyambutnya?

GOD TUSSI GREAT HO

Nonton film Indiahe memang mengasyikkan di samping artis yang melakoni cantik-cantik dan ganteng-ganteng, tariannya juga membuat mata kita yang menontonnya dimanjakan oleh gerakan-gerakan dinamis dari para penarinya.

Saya tertarik menonton Film Indiahe yang diputar di Indosiar (jangan dibilang saya katro ya he … ) pada hari Senin-Selasa, 11-12 Mei 2009 karena membaca iklan running text (teks berjalan) yang menyatakan “bagaimana jika manusia dikasih waktu untuk mengelola bumi selama 7 hari?” seru kan! Apalagi dibintangi wanita terseksi Asia 2006 dan mantan miss universe 2000, Priyanka Chopra.

Dalam pikiran saya lantas terpikir, apa bisa ya manusia memanage/mengelola bumi walau hanya sehari saja? Apakah bumi akan makin teratur atau justru malah makin amburadul di tangan manusia?

Film ini sudah pasti terinspirasi film sukses Hollywood Bruce Almighty yang dibintangi Jim Carrey. Film diawali oleh Arun Rajapati (Salman Khan) yang selalu berkeluh kesah dan kalah bersaing dengan orang-orang di sekitarnya. Arun di pecat dari pekerjaan di sebuah stasiun teve karena membuat kesalahan dalam bekerja, dia juga kalah bersaing dalam memperebutkan cewek - Alia Kapoor (Priyanka Chopra), Alia adalah gadis yang cantik dan pembawa acara di sebuah stasiun TV, tentu saja Alia tidak memilih Arun yang bodoh lagi pecundang, dia lebih memilih Rocky (Sohail Khan) yang lebih pandai dan lebih sukses daripada Arun. Kemalangan yang terjadi secara terus menerus membuat Arun selalu menyalahkan Tuhan, ”Tuhan Kau yang selalu membuat kemalangan ini terjadi, kenapa Kau buat orang lain sukses sementara aku tidak?”

Karena terlalu sering mendengar keluh kesah dan umpatan Arun, suatu kali tuhan (Amitabh Bachchan) berkenan mengundang Arun untuk menemuinya dan mendengar keluh kesahnya. Dalam pertemuan, tuhan berjanji memberikan kekuatannya kepada Arun dengan syarat Arun tidak memberitahukan darimana kekuatannya tersebut didapat, jika melanggar maka kekuatannya akan hilang.

Memiliki kuasa, manusia cenderung menjadi sombong lantas memamerkan dan menggunakan kekuatan tersebut secara sembarangan padahal Tuhan tidak pernah memamerkan kekuatannya secara sembarangan. Saat mendengar doa yang berupa permintaan-permintaan, karena ingin menyenangkan dan membahagiakan manusia, Arun mengabulkan doa semua orang di dunia, yang terjadi justru membuatnya terkaget-kaget, banyak penjahat yang keluar dari penjara karena berdoa agar bisa keluar dari penjara, pacar Arun menikah dengan Rocky karena Rocky berdoa kepada Tuhan agar dapat menikahi Alia, tetangga Arun berdoa agar menang lotre dan doanya terkabul tetapi setelah kaya justru suaminya lari dengan wanita lain dsbnya dsbnya.

Arun akhirnya sadar dan kembali menemui tuhan agar tuhan mengembalikan keadaan seperti sediakala saat pertama kali bertemu dengan tuhan. Justru dalam keadaan seperti sediakala, dia berhasil berjuang untuk meraih pekerjaan dan cintanya.

Bila Tuhan cepat mengabulkan Doamu, Maka DIA Menyayangimu, Bila DIA lambat mengabulkan doamu, Maka DIA Ingin Mengujimu, Bila DIA Tidak mengabulkan Doamu, Maka Dia Merancang Sesuatu Yang lebih Baik Untukmu. Oleh sebab itu, Senantiasalah Bersangka Baik Pada Tuhan Dalam Keadaan apaPun jua... Karena Kasih sayang Tuhan Itu Mendahului KemurkaanNya...

Selayaknyalah kita berseru Oh God Tussi Great Ho, Oh Tuhan Anda Hebat! Bisa mengatur dunia dengan segala problematikanya.

Senin, 11 Mei 2009

BILANGAN FU

Bilangan Fu adalah Novel ketiga dari Ayu Utami. Sebelumnya adalah Saman dan Larung. Jika Saman dan Larung bercerita lingkup LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), maka Bilangan Fu bercerita seputar pendaki tebing (gunung), jarang sekali novelis yang bercerita dengan latar belakang pendaki tebing. Yang menjadi kesamaan dari ketiga novel tersebut , Ayu Utami selalu membenturkan ceritanya dengan operasi militer atau intelejen.

1 : a = 1 x a = 1 dan a bukan 1, jika a bukan 1 lantas berapakah a? ya itulah rumus dari Bilangan Fu. Bilangan Fu bercerita tentang persahabatan antara Yuda, Parangjati dan Marja. Yuda bersama dengan gangnya adalah pemanjat tebing di watugunung sebuah daerah di Jawa Barat. Yuda dan Marja adalah sepasang kekasih.

Pertentangan para pelakon di sini terjadi antara Pemanjat kotor yang diwakili oleh Yuda dan kawan-kawannya. Pemanjat bersih diperkenalkan oleh Parangjati. Pemanjat kotor berarti pemanjat yang biasa memaku dan mengebor dinding tebing sehingga merusak dinding tebing untuk mencapai puncak sedangkan pemanjat bersih sebaliknya.

Pertentangan juga terjadi antara penganut monoteisme dan agama tradisi, antara tentara dan polisi, antara Parangjati dan adiknya Kupu-kupu, antara post modernis dan tradisional, antara pengusaha dan rakyat biasa. Semua pertentangan di ramu menjadi sebuah cerita yang menarik dalam buku ini.

Jumat, 08 Mei 2009

Berhentilah Berbicara dan Mulailah Menulis


"Apa yang tidak kugoreskan di atas
kertas akan terhapus oleh waktu"

Manusia cenderung lebih pandai untuk berbicara daripada menulis. Ya, manusia memang belajar lebih dulu berbicara daripada menulis. Alangkah senangnya ketika melihat bayi yang tidak bisa berbicara lalu mulai belajar berbicara. Satu kata saja sudah membuat yang mendengarnya bahagia. Sedangkan belajar menulis dan mengenal huruf baru dilakukan seorang anak ketika masuk kelas TK atau SD.

Lalu kenapa kita disuruh berhenti berbicara? Isabel Allende berkata “karena apa yang tidak kugoreskan di atas kertas, akan terhapus oleh waktu.” Allah sendiri di Perjanjian Lama menyampaikan Firman-Nya melalui perantaraan para Nabi atau berbicara langsung dengan para utusan-Nya atau melalui mimpi. Tapi saat harus menyampaikan hal yang penting kepada bangsa Israel. Allah harus menulis. Loh kapan Allah menulis? Seperti apa tulisan Allah itu? Allah sadar bahwa jika disampaikan dengan perkataan saja bangsa Israel akan mengabaikan dan segera melupakan. Allah sadar hanya dengan tulisan perkataan-Nya akan bisa diingat dan tidak akan mudah dilupakan. Allah menulis sewaktu menyampaikan “Sepuluh Perintah Allah” kepada bangsa Israel. Allah menulis di dua loh batu. Jarang sekali Allah menulis langsung perintah-Nya. Tentu dengan ditulis perintah tersebut akan dibaca berulang-ulang oleh bangsa Israel dan tidak akan mudah dilupakan. Bukankah kita lebih mudah tersentuh membaca tulisan daripada mendengar perkataan seseorang. Mendengar kotbah langsung akan menyentuh pada saat itu saja. Tapi membaca tulisan, jika menarik akan kita baca berulang-ulang dan membekas di pikiran.

Tuhan Yesus melakukan hal yang sama ketika melihat seorang wanita kedapatan berzinah dibawa oleh ahli Taurat untuk dihukum rajam. “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Biasanya jika menghadapi ahli-ahli Taurat Yesus selalu bicara berapi-api, mengkritik kebiasaan-kebiasaan ahli-ahli Taurat yang munafik dengan bahasa lisan. Kali ini untuk menghadapinya Yesus menggunakan bahasa tulisan. Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Hasilnya efektif ahli Taurat itu pergi satu persatu dengan menunduk penuh malu.

Rasul Paulus juga sadar, waktu untuk berkotbah dan menggembalakan umat-Nya tidak akan mencukupi jika dia hanya mondar-mandir dari satu tempat ke tempat lain dengan berbicara. Maka tradisi menulis surat menjadi kebiasaan nya. Surat Paulus kepada Jemaat di Roma, Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus dan seterusnya. Dengan ditulis sampai sekarang pun kita bisa membaca Alkitab dan Firman Tuhan dengan tidak jemu-jemunya. Coba kalau setiap kali Allah memperingatkan manusia dengan berbicara terus-menerus. Pasti perkataan Allah akan segera dilupakan. Jadi berhentilah berbicara dan mulailah menulis.

Apa sih keuntungan dari menulis? Waduh banyak sekali, sekarang ini rasanya lagi trend penulis menjadi terkenal. Coba siapa yang tidak kenal Arswendo yang selalu menulis dimanapun dia berada, bahkan di penjara pun tradisi menulis tidak pernah dia lupakan. Siapa yang tidak kenal Habiburrahman El Shirazy yang buku novelnya “Ayat-ayat Cinta” menjadi best seller di Indonesia. Andrea Hirata tak dikenal sebelumnya, tak pernah menulis sepotong pun cerpen, tiba-tiba muncul langsung menulis “Tetralogi”: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Buku Harry Potter karya JK Rowling kehadirannya selalu ditunggu oleh penggemarnya, bahkan saat peluncuran setiap episode pembacanya rela mengantri panjang untuk mendapatkan bukunya. Siapa tidak kenal buku fenomenal Da Vinci Code karya Dan Brown. Bukankah Da Vinci Code bahkan menjadi pembicaraan dan meramaikan seminar-seminar di gereja sehingga buku ini pun laris manis di pasaran. Walau tulisan tersebut fiksi tapi dianggap ilmiah bagi sebagian orang. Tulisan karya James D. Tabor perihal “The Jesus Dynasty” bahkan membuat iman Kristiani kita “goyang”. Itulah kekuatan sebuah tulisan bisa mempengaruhi pembacanya. Bisa mem-buat seorang menangis, bisa membuat seorang marah, tersadar dari perbuatan keliru/salahnya, bisa membuat kita yang membacanya terkagum-kagum pada penulisnya. Dan bisa membuat seorang diperkuat bahkan digoyangkan imannya.

Kenapa tradisi menulis itu menjadi sesuatu yang mahal dan susah dilakukan? Mungkin hal itu disebabkan oleh sistem pendidikan nasional yang lebih menekankan pada hasil dari hafalan. Hal ini tampak pada saat guru memberi ujian (ulangan), soal-soal yang diberikan lebih banyak porsinya untuk hafalan, hanya sedikit untuk mengarang (menulis).

Melalui tulisan, cara berfikir atau penalaran seseorang dapat terlihat dan terdokumentasi. Ilmu pengetahuan yang kita pelajari saat ini tampaknya mustahil dapat dipelajari bila tak terdokumentasi melalui tulisan. Firman Tuhan dalam Alkitab mustahil dapat kita pelajari jika tidak ditulis dan didokumentasikan ke dalam bentuk tulisan. Bagaimana jika para murid Tuhan Yesus tidak mendokumentasikan perkataan Yesus ke dalam bentuk tulisan. Mungkin kita tak akan percaya lagi dengan perkataan orang tentang Jalan Keselamatan. Tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya.

Menulis pada hakekatnya adalah bentuk rasa syukur kita pada Tuhan, salah satu bentuk pengabdian dan pelayanan kita kepada Tuhan. Menulis sejajar dengan berlatih Paduan Suara, berlatih Teater, berlatih musik. Menulis sejajar dengan talenta-talenta lain yang kita miliki. Jika kita sudah pandai bermain musik, sudah pandai berkotbah, sudah pandai bernyanyi dengan baik, sudah pandai memimpin pujian, sudah pandai mengajar. Mari kita lengkapi talenta kita dengan menulis, kita dokumentasikan kegiatan kita ke dalam bentuk tulisan. Sebab apa yang tidak kugoreskan di atas kertas akan terhapus oleh waktu. (J)

THE NAKED TRAVELER


Buku yang bercerita tentang sebuah perjalanan wisata (travel) terlebih dilakukan dengan cara backpacker sungguh sangat inspiratif dan menyenangkan untuk dibaca. Backpacker berarti berwisata dengan modal/biaya seminimal mungkin dan harus siap menggunakan fasilitas seadanya, jika perlu menginap di tempat-tempat ibadah, kalaupun menginap di hotel, harus hotel yang paling murah. Berwisata dengan cara backpacker memang dibutuhkan daya tahan tubuh, insting dalam menghitung biaya, seminimal mungkin menjauhkan diri dari fasilitas-fasilitas mewah dan harus berani malu (tidak gengsian).

Jika anda ingin memiliki pengalaman berwisata secara Backpacker cobalah membaca tulisan kisah perjalanan Agustinus Wibowo ke berbagai negara dan daerah-daerah terpencil yang ditulis di kompas online secara berseri dengan gaya penulisan yang menarik. Begitu juga novel Andrea Hirata ”Edensor” secara inspiratif memberi pengetahuan kepada kita untuk berbekal nekad saja kalau ingin berwisata. Di novel ini dia bisa berkeliling Eropa hanya dengan modal mengamen di jalanan.

Buku The Naked Traveler yang ditulis oleh Trinity menjadi buku yang wajib anda miliki. Naked traveler disini jangan diartikan berwisata bugil atau telanjang. Naked disini dari kata plesetan Nekad jadi kata yang sebenarnya adalah BERWISATA NEKAD, pandai juga dia menyitir kata menjadi judul yang menggelitik

Buku ini menceritakan perjalanan seorang perempuan yang mengaku dirinya Trinity dari berbagai daerah dan belahan dunia lain dengan gaya penulisan yang jujur apa adanya. Menurut Trinity, traveling tidak hanya sekedar foto-foto dan berbelanja di tempat wisata. Juga bukan hanya ke luar negeri atau ke kota-kota besar yang banyak mall, tapi tentang sukaduka di balik perjalanan itu sendiri. Ada banyak hal yang dapat kita temui dan kita lakukan dalam berwisata dan melihat hal-hal kecil atau kebiasaan-kebiasaan orang yang sebenarnya menarik (lucu) jika diceritakan dan kita tuliskan.

Jadi, mari kita berwisata kenali budaya dan adat istiadat setempat yang kita kunjungi. Jangan lupa kita dokumentasikan dalam bentuk tulisan

Rabu, 29 April 2009

Berjalan Di Atas Awan


Mencintai alam berarti mencintai ciptaan Tuhan. Mencintai alam berarti turut menjaga kelestarian alam dan segala isinya. Kami GSM Delima melakukan hiking ke daerah wisata alam Situgunung di daerah Sukabumi. Situgunung terletak 10 kilo-meter dari jalan Cisaat

Waktu itu hari Sabtu, setelah mengikuti dua session “Teaching Skill” yang dibawakan Ibu Yoke, kami GSM bersiap-siap dengan gaya masing-masing naik ke daerah wisata Situgunung. Kami naik angkot dan hanya membayar ongkos seribu rupiah tiap orang dari basecamp kami. Masuk ke areal di Situgunung dikenai tiket masuk enam ribu limaratus rupiah. Kami berjalan ber 12 terdiri dari 4 cowok 8 cewek Ketika masuk areal wisata kami berunding dan berdebat enaknya ke danau atau air terjun. Karena pemandangan di danau biasa saja dan tantangan berjalannya kurang menantang, maka kami memutuskan untuk berjalan ke air terjun saja. Kami sudah beberapakali melihat danau tapi banyak diantara kami belum melihat air terjunnya.

Di Situgunung ada dua tempat wisata yang bisa di kunjungi yakni Telaga Situgunung: sebuah telaga buatan seluas 10ha dengan panorama yang indah dikelilingi bukit dan tegakan pohon damar. Dan Air terjun Cimanaracun dan Curug Sawer salah satu keindahan alam yang menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Curug Cimanaracun hanya berjarak 200 meter dari Wisma Situgunung dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Tetapi kami tidak ke Curug Cimanaracun karena tidak tahu tempat dan lokasinya (tidak ada/melihat petunjuknya).

Masuk ke areal wisata anda akan disergap oleh sejuknya udara, apalagi jika gerimis turun menambah syahdu berada di hamparan pepohonan yang menghijau. Pohon-pohon Damar yang menjulang tinggi membuat kita yang ada di bawahnya serasa kecil. Gemericik air sungai yang mengalir di lembah membuat hati tenang, damai dan segar. Suara burung-burung yang hiruk pikuk meramaikan suasana. Ditambah suara-suara kumbang yang menggesek-gesekkan sayapnya menimbulkan sedikit suasana mistis. Kami berjalan melalui tanah yang becek oleh air hujan. Jalanan bekas dilewati mobil offroad yang berkubang air harus kami lalui. Tanah-tanah yang penuh humus membuat kaki kami penuh dihiasi warna-warna coklat kehitaman.

Perjalanan kami berjalan lambat, karena cewek-cewek yang biasa jalan-jalan di mal dengan segala fasilitasnya banyak mengeluh ketika harus melalui jalan-jalan yang becek. Jika sandal atau sepatu mereka tenggelam di tanah mereka berteriak. Kalau ada potongan tanah yang menyelip di kaki atau sandalnya mereka berteriak juga, dikira binatang atau pacet yang menempel. Perjalanan kami terbagi menjadi tiga kelompok. Rombongan depan terdiri dari saya, Fariana, Liel dan Maria. Rombongan tengah ada Eka, Sherry, Sherly, Lani, Oki, rombongan belakang yang berjalan merayap ada Rit, Ocha dan Maryam. Jika ada pos pemberhentian yang berterpal biru kami istirahat dan menunggu rombongan yang di belakang.


Perjalanan menuju ke air terjun Curug Sawer tidaklah mudah. Curug Sawer berada di balik bukit yang mengitari danau Situgunung. Jaraknya 1.500 -2000 meter dari wisma Situgunung (kata mas penjaga di loket). Air terjun setinggi 38 meter itu adalah air terjun alami yang sumber mata airnya dari kaki Gunung Masigit di kawasan Gunung Gedepangrango.


Jalan yang dilalui pun tidak mudah. Naik, turun, licin dan berbatu. Kami bagaikan Musafir yang sedang berjalan menuju suatu tempat yang indah yang belum pernah kami lihat dan sentuh. Perjalanan menuju Nirwana dimana untuk mencapainya kami harus bersusah payah dulu. Kadang untuk memberi semangat teman yang kelelahan, kita yang mendengar bunyi gemericik air di lembah, berteriak “ayo semangat… bunyi air terjunnya sudah dekat.” Tapi suara alam kadang menipu. Suara derasnya air yang mengalir tiba-tiba saja menghilang dari pendengaran. Teman-teman cewek sudah banyak yang mengeluh kecapean dan kakinya pegal, tidak kuat lagi. Wah, bahaya! jika belum sampai ke “Firdaus”, tidak kuat lagi. Kadang untuk mengalihkan capeknya kami memberi stimulasi dengan humor-humor yang segar dan mengomentari rombongan lain sambil menunggu di bawah pos-pos yang disediakan oleh pengelola. Ketika kami menunggu di pos, kami melihat Ocha yang tertatih-tatih turun ke lembah sambil membawa tongkat. Kami bagaikan bangsa Israel yang lelah menunggu turunnya Musa dari gunung Sinai. Maka begitu melihat Ocha datang tertatih-tatih dengan tongkatnya. Kami yang menunggu langsung berteriak “Lihat, nabi Musa baru turun dari gunung Sinai,” sambil tak lupa diiringi ketawa. Atau ketika melihat Ocha dan Maryam berjalan beriringan dengan lambatnya “tuh lihat, Maryam dan Yusuf berjalan tertatih-tatih menuju ke Betlehem.

Setelah berjalan menghadapi medan naik turun, kadang berada di tebing jurang yang curam. Rasa capek dan pegal kami langsung sirna begitu melihat lembah “Firdaus” melihat “Nirwana” di bawah. melihat air yang mengalir bening di sungai. “Oh Tuhan inikah tempat Adam dan Hawa Engkau tempatkan? Lalu dimanakah buah pengetahuan baik dan jahat itu?”. Ketika menengok ke sebelah kiri kami berteriak “Wow… indah sekali”. Air yang terjun bebas dari puncak gunung. Air terjun tersebut disebut Curug Sawer karena orang atau pengunjung yang mendekati air terjun itu akan terkena cipratan air, embun atau buih yang menyebar atau sawer (bahasa Sunda) diterpa angin. Ketika angin besar menukik ke arah curug, maka air pun menyemburkan buihnya kemana-mana. Hal ini menjadi daya tarik pengunjung.

Tebing-tebing yang menjulang bagai dinding kolesium Romawi. Dinding-dinding ini seakan bercerita sudah berapa umur tebing itu. Air yang terjun melimpah hendak berkata “Lihat Aku menyediakan air yang berlimpah untukmu, inilah air yang memberi kehidupan.” Dan kami langsung teringat lagu ‘alam raya menyaksikan kemuliaan-Nya, cakrawala meng-agungkan karya tangan-Nya.” Oh betapa kecil dan kerdilnya hamba-Mu ini di hadapan ciptaanMu yang lain. Air yang terbang dibawa angin membelai dan membasuh sejuk ke setiap relung kulit. Gemuruh gelontoran air yang jatuh membuat irama syahdu di seling gemericik air yang mengalir. Konon jika Anda mandi di air terjun ini, anda akan segera menikah dan awet muda. (Waduh tahu begitu kita semua mandi deh he...) Ingin sebenarnya kami berlama-lama di situ. Tapi senja sudah menyapa, kabut mengingatkan kami agar cepat pulang.

Kami pulang tidak mengambil jalan yang sama. Kami harus memutar mengambil jalan lain. Baru beranjak dari air terjun Situgunung, kami sudah dihadang tantangan lain. Kali ini kami harus melewati sungai dan melewati jembatan yang terbuat dari kayu gelondongan. Kayu di tata membentang dua di kanan kiri. Sampai di tengah ada sebidang tanah untuk berhenti. Setelah itu harus menyeberang lagi. Nyali cewek-cewek langsung ciut. “Siap atau tidak hadapilah jembatanmu,” kata yang laki-laki memberi semangat. Pertama saya dan Maria menyeberang. Seram juga, takut jatuh. Apalagi kayu bergoyang-goyang. Sampai di tengah Maria kehilangan nyali untuk menyeberang. Dia lebih senang turun ke batu di bawahnya lalu melanjutkan dengan berbasah-basah di air sungai. Liel ternyata memiliki teknik lain untuk menyeberang yakni dengan merangkak di kayu. Selamatlah dia sampai ke seberang. Karena cewek-cewek tidak juga punya nyali, maka kami menyarankan untuk menyeberang sungai yang tidak dalam. Karena airnya jernih bak kaca, sering menipu penglihatan kami. Dasar sungai yang kelihatan cetek ternyata ada yang dalam juga. Saya dan Oki bagai cerita legenda Yuyukangkang yang menyeberangkan para gadis untuk menyeberang. Cuma Yuyukangkang yang ini tidak mendapatkan hadiah ciuman he…

Semua sudah sampai di seberang sungai. Kami mendaki bukit dan sampai pada jalan yang datar. Kami melewati rumah-rumah penduduk yang berjualan makanan dan minuman. Rumah-rumah tersebut sangat sederhana, belum terjamah listrik dan sangat alami. Duh gimana mereka membawa barang-barang dagangannya ya?, dari kota masuk ke perbukitan tersebut. Pasti perlu perjuangan yang ekstra. Kami yang tidak membawa apa-apa saja pegal dan kecapekan. Apalagi diharuskan membawa barang.


Kami berjalan diiringi sendau gurau. Sesekali kami singgah untuk membeli minum sambil mengendurkan otot kaki yang sudah kaku. Melihat lembah dan hutan yang mulai di selimuti kabut. Kembang-kembang yang bermekaran di tepian jalan, Indah sekali. Melihat lembah di kanan di selimuti kabut putih, ke depan dihadang kabut putih. Kami tak henti-henti memuji nama Tuhan. Sungguh indah. Kami bagaikan berjalan-jalan di atas awan. Kami seolah para dewa yang sedang meninjau wilayah dengan mengendarai awan. Dalam kesunyian di atas bukit kami berjalan berendengan, kami merasa satu nasib satu penanggungan. Kami bagai keluarga besar yang sedang berjalan bersama saling memperhatikan. Di bentara hutan kami dipersatukan. Di atas awan kami memuji Nama Tuhan. (J)

Floating Market dan Chatuchak Weekend Market

Pagi-pagi mobil yang kami sewa sudah datang. Kami pun sudah siap berangkat. Mobil penjemput Ibu Titin juga sudah datang. Ibu Titin, Melinda dan Monica akan memisahkan diri dari rombongan karena akan ke pantai Pattaya. Sedangkan kami rombongan besar akan wisata ke Damnoen Saduak Floating Market (pasar terapung), kira-kira 2 jam perjalanan dari Bangkok.


Kami tiba di suatu desa yang banyak pohon kelapanya. Sebelum berangkat naik sampan bermotor, kami minum kelapa muda, duh segarnya. Kami menyewa dua perahu. Perahu melaju dengan cepat di kanal-kanal berair kotor. Kanal-kanal ini sebenarnya tidak terlalu lebar kira-kira 2 - 3 meteran dengan kedalaman yang sama. Sebentar-bentar sampan berhenti karena baling-baling tersangkut sampah plastik. Pertama ngeri juga ngebut di kanal-kanal yang sempit apalagi kalau ada tikungan wow seram! Takut menabrak batu di pinggir-pinggir. Di pinggir-pinggir kanal, banyak orang yang berjualan souvenir dari tas hingga kerajinan khas Thai. Pesan saya, sebaiknya tidak beli apa-apa di sini sebab harga yang dipatok dua kali lipat dari harga di pusat-pusat perbelanjaan. Sebaiknya kalau di sini beli saja buah-buahan yang segar-segar, harganya juga murah meriah. Sampan semakin berjalan jauh hingga mendekati finish. Nah menjelang akhir, perahu semakin banyak bahkan saling bersenggolan dan bertabrakan berebut jalan dengan perahu lain. Akhirnya kami sampai di pasar. Banyak sekali yang berjualan di sini. Floating Market ini di mulai dari jam 8 dan berakhir tengah hari. Jadi kalau ke sini sebaiknya pagi-pagi hari.

Dari Damnoen Saduak perjalanan di lanjutkan ke Chatuchak Weekend Market, yang hanya buka Sabtu-Minggu di Chatuchak Park, tak jauh dari Central Plaza Hotel. Di sini, tersedia segala macam barang yang ada di planet bumi. Sebelum melanjutkan ke sana, kami makan siang di tepi sungai yang banyak ikannya. Di sini kami bertemu dengan Bapak Supeno Rachman dan Tante Tuty yang mentraktir Durian. Lagi-lagi kami makan makanan Thai yang asam sekali dan membuat nafsu makan langsung drop. Udang yang besar-besar kembali tersaji, hanya sayang sambel and saosnya tidak enak (terbayang saos and sambel seafood di kemanggisan yang yummy punya). Untung ada B2 bakar yang membuat nafsu makan kami langsung bangkit kembali.

Chatuchak Weekend Market adalah pasar yang menjual aneka barang dari pakaian hingga karya-karya seni khas Thai, harganya murah-murah asal berani menawar saja. Mungkin seperti pasar Sukowati di Bali. Tak jauh dari pasar juga ada JJ mall (ini bukan mal milik saya loh he…) yang menjual barang dengan harga murah-murah. Sebaiknya kalau beli kaos, beli saja di mal tidak usah menawar dan harganya juga ga jauh beda.

Wisata belanja kami hari ini di akhiri di MBK (MahBoonKrong/ Mabunkrong) di Pathumwan (Rama I Rd), (katanya sih mal favorit tempat nongkrongnya orang Indonesia) dikelilingi oleh mal-mal lain antara lain Siam Center, Siam Discovery dan Siam Square yang kini terkenal sebagai pusat kreatif anak muda. Tak jauh dari sana, berdirilah mal terbesar Bangkok, SIAM PARAGON. Di MBK kami hanya membeli jajanan khas Thai untuk oleh-oleh.

Hari Minggu, 19 Agustus 2007, sopir kami yang orang Thai, mengajak kami ke gereja. Kami tidak mau, bukan karena tidak ingin berbakti tapi kendala bahasa dan tulisan Thai yang tidak kami pahami. Pagi itu kembali sopir kami memimpin doa dalam bahasa Thai. Entah apa yang di doakan kami tidak tahu yang kami tahu cuma amin nya saja he… (mungkin doanya, Ya Tuhan jangan biarkan anak-anak ini ke Patpong.) dan kami mengamini saja, sehingga malam harinya kami putar-putar dan tidak menemukan Patpong dimana. (Ssttt.. jangan bilang siapa-siapa ya, kalau kami mau ke Patpong he…).

Pagi hari kami ke Grand Palace, merupakan tempat Emerald Buddha, dan istana Raja. Terdiri dari berbagai macam bangunan yang sangat luas dengan arsitektur yang mengagumkan. Cuaca hari itu panas sekali sehingga saking panasnya, kami tidak bisa menikmati semua bangunan. Di dekat Grand Palace, terdapat kuil Wat Pho yang dibangun di tahun 1688 ini sebagai tempat Reclining Buddha. Patung berlapis emas ini panjangnya 46 meter dan setinggi 15 meter, sedangkan mata dan kakinya dilapisi oleh kerang mutiara. Setelah makan kami kembali ke tepi sungai Chao Phraya untuk menyeberang menuju Wat Arun (Temple of Dawn). Salah satu lambang kota Bangkok yang terkenal ini berada di tepi sungai Chao Phraya, dan memantulkan cahaya yang sangat indah karena dilapisi porselen. Saya, Rudy Pak Manalu dan Pak Nyoman naik hingga ke puncak yang tangganya terjal sekali dan melihat Bangkok dari atas sungguh mengasyikkan. Di sini kami bertemu dengan orang-orang Indonesia yang juga sedang berlibur.

Malamnya kami ke Suan Lung Night Bazar dan diakhiri ke Patpong. Entah pura-pura tidak tahu atau di sengaja, sopir kami tidak menemukan Patpong (tempat wisata malam di Bangkok yang terkenal dengan wanita-wanita erotisnya). Padahal Patpong ber -seberangan dengan Suan Lung Night Bazar. Patpong oh patpong he…

Akhirnya tour rame-rame kami berakhir. Dari Thai kami terbang ke Singapura, menyeberang ke Batam dan menginap semalam di Batam.

Selasa, 28 April 2009

Semalam di Singapore


Hari ini sebenarnya masih terlalu pagi untuk bangun. Tapi aku harus bangun karena aku tak ingin tertinggal. Kemana gerangan aku kan pergi, sehingga sepagi ini sudah bangun?! Bukankah temaram pagi masih pekat. Suara keramaian tetangga belum terdengar. Hari ini aku tak harus menunggu cahaya pagi, tak harus menunggu keramaian tetangga. Aku harus pergi selama beberapa hari. Tapi kemana? Aku tak kan memberitahumu, sebelum engkau membaca dan mengikuti perjalananku. Kopor hijau, tas ransel hitam sudah siap. Dan pagi itu aku harus menerobos kelam pagi. Taksi berwarna biru itu membawaku ke jalan Tanjung Duren. Di klinik 24 jam di Tanjung Duren aku menunggu. Portal masih tertutup. Kendaraan belum diijinkan masuk. Ku harus menunggu beberapa saat sebelum akhirnya taksi masuk dan membawa ke rumah teman-teman kami.
Embun mengiringi laju taksi menuju bandara Soekarno Hatta. Masih ngantuk, tapi jadi segar karena punya pengharapan bisa pergi ke Luar Negeri. Masuk Tol Grogol dan terus menuju ke Bandara.
Sesampai di Bandara langsung di sergap keramaian manusia yang hendak bepergian. Maklum hari itu adalah long weekend karena tanggal 17 Agustus hari ini, jatuh pada hari Jumat (libur nasional), otomatis banyak yang menyempatkan waktu untuk bepergian. Kami yang laki-laki mencoba mengantri untuk memasukkan tas di bagasi setelah semuanya beres, kami memasuki ruang tunggu di bandara.
Jam 8.40 pesawat pun berangkat menuju ke Hang Nadim, Batam. Tak lupa saya mencari tempat duduk dekat jendela karena saya suka memandangi ciptaan Tuhan berupa awan-awan putih yang bagaikan hamparan hutan di angkasa. Kira-kira sejam kemudian kami sudah mendarat di Hang Nadim, Batam. Di Hang Nadim kami bertemu dengan Ibu Titin dan Monica yang sudah sampai terlebih dahulu karena naik pesawat yang berbeda. Kami naik 4 taksi menuju ke Batam Centre.

Semalam di Singapore
Setelah mengurus imigrasi lumayan lama (karena mengurus untuk 17 orang) akhirnya kami berangkat juga menuju ke Singapura. Kenapa musti lewat Batam? karena bisa irit 500 ribu biaya fiskal. Dari Batam Centre kami naik kapal penyeberangan “Penguin” menuju ke Singapura. Perjalanan kami terasa menyenangkan karena duduk bersama teman-teman dengan melihat film dari DVD yang diputar.
Sebenarnya jarak Batam ke Singapura di tempuh hanya dalam waktu satu jam. Waktu di Singapura lebih cepat satu jam daripada waktu di Batam. Jadi misal berangkat jam 11.00 dari Batam maka sampai di Singapura jam 13.00 waktu Singapura. Feri laju berjalan dan sampailah kami di Harbourfront Center. Harbourfront Center adalah salah satu mal yang memang satu gedung dengan pelabuhan feri. Ketika keluar, kami disergap oleh antrian panjang imigrasi bak ular yang meliuk-liuk. Ah lega ketika lepas dari antrian dan pemeriksaan. Paspor sudah di cap. Maka keluarlah kami ke area mal karena sudah ada penjemput dari Singapura. Melinda yang terbang langsung dari Canada bergabung di mal ini.

Penjemput dari Singapura dengan mobilnya (pemilik apartemen yang kami sewa) membawa koper yang bertumpuk-tumpuk tersebut ke Cavenagh Garden. Perut sudah minta jatah makan, maka kami mencari makan di foodcourt di areal Harbourfront. Makanan di Singapura tidak terlalu jauh dengan makanan yang ada di Indonesia khususnya chinese food nya. Jadi kami lahap saja menyantap.
Di sebelah Harbourfront Center, sedang dibangun VivoCity, pusat entertainment dan belanja yang konon akan lebih megah lagi. Kami berfoto bersama dengan latar belakang Pulau Sentosa yang konon memperbesar daratan di Pulau Sentosa dengan membeli pasir dari Indonesia. Sesuai dengan kesepakatan dari Jakarta, kami dibagi dalam dua rombongan yang sudah pernah ke Singapura akan memisahkan diri katanya sih ke Kampung Bugis dll. Sedangkan saya dan rombongan menuju ke Explanade (gedung kesenian) yang berbentuk durian. Kami naik MRT. Singapura adalah kota yang bersih dan serba teratur. Semua transaksi pembelian karcis bisa diakses melalui box-box mirip ATM yang sudah tersedia dan di komputerisasi. Pertama-tama ribet euy tapi setelah tahu ya gampang saja dan malah mempercepat.
Tidak berapa lama kami sudah sampai di explaned. Kami berkeliling melewati lorong yang banyak lukisan anak-anak. Banyak pernak-pernik seni di sana-sini serta poster yang lumayan besar tentang pertunjukan drama atau opera yang sedang dimainkan di situ. Tak lupa bergaya di depan kamera secara bergantian. Tidak jauh dari situ kami berjalan, sampailah kami di Suntec City dimana ada lambang Singapura yang berbentuk singa memuntahkan air. Kami singgah pula di China town lalu terakhir menghabiskan malam di Orchard Road yang gemerlapan. Tak banyak yang bisa saya ceritakan karena waktu yang serba terburu-buru. Kaki pegal, badan penat karena hampir seharian jalan maka kami pun tidur pulas malamnya.